Home / All / Ms. Manager And Her Brother / Anak Yang Terabaikan

Share

Anak Yang Terabaikan

Author: Ursa Mayor
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tatapan intimidasi Rosie kepada ayahnya berhasil membuat pria itu tertunduk. Bahkan, untuk datang seperti ini kepada putrinya dan meminjam uang Pak Juan berpikir seribu kali. Awalnya, Pak Juan berniat meminjam uang kepada Clayton tapi, Clayton menolak. Karenanya, Rosie adalah harapan terakhirnya untuk meminta bantuan.

“Aku tidak tahu lagi, apa aku masih bisa menyebutmu sebagai ayah. Aku menyembunyikan fakta selama bertahun-tahun tentang perselingkuhanmu. Aku masih ingat betul bagaimana kamu berbicara dengan wanita itu di ruang makan dengan seorang wanita saat mama sedang bekerja.”

Rosie mengenang kejadian yang tidak mampu dia lupakan. Sebuah fakta menyayat hatinya saat mengetahui ayahnya menghamili wanita lain. Seiring dengan itu, memori Juan sekan muncul di kepalanya begitu saja.

Flashback.

Langit Kota Jakarta diselimuti mendung tapi, siang itu tak juga kunjung hujan. Pak Juan sedang menjamu tamu di ruang tamu rumahnya saat istrinya sedang sibuk bekerja. Wanita itu terisak d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ms. Manager And Her Brother   Kedatangan Dicky

    Ethan masuk ke kamar Rosie, pemuda itu masih penasaran dengan maksud perkataan kakak perempuannya itu.“Kak, maksud kakak gimana?” tanya Ethan.“Yang mana?” Rosie menjawab pertanyaan Ethan dengan pertanyaan. “Kenyataan? Apa maksudnya itu?” Ethan melipat tangan ke dada.“Keluarlah, aku mau tidur!” Rosie membaringkan tubuhnya di atas king size. Menyalakan lampu tidur di dekat nakas lantas menarik selimut. Ethan tidak ingin mengganggu kakaknya, dia mengalah daripada menyulut kekesalan Rosie. Keluar dari kamar itu dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Mengerjap-ngerjapkan matanya memandang ke langit-langit.“Lebih baik gak usah dipikirkan!” Ethan bermonolog sendiri, menutup wajahnya dengan bantal dan mencoba menutup matanya. Rosie memiringkan tubuhnya, matanya mulai basah dan lambat laun bulir bening itu mengalir di pipinya, membasahi bantal bersarung putih itu. Hatinya terasa tersayat mengingat masa lalu orang tuanya. *** Ethan tersentak, keluar dari selimut yang menutup

  • Ms. Manager And Her Brother   Kebenaran

    “Katakan, Pak Dicky!” Rosie tampak tidak sabar mendengar tentang Nature Chemical. “Nature Chemical sedang mengincar produk perawatan wajah dari Absolute Beauty. Kalau ini terus berlanjut tentu saja, reputasi Absolute Beauty akan jatuh.” Dicky melanjutkan kalimatnya. Rosie membeliak, di balik tempurung kepalanya sekarang ini sudah mengalir niat untuk mencegah hal ini terjadi tapi, sesaat kemudian Rosie kembali ke topik pembicaraan demi mendengarkan tamunya itu.“Hanya itu saja informasinya sampai repot-repot datang kesini?” tanya Rosie seakan tak puas. Wanita itu tidak puas jika informasinya hanya segini saja. Dicky menggeleng lantas membuka tas selempang yang dia pangku sedari tadi. Dicky mengeluarkan sesuatu berwarna putih dari dalam sana, bukan hanya selembar tapi lembaran itu tampak tebal. “Saya sudah menyelidiki latar Nature Chemical. Semua ada di sini.” Dicky mengulurkan kertas itu kepada Rosie. Rosie pun menerimanya tanpa keraguan.“Hanya itu saja yang bisa saya bawa t

  • Ms. Manager And Her Brother   Di Mansion Om Clayton

    Sementara itu di tempat lain, Ethan sudah sampai di kediam Om Clayton. Berangkat dengan mobil milik kakaknya. “Rosie mana?” sambut Om Clayton sambil mencari seseorang di belakang Rosie. “Tadi niatnya mua ikut tapl gak jadi, katanya masih ada pekerjaan.” Ethan menjawab jujur. Om Clayton merangkul pundak keponakannya itu menuju ruang tamu. “Sayang sekali, dia itu sama kayak mamanya. Pekerja keras dan bertanggung jawab,” puji Om Clayton.“Ya, karena pekerjaannya itu aku kadang jadi sasaran untuk meluapkan stresnya.” komentar Ethan.“Hahaha, yah mau gimana lagi. Kan cuma kamu yang ada untuk itu.” Om Clayton mempersilakan keponakannya duduk di sofa bergaya mewah nan empuk itu.“Yah, pagi ini juga kedatangan seorang tamu,” tutur Ethan. Sesaat kemudian seorang pembantu datang membawakan minuman dan camilan untuk jamuan Ethan. “Kamu betah di yayasan?” tanya Om Clayton.“Yah, sejauh ini betah sih. Enak kerjanya.”“Oke. Om harap, kamu bisa betah terus di sana. Apa kamu gak mau buk

  • Ms. Manager And Her Brother   Getaran Asmara di Balai Bengong

    Setelah melewati jalan setapak yang jalurnya menjulur lurus, mereka memasuki jembatan kecil. Di bawahnya terdapat kolam ikan dengan bunga teratai di atasnya. Sesekali ikan mas seakan mengintip dua anak manusia itu dari bawah daun tertai yang lebar. Di ujung jembatan itu terdapat sebuah balai bengong dengan tembok pembatas setinggi pinggang orang deawa hingga pemandangan kolam masih terlihat dari sana. . Sesekali, angin berembus meniup rambut mereka yang berjalan berdampingan.“Ada dua hal yang gak bisa kupercaya setelah ketemu kamu.” Yunri memulai pembicaraan.“Apa itu?” “Pertama, aku masih gak percaya kamu seorang dokter dan yang kedua Pak Clayton punya keponakan sepertimu,” jawab Yunri. Pandangannya jauh ke tengah kolam.“Hahaha, kenyataannya begitu. Ya, mau gak mau kamu harus percaya.” Ethan menimpali.“Ya, mungkin kalau kamu dokter aku sudah sedikit pecaya sekarang. Tapi, kalau kamu keponakan Pak Clayton itu aku masih meragukannya. Langkah mereka pun sampai di balai be

  • Ms. Manager And Her Brother   Kemarahan Rosie

    Sebelum Yunri terlarut dalam suasana asmara seperti itu, Yunri menggeser pantatnya demi menjaga jarak dengan Ethan. “Ba-Bagaimana kalau kita lakukan segera?” Yunri gelagapan. Menunduk demi menyembunyikan rona di wajahnya. Ethan melengos, menyadari drirnya nyaris saja larut dalam suasana yang terjadi secara tiba-tiba. Di balik tulang rusuk itu masih terasa deguban yang membuat jantungnya nyaris saja lepas saking kencangnya. “Bisa kita mulai senin tapi, apa di yayasan ada alat pendukungnya, ya?” tanya Ethan. “Apa yang kamu perlukan?” Yunri memiringkan kepala.“Ya, seperti yang ada di film tadi.” Ethan menyahut.“Kalau itu, hampir semuanya ada kok.”“Baguslah, kalau enggak ada itu semua kita bisa keluar biaya nih,” komentar Ethan.“Jangan khawatir, alat penunjang belajar dan pengembangan kreativitas di yayasan itu lumayan lengkap, kok.” Yunri tersenyum.“Oke. Kita siapkan saja Senin. Aku akan melatihnya.” Ethan memerosot turun dari balai bengong. Menghirup udara yang segar itu lant

  • Ms. Manager And Her Brother   Rasa Kalut Ethan

    “Jangan pura-pura gak tahu, Om.” Rosie membentak, dia melempar amplop coklat hingga mendarat tepat di ujung kaki Om Clayton. Om Clayton miletakkan cangkirnya, membungkuk mengamit benda cokelat itu. Benda putih pun mencuat dari dalam sana, berhasil membuat pria itu penasaran. Apa gerangan yang akan ditunjukkan keponakan perempuannya ini. Om Clayton menarik kertas itu lantas membacanya sekilas. Om Clayton tidak mampu berkata apapun setelahnya, membeliak dan mengatupkan bibir. Hanya hal itulah yang bisa dia lakukan. “Di-dimana kamu dapatkan dokumen ini?” Om Clayton menatap keponakanya lekat-lekat. “Om gak perlu tahu. Sekarang, katakan apa maksud dari semua ini?” Rosie mendelik. Amarahnya masih membakar dada wanita itu sampai-sampai paru-parunya kembang kempis.“Rosie, ini gak seperti yang kamu pikirkan!” kilah Om Clayton seraya berdiri.“Jika Om gak mau katakan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan ayah, aku tidak akan menganggapmu paman lagi. Aku bahkan tidak ped

  • Ms. Manager And Her Brother   Surat Tangan Jonathan Juan

    Setelah menurunkan Yunri di depan kedai van burger milik Tirta, Ethan langsung melajukan kembali kendaraannya hingga di basement apartemen Roise. Pemuda itu bahkan tidak berkata apa-apa kepada Yunri meski hanya sekadar kata perpisahan hari itu. Ethan bahkan tidak merespon ucapan Terima kasih Yunri.“Aneh banget dua orang itu.” Yunri bergumam lantas berbalik mendekat ke Tirta.“Wih, beda banget penampilanmu hari ini. Terpesona abang kau buat,” goda Tirta.“Apaan sih, Tir.” Yunri merona dipuji seperti itu meski dia tahu Tirta hanya bercanda. Yunri naik ke van, menggantung tasnya lantas mengenakan apron warna cokelat. Mengikatkannya ke pinggang lantas mengkat rambut tinggi-tinggi.“Udah selesai urusanmu dengan Pak Clayton?” tanya Tirta.“Udah. Cuma cowok itu-,” Yunri menghentikan kalimatnya, mengambil jeda-.”Cowok itu … Banyak hal yang gak kupercaya darinya.” Yunri menghadap Tirta. “Gimana maksudnya?”“Pertama, aku gak percaya kalau dia dokter, yang kedua ini yang mengagetkan. Dia itu

  • Ms. Manager And Her Brother   Rosie Sakit

    Langit Kota G sudah menggelap, dihias oleh titik garis yang terbentuk oleh bintang-bintang. Lampu penerang jalan dan dari gedung-gedung tinggi pun membuat Kota G tampak gemerlap. Ethan membuka mata, pemuda itu menurunkan kaki ketika menyadari dirnya sudah ketiduran di di atas sofa dengan smartphone di atas perutnya. “Sial, malah ketiduran!” gumam Ethan setelah melihat jam di layar smartphonenya yang sudah menunjukkan angka dua puluh lewat lima menit. Setelah menggeliat sejenak, Ethan bangkit dari kursi. Dia memberanikan diri untuk masuk ke kamar Rosie. Sudah tidak sabar menunggu jawab atas pertanyaan yang dia lontarkan pada kakaknya sepulang dari mansion Om Clayton tadi siang. Takut Rosie akan menyemprotnya dengan sikap dingin, Ethan menekan gagang pintu kamar Rosie pelan-pelan. Mengendap-endap dan mendapati kakaknya sudah terlelap. “Tumben banget tidur cepat,” gumam Ethan saat memerhatikan wajah kakak perempuannya itu. Melihat Rosie tidur cepat adalah pemandangan langka

Latest chapter

  • Ms. Manager And Her Brother   Bagian Akhir

    Dua Bulan Kemudian. Setelah proses persidangan yang panjang, sidang putusan pun ditetapkan pagi itu. “Dengan ini, menyatakan terdakwa Saudara Mario Minoru telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan kejahatan penculikan terencana serta melakukan penganiayaan hingga menyebabkan korban, Saudara Ethan Darius mengalami luka tembak serta menyebabkan luka berat kepada korban Saudara Jonathan sebagaimana yang telah didakwa dalam dakwaan primen penuntut umum. Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Mario Minoru dengan pidana hukuman empat tahun penjara.” Ethan dan Rosie bersamaan mengela napas lega. Hari itu merupakan hari kemenangan mereka atas ambisi Mario. Setelah putusan itu, para hadirin pun bernajak dari kursi masing-masing setelah para hakim meninggalkan meja. Mario pun digiring keluar oleh petugas kejaksaan. Akan tetapi, tepat saat Mario melewati Rosie, pria itu berkata. “Aku akan membalasnya,” ucapnya penuh dendam seraya digiring keluar melewati ruan

  • Ms. Manager And Her Brother   Jonathan Kembali

    Ethan tersenyum tipis, lantas Mario tancap gas melajukan kendaraannya. Ethan memandang mobil Mario yang semakin menjauh lantas tersenyum menyeringai. Seakan penuh kemenangan karena rencana yang dibuat berljalan lancar. Sambil berjalan mendekat ke gedun yayasan, Ethan mengeluarkan smartphone dan menghubungi Rosie/“Kakak, aku mendapatkannya. Tidak akan aman jika aku membawanya. Aku sekarang di yayasan,” Ethan mengabarkan. ”Bagus! Tunggulah beberapa lama lagi, aku akan datang sebentar lagi,” perintah Rosie. Rosie melipat tangannya ke dada berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, jika dia langsung menemui Ethan kemungkinan Mario akan mencurigainya terlebih lagi ini adalah jam kerja. Mario langsung pulang ke apartemen selepas bekerja. Buru-buru pria itu memeriksa brankas di bawah temoat tidur. Menekan beberapa digit nomor sehingga brankas itu terbuka. Melihat dokumen itu masih aman, Mario lega dan kemudian meletakkannya kembali ke dalam brankas. Ketika Ethan meminta unt

  • Ms. Manager And Her Brother   Meretas Brankas

    Jonathan menceritakan semua tentang stempel Ethan. Semua kini terasa jelas di mata Rosie. Bahkan tidak hanya tentang perusahaan. Kurang lebih dua jam berada di ruang inap itu, Rosie pun paham meskipun ayahnya terkesan tidak peduli dan memperlakukan Ethan secara buruk hingga perselingkuhan ayahnya. Hati Rosie yang beku itu perlahan mencair. Semua tampak jelas. “Jadi, tugasku sekarang hanya menanyai Om Clayton tentang itu.” Rosie menarik kesimpulan.“Iya. Kalau kamu benar-benar ingin membantu anak wartawan itu mengungkap kebenarannya, lebih baik ajak saja dia. Supaya gak salah paham,” saran Jonathan.“Baiklah. Aku akan pergi menemui Ethan.” Rosie melirik jam melingkar di tangannya. Bangkit dari duduknya. Bersamaan dengan keluarnya Rosie, muncul seorang perawat dan dokter dari pintu ruang rawat ayahnya.“Pak, apa dia putri anda?” tanya Sang Dokter.“Benar. Dia berlian luar biasa.” Jonathan memandang ke arah berlalunya Rosie. Rosie duduk di dekat brankar Ethan.“Kamu udah pul

  • Ms. Manager And Her Brother   Stampel Ethan

    Seperti pembicaraan mereka lewat telepon tadi pagi, Dicky dan Rosie bertemu di kedai tempat mereka berjanji. Malam itu, Dicky pun tampak memasang raut serius.“Ada apa?” tanya Rosie.“Bu Rosie, begini.” Dicky menjeda kalimatnya. “Tidak ada bukti yang bisa saya temukan jika kematian ayah saya adalah akibat dari pemecahan perusahaan itu.”“Lalu?”“Sepertinya saya tidak punya alasan untuk membantu Bu Rosie untuk terlibat jauh dengan masalah ini. Tidak ada alasan lagi untuk saya berkhianat pada perusahaan tempat saya bekerja,” imbuh Dicky.“Hanya itu saja yang mau disampaikan?” Alis Rosie berkernyit. Jika hanya menyampaikan kabar begini, seharusnya disampaikan lewat telepon saja. Akan tetapi, sepertinya Dicky memiliki maksud lain.“Apa kamu yakin tidak ingin menyelidikinya?” tanya Rosie. Dicky menelan salivanya sendiri. Membetulkan posisi duduk yang mendadak berubah tidak nyaman.“Ibumu berteriak histeris saat saya datang kesana dengan name tag yang menggelayut di depan dada saya

  • Ms. Manager And Her Brother   Maaf Itu Gratis tapi, Bukan Murahan

    “Siapa yang tidak ingin melawan saat terdesak?” Pandangan Mario belum lepas dari pria yang duduk berseberangan dengannya. Pria itu pun melengos asal-asalan.“Yah, kalau Pak Mario tidak bicara, bagaimana saya bisa bantu?” Mario tersenyum mengintimidasi. “Aku sudah kalah. Jadi, tidak ada yang perlu kubicarakan. Aku akan membusuk di penjara.”“Itu namanya pasrah!”“Bukan pasrah tapi, mengakui kesalahan dan merenung apa yang sudah menjadi resikoku. Atas perbuatanku.” Keseriusan Mario terpancar pada matanya itu. “Ya sudah, jika memang tak bersedia untuk dibela, saya rasa ini hanya buang-buang waktu saja.” Pak Han bangkit dari duduknya. Sementara, Mario digiring oleh polisi yang bertugas pagi itu. Masuk ke dalam sel, Mario duduk di pojokan. Memeluk lutut. Kecamuk di hatinya akibat perbuatan yang sudah dia lakukan dan kesalahannya pada Rosie serasa ingin membuatnya berteriak. Akan tetapi, sel yang terasa semakin sempit dan lubang di hatinya akibat perbuatannya sendiri menahan di

  • Ms. Manager And Her Brother   Perasaan Tirta

    Ethan tersenyum masam melihatrona di wajah Yunri. Sesaat kemudian pemuda itu terkekeh.“Hahaha.”“Apaan sih!” Yunri malu-malu kesal.“Kamu suka sama aku, kan?” Mendadak Ethan jadi serius.“Dih, mana ada aku suka sama kamu!”“Terus tadi itu apa?” Desakkan Ethan membuat Yunri gelagapan. Gadis itu jadi salah tingkah. Tidak tahu bagaimana menyembunyikan getar di dadanya. Malu dan perbuatan yang nyaris saja membuatnya jatuh lebih dalam ke dalam perasaan lebih dalam.“Itu-”“Selamat malam!” Yunri terselamatkan oleh suara Tirta yang tiba-tiba masuk dengan sebuah parsel buah di tangannya. “Tirta!” sapa Yunri seraya berlari ke arah pemuda itu.“Ini.” Tirta menyodorkan benda di tangannya kepada Yunri. Dengan sigap, Yunri pun mengambil benda itu.“Kamu apa kabar?” tanya Tirta seraya mendekat ke brankar.“Apa kabar? Lihat, dadaku ini bolong, nyaris gak bisa menikmati burgermu lagi,” sahut Ethan seraya menunjuk dada kirinya yang terperban.“Jangan sensitif begitu dong, Tirta kan cuma nanya.”

  • Ms. Manager And Her Brother   First Kiss

    Cahaya matahari masuk melalui ventilasi yang terbuat dari besi. Ruang besuk itu hanya berukuran dua kali tiga metar. Ukuran yang cukup bagi orang yang ingin membesuk para kriminal demi sekadar bertanya kabar. Seperti yang dilakukan Giesta hari ini, wanita itu duduk berseberangan dengan Mario. “Paman tidak akan mengirimkan pengacara untukmu di pengadilan nanti, itulah yang kudengar,” ucap Giesta. Mario tidak berkata apapun, yang dia lakukan hanya tertunduk. Entah pemuda itu sedang menyesali perbuatannya atau kecewa karena ayahnya tidak akan membantu mengirimkan pengacara saat sidang nanti. “Mario, aku akan membantumu!” tawar Giesta. “Hahaha, membantuku? Kamu saja menjadi Manajer di Nature Chemical karena bantuan ayahku. Sekarang malah mau membantu bagaikan seorang pahlawan kesiangan.” Mario tersenyum menyeringai. “Jangan meremehkanku, Mario. Aku membantumu sebagai seorang saudara. Jabatanku sekarang gak ada hubungannya dengan niatanku membantumu jadi, jangan dikaitkan, ya!” uca

  • Ms. Manager And Her Brother   Wawancara Dengan Yunri

    Yunri sengaja memilih kedai kopi kecil yang nyaris tidak ada pembelinya. Gadis itu sengaja karena privasinya bisa terjaga saat wawancara dengan pengacara di depannya. Setelah memesan dua cup es coffe mocca, , mereka pun memilih tempat paling pojok. Pak Yana mengeluarkan tablet lengkap dengan pensil dan bersiap menulis setiap pengakuan Yunri. Sama seperti yang dilakukan saat mewawancari Ethan sebelumnya. “Nona Yunri, apa sudah benar-benar siap?” tanya Pak Yana. Yunri mengangguk pelan tanda dirinya sudah siap ditanyai apapun tentang masalah yang melibatkannya. “Saya disclaimer dulu sebelum kita mulai. Kalau ada pertanyaan yang membuat Nona Yunri tidak nyaman, Nona Yunri bisa bilang kalau itu tidak nyaman untuk Nona. Saya akan mengganti pertanyaannya. Nona juga tidak harus menjawab semua pertanyaan yang saya tanyakan karena itu hak Nona.” Pak Yana memperingatkan.“Iya.” Sebelum mereka memulainnya, pelayan pun datang menjeda seraya membawa pesanan mereka. Berlalu setelah mele

  • Ms. Manager And Her Brother   Seudzon

    Sore hari, Pak Yana pun datang ke ruang rawat Ethan hanya untuk menanyai pemuda itu demi keperluan sidang tentunya setelah berkonstultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani Ethan. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah Sang Pengacara melakukan tugasnya. “Maaf mengganggu sore-sore begini, Mas Ethan.” Pak Yana memulai pembicaraan dengan basa-basi.“Apa Mas Ethan sudah siap dan yakin dengan wawancara ini?” tanya Pak Yana sebelum melangkah lebih jauh.“Pak Yana, saya hanya tertembak, bukan meninggal. Apa Pak Yana enggak lihat kalau saya sesehat ini?” Ethan menngangkat kedua lengannya, memperlihatkan otot bisep yang menonjol tapi, sesaat kemudian dia meringis. “Aduh!”“Gak usah sok kuat!” ketus Rosie.” Ethan lantas menurunkan kedua tangannya, mengela napas lantas berkata, “Kita mulai sekarang saja, Pak. Biar cepat.”“Baiklah. Pak Yana bersiap mengetik pada sebuah tablet di tangannya. “Bagaimana kejadian waktu Mas Ethan diculik?” Pak Yana mengawali wawancaranya dengan p

DMCA.com Protection Status