Share

Di Mana Ibuku?

Penulis: Ursa Mayor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Prang!

Ethan menoleh ke arah sumber suara. Matanya membeliak ketika melihat tubuh petugas kebersihan sudah terkapar di lantai. Ethan buru-buru bangkit dari duduknya.

"Bu!" Ethan menempuk pipi ibu itu lantas memeriksa nadinya. Masih berdenyut. Ethan meninggikan kaki petugas itu setelah meletakkan posisinya dengan benar.

"Ibu! Sadarlah!" Ethan menepuk-nepuk pipi ibu itu namun tak kunjung sadar. Dia tidak bisa memindahkan tubuh ibu itu ke atas brankar karena dia hanya seorang diri. Satu-satunya yang dia lakukan hanya melakukan pertolongan pertama.

Ibu itu tak kunjung sadar dalam waktu beberapa menit. Bahkan setelah Ethan melakukan CPR dan napas buatan. Ethan mengeluarkan smartphonenya lantas memanggil ambulans.

Sekitar sepuluh menit kemudian, suara sirine ambulans membuat gempar karyawan Yayasan. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi ditambah lagi melihat Sang Dokter yang paling cekatan mengarahkan petugas ambulans ke ruang klinik hingga mengevakuasi tubuh ibu itu ke dala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ms. Manager And Her Brother   Kisah Lee

    “Sial, kamu ini malah dipermalukan Rosie. Bagaimana bisa aku percaya kalau kayak gini kerjaanmu!” Mario menghardik Lee di taman dekat kantor Absolute Beauty. “Maaf, aku juga gak tahu kalau wanita itu lebih licik dari yang kubayangkan,” sahut Lee.“Sudah kubilang, wanita itu memang bukan wanita gampangan yang bisa kamu taklukan. Dan yang paling membuatku kesal padamu adalah …” Mario mengeluarkan kotak rokok dari balik jas formalnya. Menariknya sebatang lantas menyulut ujung rokok itu ketika dai melepit benda itu di antara giginya. Asap tipis pun mengepul dari lubang hidungnya. Mata Mario memandang Lee yang berdiri di hadapannya lekat-lekat.“Kamu telah mencoba menyentuhnya!” Mario menyeringai.“Kamu sendiri yang menyuruhku untuk membuat Rosie jatuh cinta padaku.”Plak! Tamparan Mario yang mendarat di pipi Lee membuat pria itu sontak menahan perih yang terasa cepat merambat di pipi tirus itu.“Aku memang menyuruhmu untuk membuatnya jatuh cinta padamu tapi, bukan berarti kamu bebas

  • Ms. Manager And Her Brother   Kanal Kyutube

    Perkara formula belum juga kelar, menambah pikiran Rosie semakin rumit saja. Di belakang meja kerjanya, Rosie masih berpikir tentang perkataan Pak Harwan. Pencuri dan pemilik asli. Merebut hati konsumen pun sekarang seakan-akan sangat susah sejak berita itu beredar di media. Perjalanan produk Youth Serum jadi tersendat. Padahal ada target yang harus dicapai deparrtemen pemasaran. “Masih memikirkan Youth Serum?” Bu Diar muncuk di pantri saata Rosie sedang mengusir jenuhnya dengan secangkir kopi. Manajer departemen pemasaran itu lantas menampung air dari dispenser dengan gelas.“Yah, Bu Diar juga pasti memikirkannya kan,” balas Rosie. Bu Diar menenggak air hingga tandas. Wanita itu tampak sangat kehausan. Setelah tenggorokannya lega barulah dia melanjutkan percakapan.“Yah, tentu saja masih memikirkannya. Ingin sekali saya menghancurkan Nature Chemical kalau begini jadinya.” Bu Diar mengela napas.“Ya, tapi tidak usah dipilirkan berlarut-larut. Kami akan berusaha keras untuk men

  • Ms. Manager And Her Brother   Mau Jadi Model, Gak?

    “Darimana aja kamu?” sambut Yunri. Gadis itu menyambut Ethan dengan ekspresi ketus dan gestur kesal. Padahal, Ethan baru saja melewati pintu.“Loh, Mbak Resepsionis gak ngasi tahu kamu?”“Enggak.”“Antar anaknya ibu yang dijemput pakai ambulans tadi.”“Kamu mangkir dari kerjaan lagi!” tuduh Yunri.“Kagak!” Ethan melewati Yunri berjalan menuju kliniknya. Pemuda itu ingin segera merehatkan kakinya yang kram karena berjalan sekitar dua puluh menit. Tidak peduli lagi dengan Yunri. Ethan hanya pekerja paruh waktu yang tidak perlu memikirkan pekerjaan lain selain berjaga di klinik dan melayani yang sakit. Pemuda itu bahkan bisa santai di kursi hidrolik sambil meluruskan kaki ke atas meja. Ethan tidak ingin ambil pusing dengan kerjaannya. Lagipula yayasan ini milik pamannya. Dia hanya bekerja seperlunya dan juga digaji seperlunya sesuai undang-undang ketenagakerjaan. Demi membuat dirinya sedkit sibuk di ruangan itu, Ethan membuka catatan tamu yang berkunjung di klinik dalam tig

  • Ms. Manager And Her Brother   Jadi Pacarku!

    .”Jadi, sebenarnya kamu niat nawarin gak sih?” tanya Yunri. “Niat tapi, kalau kamu mau dengan tawaran tadi.” Ethan menjawab santai. Menawarkan untuk menjadi model iklan tapi, hanya dibayar dengan makan siang adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Paling tidak, untuk menjadi model bayarannya jutaan. Agaknya, pemuda di depannya sedang bercanda. Dari raut wajahnya saja Yunri bisa menilai kalau Ethan tidak serius. “Kita bahas Le saja. Kemabli ke topik awal!” Yunri mengingatkan tujuan Ethan mengajaknya ke sini. “Kamu bilang belum menemukan metode yang tepat untuk pembelajaran Le, kan? Jadi, cepat temukan dan segera bisa kita terapkan,” perintah Yunri. “Sabar, dong. Nanti aku riset deh metodenya,” jawab Ethan. “Gimana, sih. Katanya kamu itu dokter. Masa gitu aja gak bisa. Bikin tambah ragu aja kalau kamu dokter.” “Loh, aku kan dokter umum, bukan dokter anak.” Ethan membela diri. Yunri melipat tangan ke depan dada. Gadis itu kesal karena Ethan tidak menunjukkan tanda-tanda ak

  • Ms. Manager And Her Brother   Kemunculan Papa

    Cahaya matahari sore menembus ruang tamu apartemen Rosie. Di kursi empuk itu, Ethan rebahan santai sambil menonton video di aplikasi Kyutube. Dan, saat tengah asik menikmati dunianya, Rosie yang baru pulang kerja itu membuat Ethan langsung menurunkan kaki demi menyambut kakak kesayangannya itu. “Aku pulang!” sapa Ethan. “Sapa aku dengan benar. Yang benar itu selamat datang!” protes Rosie. “Selamat pulang, Manajer Rosie.” Ethan mengulangi sambutannya. Kesal dengan itu, Rosie melanggang ke balik konter dapur. “Wah, Kak. Kamu tampak stress begitu. Ada apa?” tanya Ethan. “Bukan urusanmu,” ketus Rosie lalu menenggak air dari dalam gelas hingga tandas. “Jangan sering-sering stres. Nanti kamu cepat tua, Kak,” goda Ethan. Rosie mendekat ke Ethan, duduk di sebelah Ethan dan melepaskan semua rasa lelahnya hari itu pada sandaran sofa yang empuk. Perlahan matanya terpejam dengan posisi tangan dilipat ke dada. Melihat posisi kakaknya seperti itu, Ethan mengambil tablet di atas meja.

  • Ms. Manager And Her Brother   Anak Yang Terabaikan

    Tatapan intimidasi Rosie kepada ayahnya berhasil membuat pria itu tertunduk. Bahkan, untuk datang seperti ini kepada putrinya dan meminjam uang Pak Juan berpikir seribu kali. Awalnya, Pak Juan berniat meminjam uang kepada Clayton tapi, Clayton menolak. Karenanya, Rosie adalah harapan terakhirnya untuk meminta bantuan.“Aku tidak tahu lagi, apa aku masih bisa menyebutmu sebagai ayah. Aku menyembunyikan fakta selama bertahun-tahun tentang perselingkuhanmu. Aku masih ingat betul bagaimana kamu berbicara dengan wanita itu di ruang makan dengan seorang wanita saat mama sedang bekerja.” Rosie mengenang kejadian yang tidak mampu dia lupakan. Sebuah fakta menyayat hatinya saat mengetahui ayahnya menghamili wanita lain. Seiring dengan itu, memori Juan sekan muncul di kepalanya begitu saja.Flashback. Langit Kota Jakarta diselimuti mendung tapi, siang itu tak juga kunjung hujan. Pak Juan sedang menjamu tamu di ruang tamu rumahnya saat istrinya sedang sibuk bekerja. Wanita itu terisak d

  • Ms. Manager And Her Brother   Kedatangan Dicky

    Ethan masuk ke kamar Rosie, pemuda itu masih penasaran dengan maksud perkataan kakak perempuannya itu.“Kak, maksud kakak gimana?” tanya Ethan.“Yang mana?” Rosie menjawab pertanyaan Ethan dengan pertanyaan. “Kenyataan? Apa maksudnya itu?” Ethan melipat tangan ke dada.“Keluarlah, aku mau tidur!” Rosie membaringkan tubuhnya di atas king size. Menyalakan lampu tidur di dekat nakas lantas menarik selimut. Ethan tidak ingin mengganggu kakaknya, dia mengalah daripada menyulut kekesalan Rosie. Keluar dari kamar itu dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Mengerjap-ngerjapkan matanya memandang ke langit-langit.“Lebih baik gak usah dipikirkan!” Ethan bermonolog sendiri, menutup wajahnya dengan bantal dan mencoba menutup matanya. Rosie memiringkan tubuhnya, matanya mulai basah dan lambat laun bulir bening itu mengalir di pipinya, membasahi bantal bersarung putih itu. Hatinya terasa tersayat mengingat masa lalu orang tuanya. *** Ethan tersentak, keluar dari selimut yang menutup

  • Ms. Manager And Her Brother   Kebenaran

    “Katakan, Pak Dicky!” Rosie tampak tidak sabar mendengar tentang Nature Chemical. “Nature Chemical sedang mengincar produk perawatan wajah dari Absolute Beauty. Kalau ini terus berlanjut tentu saja, reputasi Absolute Beauty akan jatuh.” Dicky melanjutkan kalimatnya. Rosie membeliak, di balik tempurung kepalanya sekarang ini sudah mengalir niat untuk mencegah hal ini terjadi tapi, sesaat kemudian Rosie kembali ke topik pembicaraan demi mendengarkan tamunya itu.“Hanya itu saja informasinya sampai repot-repot datang kesini?” tanya Rosie seakan tak puas. Wanita itu tidak puas jika informasinya hanya segini saja. Dicky menggeleng lantas membuka tas selempang yang dia pangku sedari tadi. Dicky mengeluarkan sesuatu berwarna putih dari dalam sana, bukan hanya selembar tapi lembaran itu tampak tebal. “Saya sudah menyelidiki latar Nature Chemical. Semua ada di sini.” Dicky mengulurkan kertas itu kepada Rosie. Rosie pun menerimanya tanpa keraguan.“Hanya itu saja yang bisa saya bawa t

Bab terbaru

  • Ms. Manager And Her Brother   Bagian Akhir

    Dua Bulan Kemudian. Setelah proses persidangan yang panjang, sidang putusan pun ditetapkan pagi itu. “Dengan ini, menyatakan terdakwa Saudara Mario Minoru telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan kejahatan penculikan terencana serta melakukan penganiayaan hingga menyebabkan korban, Saudara Ethan Darius mengalami luka tembak serta menyebabkan luka berat kepada korban Saudara Jonathan sebagaimana yang telah didakwa dalam dakwaan primen penuntut umum. Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Mario Minoru dengan pidana hukuman empat tahun penjara.” Ethan dan Rosie bersamaan mengela napas lega. Hari itu merupakan hari kemenangan mereka atas ambisi Mario. Setelah putusan itu, para hadirin pun bernajak dari kursi masing-masing setelah para hakim meninggalkan meja. Mario pun digiring keluar oleh petugas kejaksaan. Akan tetapi, tepat saat Mario melewati Rosie, pria itu berkata. “Aku akan membalasnya,” ucapnya penuh dendam seraya digiring keluar melewati ruan

  • Ms. Manager And Her Brother   Jonathan Kembali

    Ethan tersenyum tipis, lantas Mario tancap gas melajukan kendaraannya. Ethan memandang mobil Mario yang semakin menjauh lantas tersenyum menyeringai. Seakan penuh kemenangan karena rencana yang dibuat berljalan lancar. Sambil berjalan mendekat ke gedun yayasan, Ethan mengeluarkan smartphone dan menghubungi Rosie/“Kakak, aku mendapatkannya. Tidak akan aman jika aku membawanya. Aku sekarang di yayasan,” Ethan mengabarkan. ”Bagus! Tunggulah beberapa lama lagi, aku akan datang sebentar lagi,” perintah Rosie. Rosie melipat tangannya ke dada berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, jika dia langsung menemui Ethan kemungkinan Mario akan mencurigainya terlebih lagi ini adalah jam kerja. Mario langsung pulang ke apartemen selepas bekerja. Buru-buru pria itu memeriksa brankas di bawah temoat tidur. Menekan beberapa digit nomor sehingga brankas itu terbuka. Melihat dokumen itu masih aman, Mario lega dan kemudian meletakkannya kembali ke dalam brankas. Ketika Ethan meminta unt

  • Ms. Manager And Her Brother   Meretas Brankas

    Jonathan menceritakan semua tentang stempel Ethan. Semua kini terasa jelas di mata Rosie. Bahkan tidak hanya tentang perusahaan. Kurang lebih dua jam berada di ruang inap itu, Rosie pun paham meskipun ayahnya terkesan tidak peduli dan memperlakukan Ethan secara buruk hingga perselingkuhan ayahnya. Hati Rosie yang beku itu perlahan mencair. Semua tampak jelas. “Jadi, tugasku sekarang hanya menanyai Om Clayton tentang itu.” Rosie menarik kesimpulan.“Iya. Kalau kamu benar-benar ingin membantu anak wartawan itu mengungkap kebenarannya, lebih baik ajak saja dia. Supaya gak salah paham,” saran Jonathan.“Baiklah. Aku akan pergi menemui Ethan.” Rosie melirik jam melingkar di tangannya. Bangkit dari duduknya. Bersamaan dengan keluarnya Rosie, muncul seorang perawat dan dokter dari pintu ruang rawat ayahnya.“Pak, apa dia putri anda?” tanya Sang Dokter.“Benar. Dia berlian luar biasa.” Jonathan memandang ke arah berlalunya Rosie. Rosie duduk di dekat brankar Ethan.“Kamu udah pul

  • Ms. Manager And Her Brother   Stampel Ethan

    Seperti pembicaraan mereka lewat telepon tadi pagi, Dicky dan Rosie bertemu di kedai tempat mereka berjanji. Malam itu, Dicky pun tampak memasang raut serius.“Ada apa?” tanya Rosie.“Bu Rosie, begini.” Dicky menjeda kalimatnya. “Tidak ada bukti yang bisa saya temukan jika kematian ayah saya adalah akibat dari pemecahan perusahaan itu.”“Lalu?”“Sepertinya saya tidak punya alasan untuk membantu Bu Rosie untuk terlibat jauh dengan masalah ini. Tidak ada alasan lagi untuk saya berkhianat pada perusahaan tempat saya bekerja,” imbuh Dicky.“Hanya itu saja yang mau disampaikan?” Alis Rosie berkernyit. Jika hanya menyampaikan kabar begini, seharusnya disampaikan lewat telepon saja. Akan tetapi, sepertinya Dicky memiliki maksud lain.“Apa kamu yakin tidak ingin menyelidikinya?” tanya Rosie. Dicky menelan salivanya sendiri. Membetulkan posisi duduk yang mendadak berubah tidak nyaman.“Ibumu berteriak histeris saat saya datang kesana dengan name tag yang menggelayut di depan dada saya

  • Ms. Manager And Her Brother   Maaf Itu Gratis tapi, Bukan Murahan

    “Siapa yang tidak ingin melawan saat terdesak?” Pandangan Mario belum lepas dari pria yang duduk berseberangan dengannya. Pria itu pun melengos asal-asalan.“Yah, kalau Pak Mario tidak bicara, bagaimana saya bisa bantu?” Mario tersenyum mengintimidasi. “Aku sudah kalah. Jadi, tidak ada yang perlu kubicarakan. Aku akan membusuk di penjara.”“Itu namanya pasrah!”“Bukan pasrah tapi, mengakui kesalahan dan merenung apa yang sudah menjadi resikoku. Atas perbuatanku.” Keseriusan Mario terpancar pada matanya itu. “Ya sudah, jika memang tak bersedia untuk dibela, saya rasa ini hanya buang-buang waktu saja.” Pak Han bangkit dari duduknya. Sementara, Mario digiring oleh polisi yang bertugas pagi itu. Masuk ke dalam sel, Mario duduk di pojokan. Memeluk lutut. Kecamuk di hatinya akibat perbuatan yang sudah dia lakukan dan kesalahannya pada Rosie serasa ingin membuatnya berteriak. Akan tetapi, sel yang terasa semakin sempit dan lubang di hatinya akibat perbuatannya sendiri menahan di

  • Ms. Manager And Her Brother   Perasaan Tirta

    Ethan tersenyum masam melihatrona di wajah Yunri. Sesaat kemudian pemuda itu terkekeh.“Hahaha.”“Apaan sih!” Yunri malu-malu kesal.“Kamu suka sama aku, kan?” Mendadak Ethan jadi serius.“Dih, mana ada aku suka sama kamu!”“Terus tadi itu apa?” Desakkan Ethan membuat Yunri gelagapan. Gadis itu jadi salah tingkah. Tidak tahu bagaimana menyembunyikan getar di dadanya. Malu dan perbuatan yang nyaris saja membuatnya jatuh lebih dalam ke dalam perasaan lebih dalam.“Itu-”“Selamat malam!” Yunri terselamatkan oleh suara Tirta yang tiba-tiba masuk dengan sebuah parsel buah di tangannya. “Tirta!” sapa Yunri seraya berlari ke arah pemuda itu.“Ini.” Tirta menyodorkan benda di tangannya kepada Yunri. Dengan sigap, Yunri pun mengambil benda itu.“Kamu apa kabar?” tanya Tirta seraya mendekat ke brankar.“Apa kabar? Lihat, dadaku ini bolong, nyaris gak bisa menikmati burgermu lagi,” sahut Ethan seraya menunjuk dada kirinya yang terperban.“Jangan sensitif begitu dong, Tirta kan cuma nanya.”

  • Ms. Manager And Her Brother   First Kiss

    Cahaya matahari masuk melalui ventilasi yang terbuat dari besi. Ruang besuk itu hanya berukuran dua kali tiga metar. Ukuran yang cukup bagi orang yang ingin membesuk para kriminal demi sekadar bertanya kabar. Seperti yang dilakukan Giesta hari ini, wanita itu duduk berseberangan dengan Mario. “Paman tidak akan mengirimkan pengacara untukmu di pengadilan nanti, itulah yang kudengar,” ucap Giesta. Mario tidak berkata apapun, yang dia lakukan hanya tertunduk. Entah pemuda itu sedang menyesali perbuatannya atau kecewa karena ayahnya tidak akan membantu mengirimkan pengacara saat sidang nanti. “Mario, aku akan membantumu!” tawar Giesta. “Hahaha, membantuku? Kamu saja menjadi Manajer di Nature Chemical karena bantuan ayahku. Sekarang malah mau membantu bagaikan seorang pahlawan kesiangan.” Mario tersenyum menyeringai. “Jangan meremehkanku, Mario. Aku membantumu sebagai seorang saudara. Jabatanku sekarang gak ada hubungannya dengan niatanku membantumu jadi, jangan dikaitkan, ya!” uca

  • Ms. Manager And Her Brother   Wawancara Dengan Yunri

    Yunri sengaja memilih kedai kopi kecil yang nyaris tidak ada pembelinya. Gadis itu sengaja karena privasinya bisa terjaga saat wawancara dengan pengacara di depannya. Setelah memesan dua cup es coffe mocca, , mereka pun memilih tempat paling pojok. Pak Yana mengeluarkan tablet lengkap dengan pensil dan bersiap menulis setiap pengakuan Yunri. Sama seperti yang dilakukan saat mewawancari Ethan sebelumnya. “Nona Yunri, apa sudah benar-benar siap?” tanya Pak Yana. Yunri mengangguk pelan tanda dirinya sudah siap ditanyai apapun tentang masalah yang melibatkannya. “Saya disclaimer dulu sebelum kita mulai. Kalau ada pertanyaan yang membuat Nona Yunri tidak nyaman, Nona Yunri bisa bilang kalau itu tidak nyaman untuk Nona. Saya akan mengganti pertanyaannya. Nona juga tidak harus menjawab semua pertanyaan yang saya tanyakan karena itu hak Nona.” Pak Yana memperingatkan.“Iya.” Sebelum mereka memulainnya, pelayan pun datang menjeda seraya membawa pesanan mereka. Berlalu setelah mele

  • Ms. Manager And Her Brother   Seudzon

    Sore hari, Pak Yana pun datang ke ruang rawat Ethan hanya untuk menanyai pemuda itu demi keperluan sidang tentunya setelah berkonstultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani Ethan. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah Sang Pengacara melakukan tugasnya. “Maaf mengganggu sore-sore begini, Mas Ethan.” Pak Yana memulai pembicaraan dengan basa-basi.“Apa Mas Ethan sudah siap dan yakin dengan wawancara ini?” tanya Pak Yana sebelum melangkah lebih jauh.“Pak Yana, saya hanya tertembak, bukan meninggal. Apa Pak Yana enggak lihat kalau saya sesehat ini?” Ethan menngangkat kedua lengannya, memperlihatkan otot bisep yang menonjol tapi, sesaat kemudian dia meringis. “Aduh!”“Gak usah sok kuat!” ketus Rosie.” Ethan lantas menurunkan kedua tangannya, mengela napas lantas berkata, “Kita mulai sekarang saja, Pak. Biar cepat.”“Baiklah. Pak Yana bersiap mengetik pada sebuah tablet di tangannya. “Bagaimana kejadian waktu Mas Ethan diculik?” Pak Yana mengawali wawancaranya dengan p

DMCA.com Protection Status