Son berusaha mengubah auranya. Hanya saja, ia tetap tidak bisa mengubah jati dirinya. Son bukan pembunuh Meysha. Ia bahkan terpukul setelah mengetahui kematian Meysha.
Son mengetahui siapa dalang dibalik pembunuhan beberapa bulan yang lalu. Hanya saja, Son tidak ingin membuat perhitungan dan memperpanjang masalah dengan Nick karena jika hal itu terjadi, kejahatan Nick yang sangat rapi akan terbongkar satu per satu. Apalagi, Nick terus salah mengelak tentang masalah Meysha."Aku tidak berniat untuk mengancammu. Sekarang, bisakah kau pergi? Aku hanya ingin kau tetap hidup," ucap Son."Aku masih memiliki urusan di sini. Maaf, aku tidak bisa pergi," tolak Eren. Son menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jarinya sembari menghela nafas. Menghadapi Eren, tidak bisa menggunakan omong kosong. Son mengeluarkan borgol dari sakunya. "Kalau kTongkat yang dipakai Rael, bisa dilipat. Ia melipatnya setelah Zaila dan Rai pergi. Rael menendang keras, orang yang menjaga meja informasi.Buagh!“Bangun! Sialan!” teriak Rael. Rael harus menahan emosinya. Ia tidak bisa memiliki perasaan yang berlebihan karena itu bisa membahayakan indranya sendiri.“Si—siapa kau?” Suara pria tersebut terdengar gemetaran. Mungkin karena merasa kesakitan setelah dihajar habis oleh Rael, dan dibangunkan secara paksa oleh pukulan yang sangat keras.“Bukankah kau menjual informasi?” tanya Rael. “Kenapa kau tidak memberikan aku informasi apapun yang aku inginkan? Kau sungguh menginginkan kematian?” ancam Rael. Ketika Rael menyeringai, giginya membuat merinding siapa saja yang melihatnya karena memiliki gigi taring yang sangat panjang. Gigi yan
"Bagaimana pertemuannya?" tanya Delice. Sam diam saja. Ia terhanyut dalam lamunan. Delice baru kali ini melihat Sam yang terus gelisah dan merasa tidak tenang."Sam!" Delice memukul pundak Sam."Ah, iya!" pekik Sam. "Maaf... Maaf... Aku sedang tidak fokus.""Apa terjadi sesuatu?" tanya Delice."Mungkin saja iya dan mungkin saja tidak.""Loid, apa yang terjadi?" tanya Delice. Loid sedang sangat santai berbaring di atas sofa dengan paha Aretha yang menjadi sandaran kepalanya."Aku rasa semuanya baik-baik saja," jawab Loid."Kita bicarakan hal ini lain kali. Aku sedang tidak fokus sekarang," kata Sam."Istirahatlah." Sam langsung pergi ke kamarnya. Delice tidak tahu apa yang sedang Sam pikirkan. Naura terlihat acuh. Mungkinkah Naura mengetahui sesuatu? Pikir Delice."Aku tidak tahu apa-apa!" kata Naura
Dari sekian panjangnya lika-liku, akhirnya penerus dari Naga Hitam mendapatkan sebuah pesan singkat dari asisten Nick. Mereka semuanya akhirnya bergegas. Zavier yang sedang mencari Eren menjadi lega karena sudah mendapatkan kabar kalau Eren baik-baik saja. Rai yang sedang bersama Leon, langsung menuju tempat yang sudah Nick tentukan. Begitu juga dengan Zaila yang bersama Eren. Zeki sudah menunggu ditempat mereka seharusnya bertemu. Mereka akhirnya berkumpul tanpa kekurangan anggota. Zeki memiringkan wajahnya. “Kenapa mereka berdua bersama kita?” tanya Zeki sembari menunjuk Zaila dan Rai menggunakan dagunya.“Karena mereka berdua berguna,” jawab Leon.&nbs
Tanpa ragu, Rion undur diri menuju tempat Renza berada. Mata Rion tidak berkedip saat mendengar perintah tersebut untuk membuktikan ketulusannya. Rion sudah keluar dari lift. Ia memperhatikan dalam sekejap mata saat Renza sedang mencekik satu pria yang bekerja sebagai keamanan di sana. Satu tangan Renza lagi, mengepal tanpa berbuat apa-apa."Hentikan!" kata Rion sembari memegang lengan Renza yang hendak mengayunkan pukulan untuk membunuh pria yang ada dalam lingkaran tangannya. Renza memberikan tatapan mematikan. "Kau siapa? Apa kau memiliki urusan denganku?" maki Renza."Benar. Urusan yang sangat penting dibandingkan dengan nyawamu!" balas Rion.Bruk!"Uhuk... Uhuk... Uhuk..." Pria tersebut sampai terbatuk-batuk.
Leon menarik tangan Zaila. Zaila terus mengikuti ke mana Leon membawanya. Zaila biasanya sangat waspada. Tapi, berada di samping Leon, membuat kewaspadaannya berkurang karena Zaila merasa nyaman dan aman."Kau mau membawaku ke mana?" tanya Zaila."Coba kau tebak!" ujar Leon."Aku serius!""Aku juga!""Huh…" Zaila menghela napasnya. "Dasar pria menyebalkan!" gerutu Zaila. Leon terkekeh. Ia memang tidak memberitahu Zaila apa yang sedang ia rencanakan."Apa kau siap?" bisik Leon."Siap apa?" pekik Zaila sembari mendelik. Bukannya menjawab pertanyaan Zaila, Leon malah melebarkan senyumnya."Kya…" teriak Zaila."Hst!" Leon meminta Zaila untuk bungkam."Turunkan aku!" pinta Zaila sembari mencubit lengan Leon. Leon tiba-tiba saja menggendong Zaila dalam
Arta berpisah dari Zeki. Ia mencari jalannya sendiri. Tujuannya adalah hotel yang terletak di lantai paling atas. Arta memutar otaknya supaya ia bisa masuk ke dalam gedung tanpa membuat keributan. Zavier sudah mengendalikan CCTV sehingga Nick tidak dapat mengetahui gerak-gerik mereka dari setiap sudut. Arta masuk setelah mengelabuhi keamanan dari samping. Ia bisa menggunakan tangga darurat karena lift hanya bisa digunakan pada orang yang memiliki penjepit dasi dengan kode khusus."Hah…" Arta mengatur napasnya. "Sial! Masih tinggi," gumam Arta. Arta menyeringai. Ada keamanan yang sedang berpatroli. Penjagaan sangat ketat, mungkin karena Nick sudah sengaja menantang Naga Hitam.Grep!Krek! Arta menarik satu penjaga yang berjalan paling belakang dan langsung mematahkan lehernya. Arta m
"Siapa wanita ini?" batin Arta. Wanita tersebut begitu dingin dan tidak peduli. Bahkan wanita tersebut bersikap biasa saja setelah Arta tidak sengaja memegang dadanya . Arta bukan pria yang dengan mudahnya melupakan apa yang sudah ia lakukan. Bagi Arta, kehormatan wanita adalah segalanya. Beberapa tahun yang lalu, Arta pernah menggagalkan pernikahannya sendiri hanya karena wanita yang akan ia nikahi mencium bibirnya tanpa izin. Bagi Arta, bukan perihal tentang sentuhan. Arta pria normal yang juga memiliki gairah. Tapi, Arta tidak akan memberikan toleransi kepada wanita yang tidak menghargai diri sendiri."Apa yang kau inginkan tentang tanggung jawab yang aku ucapkan?" tanya Arta. Wanita tersebut duduk manis di atas ranjang setelah ia mengenakan pakaiannya. Dengan santainya, wanita tersebut menyalakan hair dryer untuk mengeringkan ram
Di tengah-tengah perjuangan penerus naga hitam yang begitu pelik dan rumit, Naura dan Delice juga ikut bertindak sesuai dengan urusan mereka. Saat ini, Naura dan Delice sedang berada di hotel khusus. Hotel tersebut adalah perkumpulan pria hidung belang. Delice ikut campur karena ada salah satu direktur yang bekerja di perusahaannya menjadi pelanggan tetap yang membeli anak-anak dibawah umur untuk melampiaskan hasratnya. Naura tidak bisa mentoleransi kesalahan itu. Delice sudah menangkap pemilik Hotel dan Delice sedang menjebak orang yang menjual anak-anak dibawah umur dan juga direktur yang saat ini sudah memesan seorang gadis untuk memuaskannya malam ini."Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Delice pada Naura. Naura mengangguk. "Iya. Aku sudah siap untuk membantumu menyelesaikan hal ini." Delice menyeringai. Sudah lama ia
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p