"Ayo, pergi." Linda menariknya turun tangga."Kakak ...." Liana memanggilnya, namun Linda tidak menjawab. Dia hanya menarik Liana turun tangga dan keluar dari vila keluarga Reihano....Sejak saat itu, Linda tidak pernah lagi pergi ke rumah keluarga Reihano.Raisa beberapa kali mengeluh di depan Liana, mengatakan bahwa setelah hari itu, Ratna jatuh sakit.Liana tahu maksud Raisa adalah ingin dia menyampaikannya pada Linda.Jadi, setelah pulang kerja, Liana mencari alasan dan mengundang Linda untuk makan bersama.Liana memesan beberapa hidangan pedas, lalu Linda mengambil menu dan berkata, "Perutmu sudah sebesar ini, sebaiknya kurangi makanan pedas."Setelah itu, Linda menambahkan dua hidangan ringan dan segar serta satu sup bergizi.Liana menyentuh perutnya yang membesar dan berkata, "Katanya, anak perempuan suka asam, anak laki-laki suka pedas. Di awal kehamilan aku suka makanan asam, tapi sekarang aku tidak bisa makan tanpa pedas. Entahlah, apakah ini anak perempuan atau laki-laki?"
Segalanya terjadi begitu mendadak. Saat Liana tersadar, Linda sudah ditarik keluar dari restoran."Kakak!" Liana berteriak kaget, buru-buru mengambil mantel dan tasnya, lalu mengejar keluar.Di luar, udara dingin bersalju dan suhunya sangat rendah setelah hujan.Linda diseret ke depan mobil oleh Josua. Dia membuka pintu mobil, dan menunjuk wanita di dalam mobil sambil bertanya, "Apa maksudmu ini?"Linda tertegun."Kakak ...." Liana berlari panik dan setelah melihat orang di dalam mobil, dia juga terkejut.Bukankah itu perawat dari rumah sakit?Perawat yang sebelumnya meminta nomor Josua darinya."Hai ...." Perawat itu tampak sangat modis dalam pakaian santainya. Dia jelas sudah mabuk, pipinya merah dan dia bahkan bersendawa saat menyapa mereka."..." Linda tertegun beberapa saat sebelum akhirnya sadar. "Pak Josua, ini ...."Josua masih memegang lengan Linda dengan erat, dan menatap wajahnya dengan dingin. "Jawab dulu pertanyaanku, apa maksudnya ini?"Linda bingung, "Maksud apa? Saya ng
Linda tercengang.Tanpa banyak bicara, Josua langsung mengeluarkan ponselnya. Dia menunjukkan nomornya pada Linda, meminta Linda untuk menyimpannya.Linda masih ingin menolak, tetapi tiba-tiba kantongnya kosong. Liana sudah mengambil ponselnya dan langsung menyimpan nomor Josua dan menambahkan kontak di Whatsapp."Sudah selesai." Dia menyelesaikan semuanya dan mengembalikan ponsel itu kepada Linda.Untuk beberapa saat, Linda melihatnya tanpa berkata-kata.Dalam hati, dia berpikir, tidak masalah, tambahkan saja, nanti dia akan menghapusnya lagi.Hanya supaya suasana tidak canggung.Namun, baru saja pikiran itu terlintas di benaknya, dia langsung merasakan tatapan dingin menusuk dari Josua.Mata Josua seperti elang. Jika sekilas saja memandangmu, daya rusaknya hanya 10. Namun, saat menatap seseorang dengan dingin seperti ini, daya rusaknya bisa mencapai 100000000...Josua memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu dengan nada santai dia berkata, "Seumur hidupku, hanya aku yang bisa menghap
Yohan baru pulang pukul dua pagi.Mendengar suara mobil dari bawah, Liana cepat-cepat mengenakan sandal dan turun ke bawah.Lampu di dapur menyala, dan di pintu masuk ada sepasang sepatu kulit pria dan sepasang sepatu hak tinggi wanita.Liana merasa terkejut. Ketika dia mendekat, dia melihat Yohan bersandar di tepi meja, memegang segelas air tanpa meminumnya. Dia sedang berbicara dengan Tiara yang berdiri di depannya.Tiba-tiba, Tiara menoleh dan melihat Liana.Dia mundur sedikit dan berkata, "Liana, Yohan terlalu banyak minum. Aku nggak tenang, jadi aku mengantarnya pulang."Liana menggigit bibirnya, tidak berkata apa-apa.Gaun sutra tanpa lengan berwarna putih yang dikenakan Tiara adalah gaun yang sama yang dia lihat di pintu hotel sebelumnya."Sekarang sudah larut malam, aku harus pulang." Tiara mengambil tasnya dan keluar dari dapur.Yohan juga tidak bereaksi banyak. Dia hanya menunduk dan terus meminum airnya.Setelah pintu ditutup, baru Liana masuk ke dapur.Dia berdiri di depan
"Hmm.""Di laci kedua ruang kerja, ada sebuah amplop. Kalau Hera datang mencarimu, beri amplop itu kepadanya!"Liana merasa matanya bergetar lembut. "Apa itu?"Yohan terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Itu adalah bukti yang bisa membuatku dipenjara seumur hidup!"Liana terkejut, "Apa?""Tapi itu palsu!" Yohan memegang kedua bahunya dengan cukup kuat. "Memang sangat mirip dengan yang asli, dan mereka akan percaya. Kamu hanya perlu memberikannya kepada Hera saat dia datang mencarimu. Nggak perlu khawatir tentang hal lainnya."Dengan lembut Liana meletakkan tangannya di atas tangan Yohan, "Kamu nggak akan mengalami masalah, 'kan?""Nggak akan." Yohan menggelengkan kepala.Liana masih ragu, "Apakah Tante Hera benar-benar akan mencariku?""Ya, dia akan mencarimu." Yohan sangat yakin....Keesokan paginya, Liana melihat Tiara di ruang makan.Dia mengenakan setelan profesional yang sangat rapi.Melihat Liana, dia tersenyum dan menyapa, "Nona Liana, selamat pagi."Liana tidak merespons, mela
Tiara agak terkejut, "Barang bekas? Apa anak di perutnya ....""Ya, hanya anak haram!" Yohan mengernyitkan dahi dalam-dalam, kata-katanya sedikit terdengar kejam.Tiara melihatnya dan merasa bahwa sekalipun Yohan tidak menyukai Liana, dengan kepribadiannya itu, dia tidak akan mengatakan hal seperti itu.Yohan tertawa sinis, "Mungkin dia sendiri juga nggak tahu siapa sebenarnya ayah dari anak itu!"Yohan juga punya kebiasaan sangat teliti, terutama dalam hal perasaan.Menurut informasi yang Tiara ketahui, anak itu bukan anak Hamdan, dan juga bukan anak Yohan.Itu berarti, selain dari mereka berdua, Liana mungkin pernah bersama pria lain.Dalam hal ini, sangat wajar jika Yohan merasa keberatan!Oleh karena itu, mengungkapkan hal seperti ini adalah perilaku yang normal.Tiara menghilangkan keraguannya, sambil memegang sapu tangan di tangannya, "Yohan, sebenarnya kamu nggak perlu berpura-pura di depanku."Yohan mengerutkan keningnya, ekspresinya tetap datar. "Pura-pura?""Ya. Aku tahu, kam
Dia buru-buru berlari ke pintu masuk untuk menyambut Yohan. "Kenapa kamu kembali lagi?"Belum selesai berbicara, Yohan sudah menariknya ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat."..." Liana terkejut, mencoba mendorongnya, "Di mana Tiara?""Dia pergi ke kantor sendiri."Liana sangat terkejut. "Nggak bisa. Bagaimana bisa kamu membiarkannya pergi ke kantor sendirian? Kamu baru saja bertengkar denganku, kalau kamu kembali seperti ini, dia pasti akan curiga."Melihat ekspresi panik di wajah Liana sambil mencoba mendorongnya, Yohan hanya bisa tertawa kecil."Ayo, cepat pergi ...." Liana terus-menerus mendorongnya.Yohan tiba-tiba membungkuk, mengangkat Liana dan meletakkannya di atas meja.Meja itu setinggi setengah badan orang, dan Liana yang sedang hamil merasa takut duduk di atasnya. Jadi dia memegang tangan Yohan dengan kencang.Yohan mengangkat alisnya sambil tersenyum, "Jadi, kamu nggak mau mendorong lagi?"Liana terlihat sangat tegang. "Turunkan aku, ini terlalu tinggi."Sekarang p
Dua hari kemudian, berita dari rumah sakit datang bahwa kematian Julia tidak wajar. Setelah beberapa hari jenazahnya diperiksa, ditemukan noda ungu gelap yang tidak normal. Berdasarkan pemeriksaan forensik, penyebab kematian sebenarnya adalah asfiksia.Semua kecurigaan tertuju pada satu orang ... Candra.Ketika Liana mendengar kabar tersebut, dia sedang makan.Perutnya tiba-tiba berputar, dan dia muntah sampai perutnya terkuras.Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Candra bisa sejahat itu, bahkan membunuh ibu kandungnya sendiri!Gugatan perceraian Linda juga telah selesai diproses, dan Yohan juga telah mengeluarkan surat utang empat miliar yang dia pinjam dari Kasino No.1.Perselingkuhan ditambah pembunuhan ibu kandung, ditambah dengan utang judi.Candra kali ini benar-benar tidak bisa selamat.Namun, ketika polisi mendobrak pintu, mereka mendapati bahwa tempat itu sudah kosong!Candra sudah melarikan diri!Bersama dengan Candra, Helena juga hilang.Orang-orang suruhan Reno telah meng
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,