Orang suruhan Reno menelepon, "Pak Reno, sesuai perintah Anda, kami mengikuti Candra sampai ke Kompleks Taman Semilir.""Kompleks Taman Semilir?" Reno berpikir sambil mengemudi. "Untuk apa dia ke sana?""Nggak tahu. Kami mencatat nomor rumahnya dan yang membukakan pintu sepertinya seorang wanita." Suara di telepon terdengar ragu-ragu. "Pak Reno, apa kami perlu masuk dan melihat?"Reno menepikan mobilnya sambil berkata, "Sepertinya Candra punya banyak masalah! Wanita ini mungkin adalah selingkuhannya di belakang Linda. Kalau dia pergi bertemu dengan kekasihnya, kalian nggak bisa sembarangan masuk. Teruskan saja pemantauan.""Baik, Pak Reno. Ada satu hal lagi ... saat kami mengikuti Candra, kami melihat ada kelompok lain yang juga mengikutinya."Reno teringat saat dia mencari Linda, ada pria berbaju hitam yang menerobos masuk. Dia mengerutkan keningnya dengan khawatir, "Kamu tahu siapa mereka?""Nggak tahu.""Baik. Awasi terus, laporkan kalau ada perkembangan.""Baik, Pak Reno."....Kom
Candra memeluk Helena dalam pelukannya dan merasa sangat terhibur. Tiba-tiba dia jadi bergairah dan segera menyingkap pakaian di bahu Helena, ingin berbuat lebih.Helena mendorongnya perlahan. "Candra, sekarang ada satu cara yang bisa membalikkan keadaan. Apa kamu mau melakukannya?""Hmm ...." Candra memejamkan mata sambil mulutnya menggerayangi tubuh Helena. "Cara apa itu? Bilang saja, aku akan melakukannya."Mata Helena memancarkan kebencian, tetapi dia harus menahan rasa tidak nyaman ini. Dia memeluk Candra dengan erat dan berbisik di telinga pria itu.Candra terkejut hingga matanya terbelalak. Sambil memandang Helena dengan kaget, dia bertanya, "Bukankah sangat nggak etis kalau aku melakukan itu?""Aku tahu, tapi ini satu-satunya jalan keluar kita sekarang. Kalau kita tidak melakukannya, kita akan mati!" Helena memandangnya dengan penuh perasaan. Jari jemarinya bermain di dada Candra. "Aku janji, setelah masalah ini selesai, kita akan menikah."Mata Candra terlihat bimbang. Dia men
Di luar kamar suite terdapat sebuah lorong.Yohan dan Reno sedang berdiri di sana.Mereka berdua diam cukup lama, lalu Reno berkata, "Apa rencanamu untuk mengatasi masalah ini?"Yohan meliriknya, "Ini masalah yang rumit. Tentunya harus diselesaikan satu per satu."Reno terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apakah perlu memberi tahu Liana?"Yohan mengerutkan keningnya seraya memandang ke kejauhan. "Karakter Liana itu lembut dan polos. Biar aku saja yang menyelesaikan masalah kotor ini.""Baiklah." Reno mengangguk.Ketika dia berbalik, dia melihat Liana berdiri di sana.Dia cepat-cepat berdeham, "Ehm, Liana."Bagi Liana, dehamannya seakan-akan sengaja memperingatkan Yohan untuk menyudahi pembicaraan.Yohan berhenti sejenak, mematikan rokoknya dan menepuk-nepuk bajunya yang berbau asap. Kemudian dia berjalan ke arah Liana, tatapannya yang gelap menunduk, "Sudah bangun?"Wajah pria itu terlihat sangat kelelahan dan aroma tembakau samar-samar menempel di tubuhnya. Matanya yang gelap sayu seakan-
Liana merasa khawatir.Memang ini masalah yang rumit.Linda pasti harus bertanggung jawab atas kematian Julia.Bagaimanapun juga, Linda yang memukulnya!Yohan menutup laptopnya dan berdiri, "Mari kita ke rumah sakit."Liana juga cepat-cepat berdiri, "Aku ikut."Takut Yohan tidak membawanya, dia bahkan tidak mengambil jaket lagi, dan langsung menuju pintu.Yohan berjalan mendekat sambil berkata kepada Hasan, "Bawakan jaket dan topinya."Lalu dia memakaikan jaket itu pada Liana dan merapikan kerahnya. "Jangan panik ketika ada masalah, tetap tenang."Liana menggigit bibirnya seraya mengangguk.Baru setelah itu Yohan menggenggam tangannya, dan mereka pergi bersama.Di rumah sakit.Saat mereka sampai, Reno dan Juwan sudah ada di sana.Yang mengejutkan, Laura dan Tiara juga ada.Melihat mereka berdua datang sambil bergandengan tangan, tatapan Tiara agak berubah, tetapi tidak terlalu mencolok.Yohan melihat sekeliling dan bertanya, "Kenapa mereka ada di sini?""Kakakku sedang kurang sehat, ja
Di hadapan Yohan dan Reno yang berwibawa, Candra tak lebih dari seorang badut konyol.Perkataannya itu mungkin bisa sedikit menakut-nakuti orang biasa.Seperti Liana.Karena kata-kata ini, dia mulai khawatir tentang Linda.Namun, di hadapan Yohan dan Reno, apa yang dia katakan itu sama sekali tidak berarti.Akibatnya, Candra segera kehilangan kepercayaan dirinya, bahkan tatapannya menghindar dan dia terlihat agak gugup."Candra, pagi-pagi sekali kamu sudah keluar dari Kompleks Taman Semilir, langsung ke rumah sakit. Kemudian, dalam waktu kurang dari setengah jam, ada kabar bahwa ibumu meninggal. Apakah ini ada hubungannya denganmu?" Reno menebak dengan santai.Kedengarannya, dia hanya asal menebak saja.Ekspresi Candra langsung berubah. Dengan marah dia membantah, "Pak Reno, makanan mungkin bisa sembarangan dimakan, tapi kata-kata nggak bisa sembarangan diucapkan. Ibuku jelas-jelas dipukul oleh Linda dan dibawa ke rumah sakit. Kalaupun kamu nggak mau mengakuinya, polisi ada di tempat k
Melihat punggung Reno yang pergi dengan langkah besar, Laura tahu bahwa saat ini, bahkan jika dia berteriak memanggil, Reno mungkin tidak akan mau berhenti!Sampai sosok Reno benar-benar menghilang, Laura merasa seolah-olah jiwanya diambil. Dia merasa agak kehilangan dan berkata, "Selama bertahun-tahun ini, sepertinya Reno benar-benar berubah!'...Julia sudah meninggal, itu adalah kenyataan.Dan sekarang, Linda ditahan.Sementara itu, berita-berita di internet akhirnya sudah bisa dihentikan.Dalam waktu dua hari yang singkat ini banyak hal terjadi, dan itu membuat hati Liana merasa tidak nyaman.Meskipun dia tahu Yohan akan menangani masalah ini, dan keluarga Reihano juga akan turun tangan, dia tetap tidak bisa tidur nyenyak.Ketika dia bangun, tempat tidur di sampingnya sudah kosong.Liana mengenakan sandal dan turun ke bawah. Begitu sampai di anak tangga, dia mendengar suara Hasan dan Yohan sedang berbicara di bawah.Karena suara keduanya sangat pelan, Liana tidak bisa mendengar apa
Liana terkejut mendengar bel pintu yang tiba-tiba. Pikirannya terfokus kembali dan dia berlari untuk membuka pintu.Sebelum membuka pintu, tiba-tiba dia teringat kata-kata Yohan.Jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi!Liana menarik tangannya kembali dan membuka interkom di dinding.Layar berkedip dua kali, dan muncul wajah seseorang.Melihat orang di depan pintu adalah Juwan, dia merasa lega dan kemudian membukakan pintu."Oh, ternyata kamu," kata Liana."Apakah Yohan ada di rumah?" tanya Juwan.Liana menggeleng, "Kamu mencarinya?"Juwan memandangnya dengan serius, "Aku mencarimu.""Mencariku?" Liana merasa bahwa dia dan Juwan tidak ada urusan apa-apa. Kedatangannya mungkin terkait dengan Winda."Kamu sudah menebaknya, 'kan?" Juwan melihat ekspresinya dan berkata, "Nggak nyaman berbicara di sini, bolehkah aku masuk?"Liana mengangguk dan membiarkannya masuk ke dalam rumah.Mereka berdiri di ruang depan, dan Liana dengan sopan bertanya, "Kamu mau duduk di dalam?"Juwan menggeleng
"Liana, putuskanlah hubunganmu dengan Yohan. Aku khawatir dia bersamamu hanya untuk membalas dendam pada keluarga Lewis! Sekarang Tiara kembali, aku benar-benar khawatir kamu akan terluka ....""Cukup!" Akhirnya Liana menemukan sedikit tenaga dan memotong perkataan Juwan. "Jangan bicara lagi!"Juwan mengatupkan bibirnya. Tiba-tiba dia maju, meraih lengan Liana, lalu memeluknya erat-erat."Liana, kalau kamu sudah memikirkannya, telepon aku kapan saja! Aku akan membantumu!"Tanpa menunggu Liana mendorongnya, dia sudah membuka pintu dan keluar.Liana berdiri selama beberapa detik, lalu terduduk di lantai dengan kaki yang lemas.Dia duduk diam beberapa saat, tangannya yang bergetar mengeluarkan ponsel dan menelepon Yohan."Halo."Telepon terhubung, dan Liana membuka mulutnya. Namun, dia tidak tahu apa yang harus ditanyakan."Liana?" Suara di ujung telepon jelas terdengar cemas, "Ada apa?""..." Liana menggeleng. "Aku nggak apa-apa, hanya ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan dan kapan ka
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,