Juwan berhenti dan berkata, "Dia sepertinya bisa menghipnotis."Hati Liana bergetar, dan dia tiba-tiba teringat apa yang baru saja terjadi, "Jadi, Yono baru saja menghipnotisku di luar bangsal Bela?"Pantas saja dia tidak sadar saat itu. Suatu detik dia baik-baik saja dan sadar, tapi detik berikutnya kesadarannya sedikit di luar kendalinya.Wajah Juwan menjadi pucat saat dia melihatnya, dan dia terbatuk ringan dan berkata, "Aku masih belum yakin, ini hanya tebakan ....""Nggak!" Liana menggelengkan kepalanya.Mengingat keadaannya saat itu, dia memang terhipnotis oleh Yono. Kalau Juwan tidak tiba-tiba menerobos, dia mungkin tidak akan sadar secepat itu.Beberapa detik yang lalu, Yono mengatakan kepadanya kalau dia telah belajar psikologi.Hipnosis adalah cabang penting psikologi.Namun, yang tidak dia mengerti adalah mengapa Yono berani menghipnotisnya di depan umum?Selain itu, Yono sepertinya tidak melakukan apa pun saat itu, dia hanya menatapnya dari jarak dekat selama beberapa detik
"Ini Dion, muridku." Kevin memperkenalkan, "Ini Nona Liana, istrinya Pak Yohan."Dion membungkuk sedikit, "Selamat pagi, Bu Liana."Liana mengangguk sopan, "Tadi kamu bilang Hasan kenapa?""Asisten Hasan terkena penyakit tersembunyi." Dion menjawab dengan tenang, suaranya datar."Ahem ... " Liana terbatuk, agak tidak nyaman, "Kalau itu penyakit tersembunyi, aku nggak akan bertanya lebih lanjut. Dia baik-baik saja, 'kan?"Dion menggeleng, "Bukan masalah besar.""Bagus kalau begitu."Kevin menyela dengan segera, "Kalau nggak ada hal lain, kami akan pergi dulu."Setelah itu, dia menarik Dion dan segera pergi."Dokter Kevin, tunggu sebentar." Liana mengejarnya.Kevin dan Dion menoleh, "Ada apa?"Liana melihat Dion sejenak, mengingat dia adalah murid Kevin, kemungkinan besar tidak akan jadi masalah. Lalu dia bertanya, "Dokter Kevin, apa kamu bisa melakukan hipnosis?"Kevin terkejut, berpikir apakah dia tahu tentang perawatan Yohan?Namun, bukankah kata Hasan, seluruh hal ini disembunyikan d
Dari sudut pandang profesional, video tersebut pasti akan menjadi viral!"Ah?" Liana terkejut, "Aku lupa judul dramanya."Suasana jadi hening."Yah, aku harus pergi sekarang. Selamat tinggal." Liana buru-buru pergi agar tidak ketahuan."Tsk." Kevin mendengus sambil mengernyitkan dahi. "Kesempatan untuk menjadi viral lewat begitu saja. Aku bahkan nggak bisa menangkapnya. Ah, sayang sekali."Sambil menggeleng dan menghela napas, dia berbalik dan melihat Dion berdiri mematung dengan tatapan kosong.Kevin menepuk bahunya, "Apa yang kamu pikirkan?"Dion menatapnya, "Nggak ada apa-apa."Setelah terdiam dua detik, dia menambahkan, "Guru.""Hmm?""Sebenarnya apa yang dikatakan Bu Liana tadi, ada orang yang bisa melakukannya."Kevin terhenti sejenak, "Hmm? Siapa?""Master G."Mendengar nama itu, Kevin tampak agak terkejut, lalu mengangguk setuju. "Memang benar. Tapi di dunia ini masih lebih banyak orang normal. Di lautan dunia medis, orang yang sangat aneh dan ekstrem seperti Master G ini mungk
Liana dengan cermat menangkap perubahan emosi di wajahnya, dan berkata, "Ada apa?""Nggak ada apa-apa." Hasan cepat-cepat kembali normal. "Aku hanya bertanya-tanya, nggak tahu kalau Pak Yohan bilang kamu akan datang."Liana merasa sikapnya agak aneh.Meskipun dia tidak tahu kalau Liana akan datang, reaksi yang ditunjukkan tidak seharusnya seperti ini.Meskipun Hasan sudah berusaha menyembunyikan, Liana masih mencium adanya keanehan.Saat itu, telepon Kevin masuk.Hasan menjawab, "Halo, ada apa?"Kevin di sisi telepon berkata, "Aku mau bilang, Liana sudah datang! Dia datang mencari Pak Yohan! Kami baru bertemu di depan lift!""...." Hasan tidak mengatakan apa-apa, hanya diam-diam melihat Liana yang berdiri di depannya."Aku bilang padanya, kami datang untuk memeriksamu."Hasan tidak merespons."Saat kamu bertemu dengannya nanti, sebaiknya berpura-puralah sedikit. Supaya nggak ketahuan."Hasan "...."Dia sangat ingin menendang Kevin.Dari lantai satu ke lantai atas, membutuhkan waktu sek
Sekarang ini dia berada di kantor, dan masih waktu kerja.Biasanya Yohan sangat memperhatikan budaya dan citra perusahaan, tetapi saat ini dia berbaring di sofa, dengan kerah kemeja sedikit terbuka dan satu tangan di dahi. Meskipun matanya tertutup, seluruh tubuhnya tampak tegang, tidak terlihat santai seperti biasanya.Saat Liana masuk, Yohan tidak membuka mata dan tetap dalam posisi itu. "Kamu pergi siapkan semuanya, rapat akan berlangsung seperti biasa setengah jam lagi."Liana meletakkan kopi, lalu duduk di samping sofa.Wajah Yohan ada di depannya. Melihat wajahnya yang tidak enak, Liana merasa kasihan, dan tidak tahan untuk menyentuh pipinya. Tepat pada saat itu, Yohan membuka matanya.Di dalam mata itu terdapat kelelahan yang mendalam, dengan pembuluh darah merah halus di bagian putih matanya. Dia tampak sangat buruk."Liana?" Yohan memegang tangannya, suaranya agak serak. "Kapan kamu datang?"Liana tersenyum, "Baru saja."Yohan ingin bangkit, tetapi Liana menahannya. "Kamu berb
"Aku ingat Kakak pernah bilang, setiap kali Kak Josua menghilang, dia nggak akan bisa dihubungi. Kecuali dia muncul sendiri," kata Raisa.Ratna merasa cemas, "Aku pernah dengar Satya bilang, keluarga Jatmika di Kota Jajakan itu punya pengaruh besar, bahkan Tuan Yudi juga bukan orang yang baik. Kalau Linda benar-benar diambil oleh keluarga Jatmika, aku khawatir ...."Liana berkata, "Tante Ratna, jangan khawatir. Aku akan pergi menemui keluarga Jatmika."Ratna menahan air mata sambil mengangguk berulang kali, "Tolong ya, Liana."Liana segera bergegas menuju rumah sakit.Raisa berputar-putar di ruang tamu. "Bu, aku juga mau keluar sebentar!""Kamu mau ke mana?" Ratna merasa sangat cemas.Raisa tak ingin membuatnya khawatir, lalu menjelaskan niatnya, "Aku mau mencari Sudar! Mungkin dia bisa menghubungi Kak Josua."Ratna tersadar, "Benar! Sudar mungkin bisa membantu, tapi tempat seperti Kasino No. 1 itu berbahaya dan banyak orang aneh. Aku khawatir kalau kamu pergi sendiri. Bagaimana kalau
Reno dengan santai mencabut setangkai mawar merah, membawanya ke hidung dan mencium aromanya, lalu tersenyum, "Wangi."Gadis itu mengedipkan matanya yang cerah, "Bapak, mau beli? Beli satu, dapat gratis satu. Beli banyak, dapat lebih banyak."Reno tersenyum, "Berapa harganya?""Satu tangkai dua ribu."Reno mengangkat alisnya, "Berapa harganya untuk satu kereta?"Gadis itu terdiam, "...."Asisten juga tercengang, lalu tak bisa menahan diri untuk mengingatkan, "Pak Reno, kita nggak mungkin bawa satu kereta bunga."Reno tidak menghiraukannya, dan terus bertanya pada gadis penjual bunga, "Berapa harganya untuk satu kereta?"Gadis itu akhirnya sadar dan melihat keretanya yang penuh dengan bunga itu. Merasa agak pusing dan gugup, dia menjawab, "Aku ... aku belum menghitungnya."Reno tersenyum, "Nggak perlu dihitung. Aku beri kamu 2 juta, kamu jual seluruh kereta bungamu padaku, bagaimana?"Gadis itu terkejut, menggelengkan kepala berulang kali, "Nggak perlu sebanyak itu, kereta ini hanya ber
"Biar aku bantu," kata Sinta sambil mendorong kereta bunga itu dan berjalan ke samping untuk menjualnya.Erna tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan Sinta dari belakang.Entah kenapa, saat menjual bunga, dia selalu merasa orang-orang di sekitarnya memandang dengan penuh hina dan cemoohan, membuatnya merasa malu dan bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.Namun, Sinta, dia bisa mendorong keranjang bunga dan berjalan dengan percaya diri di tengah keramaian.Suaranya lembut dan manis, ekspresi dan senyumnya memancarkan pesona.Dalam satu putaran, dia sudah menjual sebagian besar bunganya.Erna memasukkan tangannya ke dalam saku, meremas uang 2 juta itu, lalu berbalik dan membuang kertas itu ke tempat sampah.....Dalam perjalanan pulang, Sinta bersandar di kursi dan memejamkan matanya untuk beristirahat.Erna terus menatapnya, merasa bahwa kakak sepupunya itu benar-benar cantik.Bukan hanya tampak depannya yang cantik, bahkan profil sampingnya juga sempurna, dengan lekukan lembut dan
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,