Liana tidak bilang tidak suka, tetapi Yohan langsung membelikannya mobil baru!Saat sarapan, Liana mencari informasi di internet dan baru tahu bahwa mobil ini adalah model terbaru yang baru dirilis bulan lalu.Meski kecil, mobil ini sangat mahal.Liana mulai menghitung dengan cermat.Wow, harganya miliaran!Liana tidak berani mengendarai mobil semahal itu.Setelah sarapan, dia naik mobil itu ke Perusahaan Lewis.Widia dan yang lainnya melihatnya dengan mata terbelalak.Hanya Raisa yang dengan ramah menggandeng tangannya.Meja Liana yang dulu, masih tetap ada di kantor Yohan. Tidak ada perubahan sejak dia pergi.Saat ini, Yohan tidak ada di kantor dan tidak ada yang memberinya tugas.Karena bosan, Liana membolak-balik dokumen di meja.Tiba-tiba pintu kantor didorong terbuka.Liana mengangkat kepala, melihat Helena masuk.Tangannya terhenti dan dia berdiri.Helena berjalan langsung ke arahnya. Tanpa mengatakan apa-apa, dia mengayunkan tangan dan menampar Liana.Liana tidak sempat menghin
Ada keraguan di mata Helena.Trik-trik kecilnya mungkin bisa menipu Liana. Namun, di depan Yohan, itu sama sekali tidak berguna."Ya! Aku nggak hamil!" Helena terpaksa mengakui kenyataan ini, sementara di dalam hatinya dia makin menyesal. Jika selama masa persiapan kehamilan, dia lebih berhati-hati dan tidak minum-minum di bar, mungkin sekarang dia sudah berhasil hamil. Dan dia akan berhak mengusir Liana!Sayangnya, dia gagal!Mata Liana sedikit bergetar mendengar kalimat ini, dia juga terkejut.Tidak menyangka bahwa perkataan Raisa benar, Helena memang tidak hamil!"Benar, aku sengaja menipu Liana, tapi kamu yang memaksaku melakukan ini. Kalau bukan karena kamu mengabaikanku akhir-akhir ini, apa aku perlu berbohong?" Helena terjatuh ke lantai, menangis keras tanpa memedulikan penampilannya."Helena." Widia datang mendekat, "Pak Yohan, saya benar-benar nggak tahan lagi! Kami semua tahu bahwa Helena adalah tunangan Anda! Apakah pantas Anda memperlakukan Helena seperti ini?"Yohan memand
Malam itu, dia juga ingat jelas. Helena tidak sengaja menumpahkan sup ke tubuh Liana, lalu mengajaknya pergi untuk membersihkan diri. Namun, tak lama kemudian, hanya Helena yang kembali. Saat itu Widia sempat bertanya dan Helena hanya mengatakan bahwa Liana sudah pulang duluan. Widia tidak curiga saat itu, tetapi sekarang setelah dipikir-pikir, penjelasan Helena memang tidak masuk akal.Ternyata, masalahnya ada di situ!Apakah Helena memang sengaja merencanakan ini dan mengirim Liana ke kamar Yohan? Dia menyiapkan kondom, lalu mengambil spermanya setelah kejadian dan menyelesaikan rencana inseminasi buatan!Jika memang benar begitu, maka nasib buruk yang menimpa Helena saat ini tidaklah patut dikasihani. Sebaliknya, memang dia pantas dicela!Melihat ini, Helena segera menggelengkan kepalanya dan menyangkal, "Bukan begitu! Bukan begitu ... aku nggak melakukan itu ....""Pak Yohan, Dokter Kevin sudah tiba." Hasan berdiri di pintu. di belakangnya berdiri dokter pribadi Yohan, Kevin."Biar
Namun, baik dia bicara atau tidak, tidak akan mengubah apa pun.Akhirnya polisi membawa pergi Helena.....Di depan pintu perusahaan, ketika Helena akan naik ke mobil polisi, Widia dan beberapa teman perempuan yang biasa bermain bersamanya, mengejar keluar."Helena, apa benar kamu yang meracuni makanan kita waktu itu?""Kita ini sesama rekan kerja, kita sering bersenang-senang bersama. Bagaimana kamu bisa merugikan kami hanya karena urusan pribadimu?""Kami selalu menganggap kamu baik. Nggak pernah terpikir kalau kamu sebenarnya pura-pura!""Helena, kami benar-benar kecewa padamu!"Semua orang ramai-ramai menyalahkan dengan berbagai alasan. Ketika mengingat kembali kejadian sebelumnya, mereka masih merasa sangat marah.Siapa sangka, orang yang selama ini terlihat begitu baik, ternyata menyimpan sisi gelap yang begitu kejam sampai tega meracuni makanan?Helena melirik mereka semua dengan acuh tak acuh, sambil berkata, "Dasar, sekelompok orang bodoh!""Kamu!""Kalian hanya pandai menjila
Dia bangkit untuk pergi, tetapi tangannya dipegang oleh Liana."Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa kamu nggak mau memberiku tugas?" tanya Liana.Yohan tersenyum penuh kasih sayang, "Lakukan apa yang kamu inginkan. Kalau nggak ada yang harus dilakukan, pergilah tidur sebentar di dalam ruangan."Setelah itu, dia membungkukkan tubuhnya sedikit dan mencium kening Liana dengan bibir tipisnya.Kemudian dia pergi.Liana, "...."Yohan memperlakukannya seperti hewan peliharaan, ya?....Yohan memang bisa dipercaya. Dia menyelesaikan pekerjaannya pagi-pagi dan membawa Liana ke Teluk Segara.Mereka sepakat untuk mandi, ganti pakaian, lalu pergi menemui Nenek.Namun, sebelum Yohan mandi, dia menghabiskan lebih dari dua jam bersama Liana.Liana sudah tahu betul tentang energi yang dia miliki dalam hal ini.Entah mengapa, setiap kali, Yohan tidak pernah merasa bosan dan memiliki daya tahan yang kuat.Akhirnya, setelah lelah bermain-main, dia membawa Liana masuk ke dalam kamar mandi.Sete
"Meskipun aku bukan orang yang kuno, aku nggak bisa menerima kalau menantu perempuanku, mengandung anak dari laki-laki lain sebelum menikah dengan cucuku sendiri.""Liana, aku hanya ingin bertanya satu hal padamu, apa kamu sudah siap untuk menghabiskan sisa hidupmu bersama Yohan? Ataukah, kamu sudah berencana untuk menggugurkan anak ini?"Nenek memandang Liana dengan tajam, menunggu jawabannya.Liana terdiam beberapa saat.Dia sedang memikirkan pertanyaan Nenek - apakah dia sudah siap untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Yohan?Jujur saja, dia belum melakukan persiapan apa pun.Atau bisa dikatakan, semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk melakukan persiapan dan langsung terseret ke dalam drama emosional ini.Bagaimana perasaannya terhadap Yohan?Bahkan dalam hatinya sendiri, mungkin dia tidak punya jawaban.Jika harus mencari jawaban, itu pasti karena Yohan adalah ayah dari anaknya!Melihat Liana masih bungkam, Nenek menghela napas, kemudian
Yohan mengerutkan keningnya dalam-dalam, lalu menutup pintu. Dia berhenti sejenak, dalam diam memandangi dua orang yang sedang berpelukan ituSeolah-olah tidak menyadari kehadiran orang lain, Hamdan terus memeluk Liana dengan erat. Dia tidak mau melepaskan Liana, malah makin mengeratkan pelukannya.Liana hampir tak bisa bernapas karena dipeluk terlalu erat, wajahnya sampai merah padam. "Hamdan, lepaskan dulu."Hamdan hanya menggelengkan kepala.Tiba-tiba, Liana merasa lehernya basah. Ternyata Hamdan memeluknya sambil menangis seperti anak kecil.Sebelum Liana sempat bereaksi, dia merasa tubuhnya tiba-tiba menjadi ringan.Yohan telah menarik kerah baju Hamdan, melepaskannya dari Liana.Seperti membuang sampah, dia melemparkan Hamdan ke samping dan melihatnya dengan pandangan muak, "Kenapa bikin keributan di malam hari?"Hamdan tidak menghiraukan kata-katanya dan tetap meraih tangan Liana.Namun, Yohan bergerak lebih cepat. Dia melindungi Liana di belakangnya dan berkata dengan suara teg
Hera tertegun, lalu menoleh ke arah Liana, "Liana, setelah Hamdan tahu akan hal ini, dia mengurung dirinya di studio seni. Seluruh studio dirusak olehnya. Kami baru tahu tengah malam dan dia lari keluar dari studio .... Liana, kasihanilah Tante Hera, tolong bantu Hamdan, ya?"Ferdi juga memandang Liana dengan penuh harap.Liana yang bersifat lembut, paling tidak bisa menolak permintaan orang lain.Saat dia hendak berbicara, pergelangan tangannya ditangkap oleh Yohan. Dia berkata, "Jangan pakai alasan itu. Liana bukan ahli psikologi, apa yang bisa dia sembuhkan? Menurutku, lebih baik kalian gunakan waktu ini untuk mencari psikiater untuknya. Anggaran empat miliar itu sudah cukup.""...."Tiba-tiba, terdengar sebuah suara dari tangga, "Biarkan Hamdan tinggal bersama kita!"Semua orang menoleh, melihat Nenek turun dari tangga."Ibu." Hera menyeka air matanya dan mendekati Nenek. "Apakah suara kami terlalu keras, hingga membangunkan Ibu?"Nenek melihatnya sekilas, lalu berbalik pada Yohan
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,