Di pelabuhan, Zavier menunggu bantuan. Apapun yang ada di depannya, meski sekuat apa tenaga yang ia miliki, tetap saja, Zavier tidak bisa bergerak tanpa persiapan.
Apalagi, Zavier mengamati Brandon yang sama sekali tidak menunjukkan kemampuan apapun. Hal itu menjadi pertimbangan untuk Zavier supaya tidak gegabah karena harus bertarung sembari melindungi bukanlah hal yang mudah dilakukan."Apalagi yang sedang kau tunggu?" tanya Brandon. "Ayo kita melihat ke sana," sambungnya."Tunggu sebentar lagi. Kita tidak bisa gegabah msuk ke sebuah sarang yang kita tidak tahu seperti apa penghuninya," ujar Zavier."Kita sedang menunggu bantuan? Berapa orang? Satu kelompok? Mereka hebat?" cerocos Brandon."Memangnya butuh berapa orang?" tanya Zavier. Ia membalikkan ocehan Brandon yang panjang terdengar."Hm …" Brandon nampak berpikir keras. "Lebih dari dua puluh," jawab Brandon."Hah?" pekik Zavier. "Kenapa membutuhkan banyak sekali orang?" tanya Zavier.Rael tidak henti-hentinya menatap layar ponsel. Ia melihat dengan hati yang dipenuhi oleh amarah. Di mana, Tuan Don sengaja melakukan video call dengan Rael untuk menunjukkan bahwa Nyonya Dum sedang berada dalam bahaya kalau dirinya tidak melakukan keinginan Tuan Don dengan patuh. Tidak ada secarik harapan. Semuanya hancur lebur. Rael tidak tahu harus berbuat apa. Ravin duduk di samping Rael. Ia menjelaskan dengan suara berbisik apa yang terjadi dalam video tersebut. Percuma Rael terus menatap tapi ia tidak bisa melihat. Ia membutuhkan orang lain untuk menjelaskan secara rinci. "Apa yang kau lakukan?" tanya Rael. Tiba-tiba saja Ravin bergerak cepat merebut ponsel Rael."Aku menutup teleponnya. Kak, jangan dengarkan jika kau sendiri merasa enggan," kata Ravin. "Bagaimana dengan wajah ibu? Apa ibu terluka?" tanya Rael. Kelebihannya seperti tidak berguna saat Rael dalam situasi yang tidak mendukungnya."Ayah hanya menggunakan ibu sebagai u
Mereka semua tidak berkutik hanya karena Oscar mulai bertarung dengan Rie sembari mengambil kesempatan untuk melemparkan senjata seperti pisau kecil atau besi runcing. Oscar memilih titik vital, di mana mereka yang terkena serangan akan langsung lumpuh dan tidak berkutik."Kau semakin lihai," ucap Rie."Kenapa? Kau mulai iri lagi dengan kemampuanku?" balas Oscar. Setiap kali Oscar menangkis serangan dari Rie, ia merasakan sesuatu yang tidak wajar. Keanehan yang begitu jelas. Meski Rie tidak berlatih selama ini, dia tidak mungkin menjadi begitu lemah. Pukulan dari Rie hanya terasa seperti menggelitik kulitnya. Oscar tidak merasa terancam, bahkan tindakan Rie terlihat sedang melindunginya bukan ingin membunuhnya."Rie, apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Oscar dengan suara yang sangat lirih."Aku sedang bermain-main. Bukankah cukup menyenangkan membunuhmu secara perlahan?" balas Rie. Oscar memegang lengan Rie yang meny
Orva memiliki sebuah insting yang sangat peka. Ia merasa sesuatu yang aneh akan terjadi. Sepanjang perjalanan mencari Kiana, ia merasa tidak tenang sedikitpun. Orva akhirnya memutar motornya. Ia mengikuti jejak Oscar yang sengaja tidak dihapus. Orva berhenti ketika jejak itu mulai masuk lebih jauh lagi. Orva menemukan beberapa tempat persembunyian yang belum lama dibuat. Orva membawa sebuah teropong kecil yang ia gantungkan di lehernya. Ia mengamati dari jarak yang cukup jauh. Segerombolan orang, juga beberapa orang yang mencurigakan."Hal berbahaya seperti ini, bagaimana mungkin Kak Oscar menghadapinya sendiri tanpa melibatkan aku?" gumam Orva. Orva di lema antara tugasnya dan tanggungjawab saling melindungi sesama saudara. Perjuangan mereka berdua tidaklah mudah untuk mencapai titik damai. Orva mengingat sesuatu. Kalimat yang tiba-tiba saja terlintas di benak Orva.'Orva, lakukan apapun yang tidak akan membuatmu me
Seorang pria membawa sebuah rantai. Namun, rantai itu bukanlah rantai biasa. Terdapat besi yang membentuk bintang yang ujungnya begitu tajam menghiasi sepanjang rantainya. Oscar mengerutkan keningnya. Ia paling tahu siapa pria yang berdiri di depannya. Pria dengan sebelah matanya yang ditutupi menggunakan kain hitam, juga tangannya yang mengepal penuh dendam."Akhirnya, kita bertemu secara langsung setelah sekian lama," ujar Oscar."Tidak buruk," sahutnya. Suasana kembali meradang. Dipenuhi dengan aura membunuh yang terpancar."Ketua, bagaimana? Apa perjalanan dalam mencariku sangat menyenangkan?" tanya Oscar. Terdapat nada meremehkan yang langsung dipahami oleh lawan. Rantai tersebut merupakan senjata yang mematikan. Lebih ganas dari peluru yang siap menembus daging dengan cepat. Rantai itu bisa mencabik-cabik tubuh Oscar. Apalagi ketika berhasil melilit di leher.'Senjata-senjata seperti ini, hanya musuh Nona yang memil
Deg!Kiana tidak membawa apapun alat yang bisa digunakan untuk komunikasi jarak jauh. Namun, ia memakai jam tangan yang bisa tersambung dengan rekan-rekannya.Alarm bahaya berbunyi. Kiana langsung menekan jam tangannya dan melihat lokasi. Ternyata, lokasi tidak jauh tempatnya saat ini."Berhenti!" perintah Kiana.Sopir tidak berhenti sesuai keinginan Kiana. Kiana menjadi kesal. Ia enggan banyak bicara atau menjelaskan."Berhenti atau aku rusak pintunya!" ancam Kiana."Ada apa Nona?" tanya Lukas."Kau yang paling tahu. Jangan berpura-pura seakan-akan kau tidak mengetahuinya. Bajingan!" bentak Kiana. Ia memaki, mengutarakan sumpah serapahnya."Berhenti! Apa kau tidak dengar apa yang Nona katakan?" ujar Lukas."Baik, Tuan."Kiana mendengkus kesal. Jalanan sangat sepi. Seperti sudah direncanakan, siapa yang boleh lewat dan tidak."Nona, apa Anda membutuhkan mobil?" tanya Lukas."B
"Kau masih terlalu lemah untuk balas dendam. Kalau kau bisa mengalahkanku, setidaknya aku akan memberikan satu nama yang tahu keberadaan adik dan juga sahabatmu!"Entah apa yang sedang pemilik scimitar itu pikirkan. Ia bertingkah seolah-olah sedang memprovokasi kekuatan Brandon. Apakah ia memiliki tujuan membantu dibalik sikapnya yang tanpa perasaan? Ataukah dia memiliki pemikiran lain?Siapa yang tidak akan naik pitam? Orang asing membahas tentang masa lalu Brandon. Apalagi, kisah itu belum sepenuhnya selesai dan terus menghantui hidup Brandon selama ini.Brandon kehilangan adik dan juga sahabatnya. Jejaknya sama sekali tidak ditemukan. Hanya ada berita kematian tanpa jasad.Brandon mulai menyelidiki semuanya dari nol sampai ia berada di titik menemukan sebuah petunjuk. Brandon akhirnya bergabung dengan dunia bawah, masuk ke HG Group.Brandon tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bertindak ceroboh sehingga Han menyadari dan mulai mengawasin
Orva tersentak menghadapi dua orang yang berarti baginya sekarat telat di hadapannya. Ia melepaskan jas yang menempel pada tubuhnya.Krak!Tanpa sengaja, pisau dari saku jas terlempar dan merusak chip yang ada pada jam tangan Orva."Ah, Nona pasti khawatir. Aku tidak memiliki cara lain untuk menghubunginya. Aku harap Nona sibuk dan tidak melihat signalnya," gumam Orva.Orva menggendong Oscar di punggungnya. Menyatukan dua jas untuk mengikat Oscar. Sedangkan Rie, ia gendong menggunakan kedua tangannya.Orva memposisikan tubuh Rie, supaya tidak semakin banyak darah yang keluar. Oscar tidak mungkin kalah tanpa sebab. Namun, tangan Orva yang terluka karena rantai milik ketua sekarang mati rasa.Awalnya, Orva berpikir kalau tangannya mati rasa karena tusukan pisau yang ia cabut paksa. Akan tetapi, lengan Oscar yang terluka menghitam. Tentu saja bukan racun biasa yang sampai menyebar hanya dalam beberapa detik saja."Ukh! Sial
"sayang, kenapa tidak bersiap-siap?" tanya Zeki pada Zia yang masih tetap mengenakan baju tidur."Apa Kiana ada di sana?" tanya Zia."Kenapa? Cemburu?" goda Zeki."Tidak. Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa kalau bertemu Kiana," kata Zia.Zeki memiliki kesibukan tersendiri. Ia memang hampir terlepas dari tugas untuk menghancurkan HG Group. Hal itu diputuskan untuk menghargai perasaan Zeki, Zia maupun Kiana."Kiana tidak ada di sana. Dia sangat sibuk." Zeki berusaha menjelaskan dengan suara yang sangat lembut. "Bagaimana? Mau tidur sendiri atau menemaniku di sana?" tanya Zeki."Ikut," jawab Zia."Kalau begitu, aku bantu siap-siap."**Naura tidak bisa menerima panggilan karena ia memiliki sebuah urusan penting yang bersangkutan dengan mantan suami Raina.Setelah Naura mengetahui kalau Raina adalah kekasih Renza, ia mulai mengetatkan penjagaan di sekeliling Raina. Hingga akhirnya Naura tahu ka