Aku masih tidak terima dengan kenyataan pahit ini. “Ayah, anak itu bukan anakku. Bagaimana dia bisa menjadi anakku? Aku … aku sangat mencintai Daisy.”
Aku menangis. Untuk yang pertama kalinya aku menangis di depan Ayah dan Ibu.
“Drew, aku tahu perasaanmu ….” Alexa menyentuh pundakku. “Tapi, Daisy pun akan menikah dengan orang lain.”
“Apa?”
“Kakaknya bilang, dia akan menikah dengan orang lain.” Alexa kembali memperjelas.
“Bagaimana bisa—“ aku kehilangan kata-kata. Sialan! Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi.
Akhirnya aku menghindar dari keluargaku. Mungkin itu pilihan yang terbaik untuk
“Lepaskan tanganmu dari wanita ini, bodoh!”Seketika bioskop menjadi heboh. Tiba-tiba lampu bioskop menyala dan security membawa aku dan lelaki ini keluar.“Apa-apaan kau ini!” Lelaki itu memperbaiki pakaiannya. “Apa yang kau lakukan terhadap Disy! Kau tahu dia siapa? Dia calon istriku!” Aku berteriak murka.Lelaki itu tertawa. “Hahahah! Jangan berhalusinasi.”“Aku bisa memenjarakanmu karena kau sudah melecehkan Daisy.”“Tidak benar, semua itu tidak benar.” Lelaki itu bicara pada beberapa orang yang mengelilingi kami. “Benar, laki-laki itu sudah melecehkanku
Sambungan terputus. Aku terus curi-curi pandang ke arah Daisy sambil tersenyum. Setelah mendapat alamat yang dikirim Rehan melalui pesan. Aku langsung putar arah."Kita mau kemana?" Daisy terkejut. "Membawamu ke suatu tempat untuk membuktikan bahwa Alice telah memfitnahku."Daisy mengerang kesal. "Ah, itu lagi. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan kau, dan mantan istrimu. Hubungan kita sudah berakhir, Drew. Tolong jangan bawa aku ke dalam masalahmu terus.""Aku tidak akan bisa tidur dengan tenang seumur hidup jika tidak membuktikannya padamu.""Sudahlah, hentikan omong kosong ini. Aku mau, kau menghentikan mobil ini, atau aku akan lompat di jalan." Daisy tiba-tiba membuka pintu mobil di saat aku tengah menyetir.
"Sama-sama, Pak. Oh iya, ini Roy. Mantan Alice." Rehan menunjuk seorang lelaki yang sudah duduk di kursi dengan santainya. Selingkuhan, mantan, setan, atau apalah itu namanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Lelaki itu bangkit dari kursi dan mengulurkan tangan padaku. "Senang bertemu Anda lagi." Ia tersenyum smirk. Membuat aku ingin menonjoknya habis-habisan jika harus mengingat kejadian dulu. Aku tidak membalas uluran tangannya. Nanti aku bisa gatal-gatal. Aku duduk saja di kursi di depannya, menarik Daisy untuk ikut duduk di sebelahku dengan terpaksa."Kau sudah menerima pembayaran awal?" Aku langsung saja to the point. Agar tidak banyak cerita.Si brengsek di depanku mengotak-atik ponselnya. "Sudah. Kapan aku bisa mendapatkan uangnya penuh?""Setelah kau berani bersaksi di depan Alice dan
Daisy tertawa yang dibuat-buat. "Hahahaha, sudah cukup sandiwaranya." Daisy hendak pergi meninggalkan kami."Tunggu." Roy menahan langkah Daisy. "Aku punya bukti."Roy mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan isi gallery di ponselnya kepada Daisy. Ada bukti rekaman ketika Alice akan melahirkan. Di video tersebut terlihat Roy tengah mengelus dan mencium perut Alice yang buncit sambil berujar."Hai, sayang, ini Daddy. Daddy sangat menantikan kehadiranmu."Lalu, Alice bertanya. "Jika anak kita lahir, akan kau kasih nama siapa dia?""Kazie Lavender Marteen," Roy menjawab. Mengambil alih ponselnya dari tangan Alice dan kini merekam Alice. "Semangat sayang, semoga kalian berdua selamat."Kemudian Alice dibawa oleh Dokter menuju ruangan operasi."Saat itu, aku masih punya banyak uang. Bahkan, sampai sempat membawa Alice melahirka
"Pak ..." Rehan tiba-tiba muncul di antara kami. "Aku sudah mendapatkan buktinya."Aku, Daisy dan Roy menatap Rehan secara bersamaan."Aku sudah berhasil mengunjungi rumah sakit tempat anak Alice tes DNA. Dan mereka bilang, tidak ada pasien atas nama Kezie di sana yang tes DNA," jelas Rehan panjang lebar."Terus, darimana mereka dapatkan hasil tes tersebut? Dan hasil tesnya juga ada label rumah sakit itu. Apakah rumah sakit itu bikin hasil palsu?" Aku bertanya-tanya karena hasil tes yang dibawa oleh Alice seperti asli. Sampai semua orang terkecoh."Salah seorang Dokter di rumah sakit tersebut telah membantu Alice demi mendapatkan hasil palsu dari tes DNA Kezie. Setelah aku cocokkan dengan hasil tesmu, kau dan Kezie tidak cocok sama sekali. Sudah aku pastikan kalau Kezie bukan anakmu." rehan memberikan bukti hasil tes aku dan Kezie. Aku bisa memamerkan ini kepada Daisy. Dan dia terkesima melihatnya.
"Kita mau kemana?"Daisy nyaris menahan dirinya sendiri."Aku akan mengembalikan kisah kita yang sempat terhenti—seperti dulu."Aku menarik paksa Daisy masuk ke dalam mobilku. Dan melajukan mobil dengan kencang menuju rumah orangtuaku.Ternyata benar dugaanku, kalau Alice dan Kezie sudah ada di rumah orangtuaku. Ayah dan Ibu terlihat bahagia ketika bermain dengan Kezie."Drew, kau sudah pulang?" Alice menatapku dan Daisy yang datang bersamaan. Dia bersikap pura-pura manis sambil menghampiriku. "Lihat anak kita, sayang. Kezie sangat senang main dengan Kakek dan Neneknya." Alice menyentuh lenganku.Aku menepis sentuhannya. Merasa sangat jijik."Jangan berpura-pura lagi, Alice.""A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti.""Jangan kotori hati dan mulutmu itu untuk membohongi keluargaku. Sudah cukup semuanya. Silakan bawa anak dari hasil perseling
"Aku tidak menipu kalian!" Alice tampak ketakutan dan gugup.Tamatlah riawayatmu, Alice!"A-aku bisa jelaskan semuanya." Alice bicara dengan gugup."Apalagi yang ingin kau jelaskan? Bukankah semuanya sudah jelas?" Aku tesenyum smirk."Seharusnya aku tidak mempercayaimu lagi, Alice!" Alexa melipat tangan di dada. Dia terlihat sangat geram."Dok, kenapa kau lakukan ini padaku?" Alice menatap Dokter Sehan."Maafkan aku, aku tidak ingin dipenjara dan dikeluarkan dari jabatanku di rumah sakit itu." Mata Dokter Sehan berkaca-kaca."Sudahlah Alice, berhenti memeras banyak orang. Kau sudah melukai perasan Drew dulu, kemudian kau meninggalkanku begitu saja. Membuat aku dan anakku terpisah. Apa lagi yang kau inginkan?" ucap Roy.&nb
"Drew, maafkan aku sudah tidak mempercayaimu." Alexa menghampiriku ketika mereka semua keluar dari rumahku.Aku tidak ingin melihat Alice lagi di hidupku. Untuk itu, aku ingin Rehan membawa mereka jauh-jauh. Dan memberikan mereka sejumlah uang untuk hidup lebih layak. Aku begini, hanya karena kasian dengan Kezie."Sudah aku bilang, seharusnya kau mempercayaiku." Aku menyipitkan mata tajam pada si cerewet yang selalu saja memarahiku."Ibu juga minta maaf, karena menyalahkanmu telah menelantarkan Kezie. Ternyata, dia bukan darah dagingmu." Ibu memelukku, bersama dengan Ayah.Sedangkan Daisy sejak tadi, di sepanjang kejadian hanya diam seribu bahasa. Dia tidak bisa berkata apapun. Mungkin karena merasa bersalah telah menuduhku."Kau tidak minta maaf padaku?"Aku menyindirnya.Dia masih diam."Seharusnya kau minta maaf." Aku sindir kembali."Baiklah." Daisy menghela napas. "Aku minta maaf.""Minta maaf yang tulus, don
“Aku—““Please sayang, jawab iya. Pleaseee….” Lagi dan lagi, hanya Daisy yang bisa membuat aku memohon seperti ini.Daisy tidak lagi menatapku. Sepertinya dia bingung memberi keputusan.“Aku janji tidak akan melukaimu kembali. Aku janjiii….” Aku terus membujuk Daisy.Daisu menarik napas panjang. “Oke!”“Oke? Apa maksud dari jawaban singkatmu itu.” Aku tak sabaran.“Aku akan menikah denganmu.”Jawabam Daisy membuat hatiku lega. Aku sampai berdiri dan lompat kegirangan. “Hei Drew, kalau kau menyakiti hati adikku lagi. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Mengerti!” Calra mengancamku.Tapi aku tidak takut, karena aku tidak akan melakukan hal itu lagi. “Tidak akan.”***Selesai bicara mengenai pernikahan yang sudah disetujui oleh semua orang.Kami sekeluarga makan siang di rumah Daisy. Carla sudah menyiapkan makanan enak, berhubung dia sangat jago masak.Aku tidak berhenti membawa tangan Daisy ke bawah meja dan terus menggenggam tangannya.“Drew, lepasin tanganku. Gimana caranya aku bis
Aku keluar dari pintu dan berusah mengejar langkah Daisy. Lantas aku menggenggam tangannya agar kami terlihat romantis di depan semua keluarga.“Nah, ini dia calon pengantin kita sudah tiba,” ujar Ibu bersemangat.Melihat raut wajah mereka semua, sudah pasti kalau Kakaknya Daisy mengizinkan kami untuk menikah.“Hai, semuanya….” Aku menyapa hangat.“Kau habis dari mana?” Carla menatap Daisy. “Rambutmu kelihatan berantakan sekali.”Aku merasakan sentuhan tangan Daisy semakin erat. Mungkin dia gugup. “A-aku—““Tadi kami habis dari salon,” tukasku.Alexa langsung tertawa. Aku memelototi si nenek sihir itu.“Salon mana yang membuat rambutmu berantakan, Daisy?” Kreen melipat tangan di dada.“Ya ampun, memangnya ada yang salah dengan rambut Daisy? Kalian tidak lihat ya. Kalau ini adalah model rambut terbaru. Ini sedang trend!” Aku terus mengalihkan pembicaraan.Daisy mencubit perutku.“Lebih baik kalian duduk dulu,” ucap Ayah.Aku membawa Daisy duduk di sebelahku.“Jadi, setelah pembicaraan
TOK TOK TOK!Ciuman kami terlepas. Alexa sudah berada di sebelah mobilku.Sial!Daisy jadi salah tingkah dan kembali duduk di kursinya sambil mengancing semua kemejanya. Sedangkan aku membuka jendela mobil.“Apa?” Aku memelototi Alexa kesal.“Sabar lah, brody! Kenapa kau lakukan itu sekarang, di mobil. Dasar bodoh!” Alexa memukul kepalaku.“Aduh!” Aku meringis. “Kau kenapa sih?”“Kau yang kenapa? Kau lakukan itu di mobil? Kau harus cari kamar hotel yang mewah. Bukan di mobil, dan di depan rumah Daisy pula. Dasar tolol!” Alexa memukul kepalaku lagi.“Heeeei, kau ini!” Aku ingin sekali membalas Alexa. Tapi, dia sudah menjewer telingaku.“Aduh, aduh! Sakit.” Aku meringis lagi.“Alexa, maaf, aku tidak bermaksud—“ Daisy berusaha menjelaskan. Karena sepertinya, dia merasa tidak enak hati. Atau mungkin, dia merasa menyesal telah melakukan hal itu denganku tadi.“Tidak masalah cantik. Aku suka melihat adikku yang mulai ganas! Dan aku suka, kau membalas permainan ganas adikku juga. Yang menjad
Mobil yang aku kendarai akhirnya sampai di depan rumah Daisy.Selain itu, aku juga melihat ada mobil orangtuaku, dan mobil Alexa yang ikut terparkir di halaman rumah Daisy.Ternyata, mereka lebih cepat dari yang aku duga.Padahal, aku hanya ingin mengirimi pesan singkat di grup keluarga.[Drew : Keluarga-keluargaku yang terhormat dan tersayang. Aku ingin minta bantuan kalian untuk ke rumah Daisy dan membicarakan tentang pernikahan kami kembali dengan kakaknya. Karena, Daisy si keras kepala ini masih menolak menikah denganku. Um, sebenarnya, dia mau. Tapi malu-malu kucing. Jadi, mohon bantuannya. Aku dalam perjalanan]“Kenapa ramai sekali di rumahku?” Daisy menatap bengong rumahnya sendiri.“Yap. Karena ada keluargaku,” jawabku enteng.Daisy mengerutkan dahinya. “Keluargamu? Apa yang keluargamu lakukan di rumahku?”“Berdongeng.” Aku menatap wajah Daisy yang sudah serius. “Tentu saja ingin membicarakan acara pernikahan kita, sayang.”“Atas izin siapa? Kau selalu bersikap sesuai kehendak
“Drew, lepasin aku…. kemana kau akan membawaku pergi!” Aku terus membawa Daisy sampai masuk ke dalam lift. Daisy terus mengoceh tanpa henti, membuatku tidak tahan untuk tidak melumat bibirnya. Untunglah, hanya ada kami berdua saja di dalam lift ini. Daisy meremas kemejaku dan tidak bisa berkata apapun lagi. Ketika pintu lift terbuka, aku segera melepas ciuman dari bibir Daisy. Wajah perempuan itu bersemu merah karena malu. Hal itu membuatku jadi senyum-senyum sendiri melihatnya. Aku kembali menggenggam tangan Daisy dan membawanya keluar dari lift. “Lipstickmu berantakan.” Aku berbisik di telinga Daisy. Membuat wanita itu cepat-cepat menghapus lipsticknya dan memukul pundakku kencang. “Ini semua ulahmu, bajingan!” “Hahahah.” Aku tertawa kencang. “Habisnya, kau cerewet, sih.” Tibalah kami di depan ruangan Tuan Roy, dan aku mengetuk pintu sebelum masuk. “Maaf, aku ada masalah sedikit di bawah. Maaf membuatmu menunggu,” ujarku sunkan pada Tuan Roy. Tuan Roy tersenyum sambil memp
“Aku ….” Daisy menelan ludah. “Yah, kau benar. Aku lagi melamar pekerjaan di sini. Memangnya kenapa?” Kini Daisy balik berteriak padaku. Membuatku heran dan mengingat pasal satu. Jika wanita salah, maka yang marah tetap wanita. Jika wanita bikin kesalahan, wanita akan tetap menganggap lelaki itu salah. Aku berusaha mengontrol emosiku agar tidak mencium bibirnya karena gemas melihat tingkah Daisy. Lalu aku tertawa kencang. “Hahahah, untuk apa kau bekerja Daisy. Kehidupanmu sudah pasti terjamin jika menikah denganku. Kau lupa? Kau ini akan menikah dengan lelaki tertampan dan terkaya.” “Jangan geer!” Daisy menginjak kakiku. Ouch! “Memangnya aku sudah bilang akan menerimamu?” Daisy melangkah pergi. Tapi aku segera menahan lengannya. “Apa maksudmu dengan bilang begitu? Ada kemungkinan kau tidak menerimaku?” “Mungkin.” Daisy mengangkat bahu. “Please jangan begitu, aku betul-betul mencintaimu Daisy. Kalau kita tidak menikah, aku akan menikah dengan siapa?” “Bukankah kau lelaki pal
“Daisy?”Aku menatap wanita di hadapannya sekali lagi. Memperhatikan lekat-lekat dari atas kepala hingga ujung kaki. Dia menggunakan seragam sama persis seperti yang digunakan oleh para pelanar yang duduk di lobby tadi.“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanyaku untuk memastikan.Sepertinya, Daisy juga belum sadar dengan kehadiranku di depannya. Karena dia begitu terkejut.“Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini, Drew?”“Aku meeting dengan klienku. Mereka pemilik perusahaan ini.”“Apa?” Daisy menutup mulutnya dengan tangan. “Jangan bilang kalah kau—“ aku menggaruk alisku sejenak. “Kau melamar pekerjaan di sini?”Daisy diam sambil menundukkan kepalanya. Tanps perlu aku ketahui jawaban yang keluar dari mulut indah Diasy, aku sudah tahu jawabannya pasti “IYA”“Daisy….” Aku berusaha menelaah kata-kataku.“Sebentar, aku harus pergi ke toilet karena sudah tidak tahan untuk buang air kecil.” Daisy pergi menuju toilet wanita.Aku tidak pergi dari tempat ini, dan tetap ingin
"Kasih aku waktu untuk berpikir ulang. Paling tidak satu minggu,” ujar Daisy."Satu Minggu? Kau gila!" Tentu saja aku yang bisa gila nantinya."Lima hari.""Tidak, tiga hari. Aku hanya ingin menunggu waktumu tiga hari. Aku menerima keputusanmu, apapun itu. Tapi dengan syarat, jangan larang aku untuk menemuimu. Dan membuatmu kembali mencintaiku."***Tiga hari?Daisy meminta waktu selama tiga hari lagi untuk berpikir.Itu maksudnya apa? Apakah dia bisa saja menolakku sewaktu-waktu?Ah, aku tidak habis pikir dengan Daisy.Mengapa bisa dia membuatku jadi segila ini!“Permisi, Pak.”Sofie melongokan kepalanya di depan pintu ruangan kantorku.Kalian belum tahu, ya? Kalau aku mengganti sekretarisku lagi.Iya, kakinya jenjang seperti yang lain. kecuali Daisy. Cukup Daisy saja yang berkaki pendek, agar aku tetap bisa mengingat; kalau Daisy adalah sekretaris yang berhasil bikin aku jatuh cinta.Kalian bertanya-tanya dimana sekretarisku yang lama? Sarah? Dia sudah aku pecat karena membuat Alice
"Drew, maafkan aku sudah tidak mempercayaimu." Alexa menghampiriku ketika mereka semua keluar dari rumahku.Aku tidak ingin melihat Alice lagi di hidupku. Untuk itu, aku ingin Rehan membawa mereka jauh-jauh. Dan memberikan mereka sejumlah uang untuk hidup lebih layak. Aku begini, hanya karena kasian dengan Kezie."Sudah aku bilang, seharusnya kau mempercayaiku." Aku menyipitkan mata tajam pada si cerewet yang selalu saja memarahiku."Ibu juga minta maaf, karena menyalahkanmu telah menelantarkan Kezie. Ternyata, dia bukan darah dagingmu." Ibu memelukku, bersama dengan Ayah.Sedangkan Daisy sejak tadi, di sepanjang kejadian hanya diam seribu bahasa. Dia tidak bisa berkata apapun. Mungkin karena merasa bersalah telah menuduhku."Kau tidak minta maaf padaku?"Aku menyindirnya.Dia masih diam."Seharusnya kau minta maaf." Aku sindir kembali."Baiklah." Daisy menghela napas. "Aku minta maaf.""Minta maaf yang tulus, don