Dia menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Sebenarnya, dalam beberapa aspek, Yohan dan Om Ferdi sangat mirip!"Liana terdiam, terjebak dalam pikirannya sendiri.Juwan menoleh ke arahnya, "Apa kamu baik-baik saja?"Liana menggelengkan kepalanya.Juwan mengantarnya pulang, masih sedikit khawatir, "Apa semuanya baik-baik saja?""Nggak apa-apa." Liana tersenyum dan keluar dari mobil.Setelah mereka maju beberapa langkah, Juwan menurunkan jendela dan berkata, "Kalau terjadi sesuatu padamu, telepon saja aku."Liana melambaikan tangannya dan memasuki ruangan.Juwan tinggal di dalam mobil selama beberapa menit, memandangi vila di depannya, dengan tatapan rumit dan khawatir di matanya.Setelah beberapa lama, dia pergi.....Sore harinya, Liana bersandar di kursinya dan melakukan panggilan video dengan Yohan."Ini sudah lewat waktu makan malam, kenapa kamu makan jam segini?" Liana bertanya padanya dengan prihatin.Yohan memperbaiki teleponnya sehingga dia bisa menangkap gambar bagian atas tubu
Yohan mengambilnya tanpa ekspresi, tetapi tidak menggigitnya.Mereka semua makan banyak, terutama Hamdan, yang makan paling banyak.Namun, tak lama kemudian, wajahnya menunjukkan rasa sakit. Piring kue terlepas dari tangannya, dan dia berjongkok kesakitan sambil memegangi perutnya.Ambulans datang, Ferdi, Hera, dan Hamdan didorong ke dalam mobil satu demi satu.Ambulans menderu pergi.Sampai suaranya benar-benar hilang, dan lingkungan sekitar menjadi sunyi senyap.Liana berbalik dan melihat Yohan berdiri di malam yang gelap, dengan wajah dingin dan lengkungan dingin dangkal di sudut mulutnya ...."Ah!" Liana terbangun dari mimpi buruknya, dia berkeringat dingin.Hari sudah gelap, dan dia sebenarnya tidur selama beberapa jam.Angin mulai bertiup kencang.Liana mengangkat telepon dan menemukan kalau kakaknya telah meneleponnya beberapa kali.Liana kembali ke dalam rumah, menutup pintu balkon, dan menelepon kakaknya kembali.Tut, tut, tut ....Telepon berdering lama sekali sebelum diangka
"Liana." Dia memeluknya dengan hangat.Suara yang terdengar di telinganya adalah tangisan kakaknya, Linda.Liana terkejut sesaat. Meski sudah bangun, perasaan tidak berdaya masih ada. Terutama kepalanya yang sangat berat dan nyeri.Dia ingin menggosok pelipisnya, tetapi saat dia mengangkat tangannya, dia menyadari kalau pakaiannya telah dilepas.Hanya ada selimut tipis yang menutupi dirinya.Liana membeku.Linda memeluknya lebih erat, "Liana, jangan takut, kakak ada di sini. Kakak ada di sini."Pada saat ini, Liana akhirnya sadar kembali. Dia melihat sekeliling dan menemukan kalau ini adalah kamar tamu di rumah kakaknya.Dia dulu tinggal di sana, tetapi kemudian Hardy tinggal di sana.Selain itu, yang terjadi setelah dia pingsan ... tampaknya sudah jelas.Pintunya tertutup dan terdengar suara di luar.Tiba-tiba seseorang membuka pintu, dan Liana melihat beberapa petugas polisi, serta Reno dan Juwan di luar.Pintu dibuka oleh Hardy, dia memegang pisau di tangannya, dia acak-acakan dan m
Ada bak mandi penuh air, dan Liana berendam di dalamnya.Linda khawatir dia akan melakukan sesuatu yang bodoh, jadi dia tetap di sisinya.Setelah setengah jam berlalu, Liana akhirnya berkata, "Kakak, Hardy ... nggak menyentuhku, 'kan?"Sebenarnya, dia bisa menebak kalau tidak ada bekas luka atau rasa tidak nyaman di tubuhnya.Namun, dia masih harus bertanya agar merasa nyaman.Linda menggelengkan kepalanya, "Nggak! Dia nggak menyentuhmu! Julia yang melepas pakaianmu. Untungnya, Juwan muncul tepat waktu, dan kamu sendiri yang menelepon polisi, kalau tidak, konsekuensinya nggak akan terbayangkan."Liana menutup matanya dan membiarkan air mata jatuh.Dia menelepon polisi dalam perjalanan ke sana, tetapi dia terlalu mengkhawatirkan Linda saat itu, jadi dia pikir akan baik-baik saja kalau dia naik duluan.Siapa sangka Julia dan Hardy benar-benar bisa melakukan hal yang tidak bermoral seperti itu?Meskipun Hardy tidak menyentuhnya, Liana merasa sangat jijik saat memikirkan Julia melepas paka
Liana menatapnya.Linda menjelaskan, "Sebenarnya, kita nggak perlu terburu-buru, tapi setelah kejadian ini ... aku nggak ingin ada jarak lagi antara kamu dan Yohan."Keberadaan anak ini sudah menjadi penghalang di antara mereka, kalau masalah ini menjadi masalah baru ... Linda tidak berani memikirkan lebih jauh.Setelah berpikir panjang, cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan memberi tahu Yohan kebenaran tentang anak itu.Liana mengerti maksudnya, tetapi jika membicarakan hal ini sekarang, bukankah akan terlihat mencurigakan?Dia menggelengkan kepala, "Nggak bisa! Aku nggak bisa memberitahunya sekarang!"Dia juga tidak pernah berpikir untuk menggunakan anak itu sebagai alat tawar-menawar. Masalah ini bisa dibicarakan kapan saja, kecuali sekarang! Sekarang, dia membutuhkan kepercayaan tanpa syarat dari Yohan!"Lalu kamu ...." Linda khawatir.Liana membungkus dirinya dengan selimut dan berbalik, membelakangi Linda. Dengan suara pelan, dia bergumam, "Aku perlu berpikir
Orang suruhan Reno menelepon, "Pak Reno, sesuai perintah Anda, kami mengikuti Candra sampai ke Kompleks Taman Semilir.""Kompleks Taman Semilir?" Reno berpikir sambil mengemudi. "Untuk apa dia ke sana?""Nggak tahu. Kami mencatat nomor rumahnya dan yang membukakan pintu sepertinya seorang wanita." Suara di telepon terdengar ragu-ragu. "Pak Reno, apa kami perlu masuk dan melihat?"Reno menepikan mobilnya sambil berkata, "Sepertinya Candra punya banyak masalah! Wanita ini mungkin adalah selingkuhannya di belakang Linda. Kalau dia pergi bertemu dengan kekasihnya, kalian nggak bisa sembarangan masuk. Teruskan saja pemantauan.""Baik, Pak Reno. Ada satu hal lagi ... saat kami mengikuti Candra, kami melihat ada kelompok lain yang juga mengikutinya."Reno teringat saat dia mencari Linda, ada pria berbaju hitam yang menerobos masuk. Dia mengerutkan keningnya dengan khawatir, "Kamu tahu siapa mereka?""Nggak tahu.""Baik. Awasi terus, laporkan kalau ada perkembangan.""Baik, Pak Reno."....Kom
Candra memeluk Helena dalam pelukannya dan merasa sangat terhibur. Tiba-tiba dia jadi bergairah dan segera menyingkap pakaian di bahu Helena, ingin berbuat lebih.Helena mendorongnya perlahan. "Candra, sekarang ada satu cara yang bisa membalikkan keadaan. Apa kamu mau melakukannya?""Hmm ...." Candra memejamkan mata sambil mulutnya menggerayangi tubuh Helena. "Cara apa itu? Bilang saja, aku akan melakukannya."Mata Helena memancarkan kebencian, tetapi dia harus menahan rasa tidak nyaman ini. Dia memeluk Candra dengan erat dan berbisik di telinga pria itu.Candra terkejut hingga matanya terbelalak. Sambil memandang Helena dengan kaget, dia bertanya, "Bukankah sangat nggak etis kalau aku melakukan itu?""Aku tahu, tapi ini satu-satunya jalan keluar kita sekarang. Kalau kita tidak melakukannya, kita akan mati!" Helena memandangnya dengan penuh perasaan. Jari jemarinya bermain di dada Candra. "Aku janji, setelah masalah ini selesai, kita akan menikah."Mata Candra terlihat bimbang. Dia men
Di luar kamar suite terdapat sebuah lorong.Yohan dan Reno sedang berdiri di sana.Mereka berdua diam cukup lama, lalu Reno berkata, "Apa rencanamu untuk mengatasi masalah ini?"Yohan meliriknya, "Ini masalah yang rumit. Tentunya harus diselesaikan satu per satu."Reno terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apakah perlu memberi tahu Liana?"Yohan mengerutkan keningnya seraya memandang ke kejauhan. "Karakter Liana itu lembut dan polos. Biar aku saja yang menyelesaikan masalah kotor ini.""Baiklah." Reno mengangguk.Ketika dia berbalik, dia melihat Liana berdiri di sana.Dia cepat-cepat berdeham, "Ehm, Liana."Bagi Liana, dehamannya seakan-akan sengaja memperingatkan Yohan untuk menyudahi pembicaraan.Yohan berhenti sejenak, mematikan rokoknya dan menepuk-nepuk bajunya yang berbau asap. Kemudian dia berjalan ke arah Liana, tatapannya yang gelap menunduk, "Sudah bangun?"Wajah pria itu terlihat sangat kelelahan dan aroma tembakau samar-samar menempel di tubuhnya. Matanya yang gelap sayu seakan-
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,