Yohan menjawab dengan tenang, "Aku membawa tunanganku untuk makan malam."Tunangan?Ekspresi manajer terkejut sejenak, matanya melirik antara Lusi dan Liana sebentar, mencoba menebak yang mana calon istri Yohan."Ini dia." Yohan memeluk bahu Liana, memperkenalkannya pada manajer. "Namanya Liana. Mulai sekarang, kalau dia makan di sini, nggak perlu membayar."Manajer tersenyum, "Tentu saja, tentu saja. Ruangan Anda selalu tersedia di sini. Pak Yohan dan Nona Liana, silakan ikuti saya."Yohan memeluk Liana sambil masuk ke dalam lift.Lusi juga ingin mengikuti, tetapi dihentikan oleh Hasan."Mau ke mana kamu?"Lusi masih melihat ke lift, pintunya sudah tertutup."Aku pikir kita akan makan bersama mereka," kata Lusi dengan canggung."Meja kita ada di lantai bawah, nggak perlu naik lift." Hasan melihat ke arahnya.Lusi agak terkejut, memutar kepalanya melihat sekeliling lobi.Sebenarnya restoran ini sangat mewah, dekorasinya sangat elegan. Meskipun luas, namun tempat duduknya tidak banyak.
Orang itu tidak menjawab.Lusi bertanya lagi, "Sedang apa sekarang? Bisakah kamu mengambil foto sekelilingmu?"Orang itu masih saja tidak menjawab.Lusi menunggu beberapa menit dan saat dia menghela napas kecewa, orang itu mulai merespons.Dia mengirim sebuah gambar.Tampak gambar yang diambil dengan sembarangan.Perspektifnya ada di teras mirip taman. Dalam foto itu, terlihat sepasang kaki panjang yang diletakkan mendatar dan tumpang tindih serta ada meja kopi indah di pojok kiri bawah.Lusi memperbesar fotonya, mengambil tangkapan layar dan segera membuka aplikasi belanja untuk mencari sebotol anggur merah dengan tulisan asing di atas meja kopi.Dia mencari di semua platform belanja menggunakan gambar itu.Tidak ada yang ditemukan.Saat ini, Hasan kembali dari kamar mandi.Lusi menunjukkan tangkapan layarnya, "Kak Hasan, apa kamu tahu merek anggur merah ini?"Hasan melihatnya dan berkata, "Aku tahu. Ini adalah merek pribadi.""merek pribadi? Itu pasti nggak berharga, 'kan? Aku bahkan
Linda tidak ingin mengatakan apa-apa lagi padanya, jadi dia pergi dan masuk.Julia berbalik ke samping dan memblokir pintu, "Apa kamu baru saja menelepon Liana?""Ya." Nada bicara Linda menunjukkan kelelahan."Apa kamu memberi tahu Liana apa yang aku katakan sebelumnya? Apa yang dia katakan? Apa dia mau pacaran dengan Hardy?"Linda mengerutkan kening, "Liana sudah punya pacar, jangan katakan ini lagi!""Jangan bohong padaku!" Julia tidak mempercayainya. "Aku bertanya pada Candra dan dia bilang kalau Liana nggak punya pacar, tapi dia hamil duluan. Awalnya kami lebih suka dengan adikmu, tapi sekarang .... Heh, bukanlah hal yang terhormat untuk mengatakan kalau hamil sebelum menikah. Meskipun Hardy nggak kuliah, dia pria paling tampan di desa kami. Ada banyak gadis di desa yang ingin bersama dengan Hardy, tapi aku nggak menyukai mereka. Hardy jatuh cinta pada Liana, karena dia adalah adikmu, jadi kami mengalah. Selama Liana setuju dan menggugurkan anak itu, dia bisa mendaftarkan pernikaha
"Dokter, apa tidak bisa menjaga anak itu tetap hidup?"Pertanyaan ini membuat semua orang memandangnya.Dokter menggelengkan kepalanya, "Kondisi janinnya tidak stabil dan sekarang dia mengalami pendarahan hebat. Kalian terlambat membawanya ke sini. Baik anak maupun ibu kini berisiko sangat tinggi. Sebagai pihak rumah sakit, kami menganjurkan untuk menyelamatkan ibu bayi. Sedangkan untuk janin, mungkin akan ada lebih banyak lagi kesempatan di masa depan!"Julia menghela napas, dengan seringai di wajahnya, "Astaga, kamu nggak tahu berapa banyak uang yang aku keluarkan dan berapa banyak orang yang aku mohon untuk mendapatkan jamu agar Linda bisa hamil anak ini. Sekarang ... semua itu sia-sia!"Liana tidak tahan lagi dan mengangkat tangannya untuk menarik Julia pergi, "Candra, tanda tangani itu!"Candra tidak ragu-ragu lagi dan segera menundukkan kepalanya dan menandatangani.Julia bersandar di dinding, jatuh ke tanah, memukuli dadanya dan menangis dengan keras, "Jangan di tandatangani! Ja
Saat pintu ruang operasi terbuka, Liana berdiri.Setelah mendengar apa yang dikatakan perawat itu, dia segera menyingsingkan lengan bajunya dan berkata, "Ambil darahku, aku adiknya."Perawat memandangnya, "Apa golongan darahmu juga Rh negatif?"Liana tertegun dan menggelengkan kepalanya, "Golongan darahku B. Aku ingat kakakku juga bergolongan darah B."Perawat menggelengkan kepalanya, "Tidak, golongan darah pasien adalah Rh negatif yang sangat langka. Darah jenis ini selalu langka di bank darah rumah sakit kami. Dia mengalami pendarahan serius sekarang. Dia harus menjalani transfusi darah, kalau nggak, nyawanya akan berada dalam bahaya."Liana terhuyung mundur beberapa langkah. Saat ini, dia bingung.Dia belum pernah mendengar tentang darah Rh negatif.Sesuatu melintas di mata Yohan dengan cepat. Saat dia hendak berbicara, sebuah suara dingin terdengar dari ujung koridor, "Ambil darahku."Beberapa orang datang dari belakang. Pemimpinnya mengenakan jas hitam. Di bawah cahaya dingin ruma
Begitu dia selesai berbicara, sebuah tinju menghantamnya.Candra tidak punya waktu untuk bereaksi dan hidungnya dipukul. Tiba-tiba dia merasakan seluruh batang hidungnya terasa perih dan nyeri. Kemudian, air matanya tak henti-hentinya berjatuhan."Sudah kubilang, pecundang sepertimu nggak pantas mengetahui nama Kak Josua, tapi kamu masih berani menyebutkan nama lengkapnya!" Sudar mengepalkan tinjunya dan hampir meludahi wajah Candra."Candra!" seru Julia dan bergegas maju untuk melindungi putranya, "Candra, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Bagaimana Candra bisa baik-baik saja?Hidungnya langsung mengeluarkan darah.Julia berbalik, memamerkan keganasan seorang wanita desa dan memarahi Sudar yang melakukan tindakan tersebut. "Dasar bocah nakal, kenapa kamu memukul orang?"Panggilan "bocah nakal" membuat Sudar merasa tidak senang.Dia menggerakkan tulang pergelangan tangannya, mengangkat tangannya dan meninju lagi, langsung ke arah wajah Julia.Julia sangat ketakutan hingga dia membungkuk dan m
Liana mengangkat kepalanya dan menatap mata Yohan yang sedikit tidak senang."Apa dia menarik?"Liana terdiamApa orang ini cemburu?Melihat wajah Yohan yang makin gelap, Liana hendak menjelaskan. Tetapi, pintu ruang operasi terbuka dan staf medis keluar mendorong ranjang rumah sakit."Kakak ...." Liana buru-buru melangkah maju untuk menjaga Linda.Tangan Yohan terlepas dari pundak Liana, dia memegangi dahinya tanpa daya, lalu mengikuti.....Setelah diselamatkan, Linda keluar dari bahaya dan dipindahkan dari ruang operasi ke bangsal umum.Namun, dia masih pingsan.Liana berjaga di depan ranjang rumah sakit, tidak membiarkan Candra dan Julia mendekatinya.Candra memandangnya dari jauh dan meminta bantuan Yohan, "Pak Yohan, Kenapa Anda tidak menyuruh Liana pulang? Saya akan tinggal dan menjaga Linda .... "Julia buru-buru menariknya dan berkata dengan suara pelan, "Kamu harus pergi bekerja besok pagi. Bagaimana kamu bisa menjaganya selarut ini?""Bu, aku nggak apa-apa .... ""Nggak apa-
"...."Kalau begitu, kenapa tadi dia pergi begitu saja?Liana memalingkan pandangannya dan melihat tas belanjaan besar diletakkan di atas meja.Dia kembali terpana saat melihat Yohan mengeluarkan sederet kebutuhan sehari-hari seperti handuk, sikat gigi, gelas obat kumur dan gelas minum.Ternyata dia pergi ke supermarket?Dia membawa handuk ke kamar mandi dan kembali dengan cepat.Handuknya sudah basah dan Liana tanpa sadar mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Yohan langsung menghindari tangannya, berdiri di depannya dan membantu menyeka wajah Liana.Handuk hangat menempel di kulitnya dan dia menyekanya dengan gerakannya yang sangat lembut.Melihatnya seperti ini, Liana menerima perhatiannya dengan pikiran tenang. Dia meletakkan tangannya di tepi sofa, sedikit mengangkat wajahnya, menutup matanya dan membiarkannya menyekanya.Tiba-tiba handuknya terlepas dan setitik kelembutan jatuh di bibirnya.Liana membuka matanya dan Yohan sudah meninggalkan bibirnya. Dia mengangkat tangannya dan
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,