Saat Lucas keluar dari kamar mandi, lampu kembali hidup. Aku memekik kaget saat melihat wajah Lucas dengan pencahayaan sempurna.
“Apa yang terjadi?” Tanyaku tercekat. Di pipi sebelah kanannya ada sebuah goresan dari samping matanya sampai ke rahangnya, dan luka itu terlihat dalam.
Aku berjalan maju dengan mata membelalak.
“APa yang terjadi? Kenapa bisa seperti itu?” Tanyaku masih tak percaya.
Ia tak menjawab, mata hijau tuanya menatapku, seperti orang melamun.
“Lucas!” Ucapku setengah berteriak, aku lalu membawanya ke atas kasurku dengan menggandeng tangannya. Lalu aku berbalik, berjalan cepat kea rah pintu dan melihat ke luar, aku memastikan tak ada seorang pun di luar.
“Tak ada orang lain di apartemen ini, sudah kuperiksa.” Ucap Lucas paham dengan apa yang kulakukan. Aku lalu menutup pintu dan menguncinya. Aku sempat bersandar pada pintu dan menetralkan detak jantungku.
“Ya Tuhan
“Aku tak mau tidur sendirian!” Ucapku setengah merengek. Masa bodoh. Aku masih takut. Aku menoleh ke arahnya, ia hanya diam dan memandangku seperti orang melamun. “Kalau kau kira aku sedang berusaha merayumu… tenang saja..itu tak terjadi, masa itu sudah berlalu sangat lama.” Ucapku cepat. Aku takut ia salah paham dengan ucapanku tadi. Aku hanya takut, dan masih sedikit trauma dengan kejadian barusan. Mengingat tempat ini juga sangat luas…memabayangkan aku tidur sendirian setelah kejadian tadi, cukup membuat bulu kudukku berdiri. Belakangan ini, Lucas selalu terliaht melamun, sambil melihat wajahku. Apa ada yang salah dengannya? Atau ia mengingat seseorang karena melihat wajahku. Ieww… jangan bilang mantan pacarnya mirip denganku! “Aku mau tanya, boleh?” Tanya Lucas dengan suara lembut. “Huh? Tanya? Ya…tentu…” Jawabku bingung. “Ya. Saat itu… saat di lorong koridor rumahmu di Athena, saat kau berusaha menciumku. Saat itu kau masih gadis
Saat Lucas keluar dari kamar mandi, lampu kembali hidup. Aku memekik kaget saat melihat wajah Lucas dengan pencahayaan sempurna.“Apa yang terjadi?” Tanyaku tercekat. Di pipi sebelah kanannya ada sebuah goresan dari samping matanya sampai ke rahangnya, dan luka itu terlihat dalam.Aku berjalan maju dengan mata membelalak.“APa yang terjadi? Kenapa bisa seperti itu?” Tanyaku masih tak percaya.Ia tak menjawab, mata hijau tuanya menatapku, seperti orang melamun.“Lucas!” Ucapku setengah berteriak, aku lalu membawanya ke atas kasurku dengan menggandeng tangannya. Lalu aku berbalik, berjalan cepat kea rah pintu dan melihat ke luar, aku memastikan tak ada seorang pun di luar.“Tak ada orang lain di apartemen ini, sudah kuperiksa.” Ucap Lucas paham dengan apa yang kulakukan. Aku lalu menutup pintu dan menguncinya. Aku sempat bersandar pada pintu dan menetralkan detak jantungku.“Ya Tuhan
Kami semua kembali ke dalam kamar, tak terkecuali diriku.Ibuku tadi bilang bahwa ia dan saudaraku semua akan menginap sampai besok, dan akan kembali ke Texas. Sepertinya dengan pesawat pribadi Dave lagi. Aku digandeng oleh pria yang sekarang resmi menjadi tunanganku. Micahel Robinson, oh… ada banyak sekali yang ingin kubicarakan dengan pria ini! Termasuk betapa lancangnya ia langsung mengadakan acara ini.Nanti…di kamar… nanti… aku mencoba sabar. Pria di sampingku tersenyum sepanjang jalan menuju kamar kami.Kami berpisah dengan beberapa orang, ayah dan Ibuku ternyata ada di lantai di bawah kami.Dave masih menggandengku dan kami sudah tiba di lantai kami, begitu lift dibuka menampilkan pintu kamar kami.Dave membukakan pintu untukku dengan sebuah gesture yang manis? Seperti seorang ksatria membukakan pintu untuk seorang ratu.Aku masuk, dan saat pintu ditutup. Aku memandang Dave dengan tatapan penuh amarah. Aku
Ia tak benar-benar mengurungku. Kami tidur di ranjang yang sama, tapi tak ada yang terjadi. Ia memintaku untuk menikmati liburan ini.“Jadi ini bukan sebuah photo shoot?” Tanyaku setelah kami berdua sudah turun untuk sarapan, ayah dan Ibuku mungkin akan pulang saat ini, mereka sudah mengatakannya tadi, dan aku sudah berpamitan. Salah seorang karyawan Dave yang akan mengantarkan mereka sampai ke rumah kami di Texas.“Nope. Ini adalah acara pertunangan kita.” Ucapnya dengan sebuah senyum lebar dan mencium jemariku.Aku melepaskan tanganku dari lilitannya, dan memukul bahunya pelan.“Kau ini! Ini sangat tak adil! Jangan pernah ulangi lagi!”Ia mengangkat kedua tangannya di atas dan berkata okay kepadaku.“Lalu pemotretan itu?”“Tak ada pemotretan… sama sekali, aku memutus kontrakku dengan brand pakaian dalam itu. Aku membayar mahal… aku memikirkan perasaanmu… aku
Aku tidak bisa tidur semalaman, ada rasa gelisah karena ketakutanku sendiri. Telingaku seperti menangkap suara langkah orang di depan kamarku. Aku takut… ada seseorang berniat jahat kepadaku.Aku sudah mengunci kamar ini, jadi seharusnya aman kan? Tetapi aku tetap mendengar suara itu.Hah! Akhirnya aku putuskan untuk mengambil ponsel dan mengetik cepat ke nomor yang baru saja ku save. Dengan nama Lucas Bodyguard.“Aku takut.” Send. Aku tak peduli lagi kalau ia mau meremehkanku, daripada aku tak bisa tidur semalaman. Daripada ak umati konyol…di tangan orang asing yang berniat mencuri… atau Mario yang meruoakan Maniac.“Why?” Jawabnya cepat. Ia sepertinya belum tidur, padahal sekarang sudah jam satu dini hari.“Aku mendengar suara langkah orang, aku takut ada seorang maniak yang mau masuk ke kamarku.” Jawabku jujur. Otakku saaat ini dipenuhi dengan banyak sekali bayangan buruk atas sesuatu hal
Tubuhku menggigil saat masih merasakan tubuh Lucas yang berdekatan denganku. Kami tidur di kasur yang sama…setelah sebuah make up session yang mengagumkan. Kenapa hanya dengan ciuman aku merasa seperti habis bercinta dengannya?Ia tidur dengan kaus abu-abunya, aku berharap ia tak memakai pakaian saat ini, agar aku bisa mengelus dada dan perutnya yang sepertinya sangat berotot. Kau ingin menyentuhnya… menciuminya…apakah aku terdengar seperti pervert? Masa bodoh? I want him, yet… aku ingat nasihat Rose, jangan berikan diriku terlalu mudah. Aku akan memastikan no sex without married dengan Lucas. Ha…I know itu sangat tidak fair untuknya, karena selama ini aku melakukannya dengan orang lain bahkan di kali pertama kami melakukan kencan. But I want us to be different. Aku mau kami benar-benar berujung di sebuah pernikahan. Indah…dengan anak yang banyak. Menua. Ah.. apa aku sedang bermimpi?Aku satu-satunya orang yang sadar, aku bisa
“Kau mau aku menciummu lagi?” Tanyanya dengan bulu mata yang hampir menyapu mataku. Kenapa ia memiliki bulu mata yang sangat indah. Ia terlihat cute tapi menggoda…bagaimana mungkin?! Aku mengangguk. Kepalaku mengangguk! Dasar kepala…berani-beraninya kau mengangguk tanpa perintah langsung dari otakku! Aku tak sempat meralat kelakuan kepalaku yang mengangguk, bibirnya sudah menyambar bibirku dengan sangat …. Sangat memabukkan. Aku terhanyut dalam permainan bibirnya…seakan aku adalah sebuah lollipop yang sangat ia suka. Aku memejamkan mata menikmati setiap friksi dan sentuhannya. Hmmm… berciuman dengan orang yang kau cintai…ternyata sangat mengasyikkan. What…cinta? Apakah aku mengatakannya? Ciuman yang terasa sangat magical itu akhirnya berhenti berkat sebuah dering ponsel. Aku mau berpura-pura tak mendengarnya…tapi sepertinya dering yang tak kunjung berhenti itu membuat Lucas terganggu. Ia berhenti dan menjauh dariku, ia mengambil
Kami tiba di kampus dengan statusku yang terlambat. Aku sudah memucat, ini adalah kelas perdana semester pendekku, dan aku terlambat setengah jam? Sangat impressive.Lucas sepertinya paham aku sedang gugup, terlepas aku membentaknya tadi…karena ia menuduhku perempuan matre.“Aku akan mengantarkanmu ke kelas, dan mengijinkanmu agar bisa masuk kelas.” Ucapnya santai. Niatnya baik, tapi karena aku sedang emosi, aku hanya mencebik.Saat keluar dari mobil, ada beberapa mahasiswa yang memperhatikanku, ada Rowena yang sedang berbicara dengan Gracia…teman sekomplotannya. Aku menoleh berlawanan arah, aku tak perlu memperburuk moodku saat ini.Aku dan Lcuas berjalan cepat, aku melihat jadwal mata kuliahku. Hanya ada dua mata kuliah, dan kelas pertama berada di lantai tiga di gedung baru.Aku mempercepat langkahku, untung saja aku memakai sebuah flip-flop, saat aku menaiki tangga aku setengah berlari karena cemas. Lcuas sepanja
Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil
Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m
Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-
Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru
Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.
Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t
This is the moment of Truth! Aku akan menghubungi Louis. Aku sudah memakan sarapan begitu juga Dave. Ia memesankan English Breakfast terlezat yang ada, entah karena memang masakan itu penuh bumbu atau aku dan ia yang terlalu kelaparan. Aku duduk di atas kasur dengan ponsel di tangan..kami sudah mandi dan berpakaian yang normal. Aku mengenakan summer dress bertema floral..dan Dave mengenakan kaus putih berkerah dan celana jeans panjang.Ponsel itu hanya kupandangi layarnya. Aku sedang menyusun kalimat yang akan kukatakan kepada Louis.Dave sejak tadi hanya diam, ia membalas email dengan laptopnya di sampingku. Sesekali ia melihatku dan berhenti dari pekerjaannya."Wish me luck!" Gumamku lalu aku meneleponnya. Aku sempat berpikir mau mengirim pesan saja.. tapi aku merasa itu terlalu kejam...karena pasti ia akan sakit hati setelahnya, setidaknya aku menelepon...agar ia bisa leluasa bertanya."You can do it baby!" Gumam Dave. Ia berhenti dan memperhatikanku.
“Dave…Please..”“Apa Rose… apa yang kau mau?” Tanya Dave, suaranya serak. Ia juga tersengal.“Kau.. aku mau kau.” Ucapku. Entah keberanian dari mana yang membuatku berkata seperti itu. Yang jelas aku merasakan adanya dorongan dari dalam diriku yang ingin dituntaskan…dan aku mau Dave yang melakukannya.“Say it again Rose… sayangku..” Bisiknya lagi. Ia seperti sengaja hanya menciumi pipi dan hidungku, ia sengaja tak mencium bibirku.“You…I want you.. all of you!” Pintaku, kini aku memegang kepalanya dan menciumnya persis di bibir. Ia seperti api yang diberi gasoline, membara…semakin membara.“Kau yakin…sayang?” Bisiknya lagi.“Just fucking do it!” Bentakku kepadanya. Ia tertara..lalu dengan cepat ia membuka semua pakaiannya. Entah ini kali berapa aku melihatnya tanpa pakaian. Dan aku mengangumi tubuh indahn
Aku masih diam, mataku hanya mengerjap beberapa kali, ia sudah berada sangat dekat denganku.Saat hidungnya menempel dengan hidungku, aku baru sadar…dan bisa merasakan otakku memberi alarm bahaya.“Dave…stop!” Ucapku menahan pundaknya. Kedua tanganku berhasil menahannya mendekat lagi. Hidungnya sekarang berjarak sepuluh centi dari wajahku.“Why? Kenapa aku harus berhenti?”“Kau sudah berjanji…” Jawabku, masih menahan tubuhnya.“Aku tak pernah berjanji…” Tantangnya.“You did.” Ucapku sudah mulai kalut. Ia lebih besar…dan memiliki tenaga lebih besar daripadaku.“I didn’t.” Ia sekarang bisa mendekat lagi, ia memindahkan tanganku yangmenahan pundaknya menjadi berada di belakang lehernya. What…the?! How did he do that? Kenapa aku tak sadar.Ia tersenyum sekarang. Kedua tanganku berada di lehernya dan sekarang bibir