Dua minggu tidak muncul di SMA HG, orang yang merindukan Kiana adalah Kumey. Tidak ada Kiana, hidup Kumey sengsara. Perundungan kembali terjadi.
"Kak Zeki!" Kiana menyapa Zeki."Maaf, Kiana. Aku sibuk!" "Kak!" Renza menahan Kiana. Ia tidak mengizinkan Kiana untuk mengejar Zeki. "Kiana, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Kak Zeki. Setelah kau lergi, dia juga menghilang dan baru kembali setelah dua hari yang lalu," jelas Renza."Menghilang?" tanya Kiana."Kiana!" Orchia menghampiri Kiana. Kiana berteman baik dengan Orchia. Sayangnya, karena Orchia memiliki kelemahan dan kehidupan Kiana yang berbahaya untuk kondisi Orchia, akhirnya Kiana menjauhi Orchia atas permintaan Gracia."Chia, ada apa?" tanya Kiana."Bisakah kita bicara?""Renza, kau ke kelas lebih dulu." Renza mengangguk paham. PeKiana menunggu Kumey masuk ke dalam kelas. Meski Kiana acuh kepadanya tapi sebenarnya Kiana peduli padaku Kumey. Kumey .asuk ke dalam kelas bersamaan dengan guru yang mengajar pada saat itu. Kumey tersenyum tapi senyumnya terasa aneh. Kiana memperhatikan Kumey dengan teliti. Ia tidak ingin kejadian pada pada Meysha terjadi kembali padaku Kumey.'Pakaiannya kotor. Sepatunya terlihat basah. Rambutnya juga. Siapa yang berani membuat masalah dengan Kumey lagi? Batin Kiana."Kumey!" panggil Kiana dengan lirih."Ada apa, Kiana?" sahut Kumey."Nanti kita ke kantin bareng." Kumey merasa senang karena Kiana berinisiatif untuk mengajaknya. Kumey mengangguk dan ia kembali fokus pada pelajaran. Akhirnya bel tanda istirahat kedua sudah berbunyi. Kiana langsung menarik tanganku Kumey supaya Kumey berj
Malam sudah menunjukkan pukul tujuh. Leon menghadiahkan sebuah gaun berwarna putih tulang untuk Zaila. Leon memiliki Janji temu secara pribadi dengan Zaila. Leon sudah sampai di restoran yang sudah di reservasi sebelumnya. Leon terus masuk ke toilet hanya untuk berkaca diri."Apa aku sudah tampan?" gumam Leon seorang diri. Leon gugup menunggu Zaila datang. Saat Leon keluar dari toilet, di ruang reservasi yang Leon pesan atas namanya sudah ada seorang wanita cantik yang duduk di sana. Leon sudah membayangkan kecantikan Zaila saat Leon melihat dari belakang rambut Zaila yang diikat ke atas menampakan leher jenjangnya."Zaila!" panggil Leon."Hai!" Leon terkejut melihat Zaila yang menggendong bayi yang sangat imut. Leon tidak berpikir sebelumnya Kalau Zaila adalah Ibu muda."Zaila, ken
"Tuan, persiapan kita sudah penuh!" Seorang pria muda yang memiliki wajah sangat tampan, umurnya masih dibawah dua puluh tahun. Dia pria yang genius. Terdapat tato diseluruh tubuhnya. Pria itu terlihat sangat kejam. Apalagi ketika ia sudah menyeringai, maka lawan akan tumbang. Pria tersebut disambut oleh anggotanya yang sangat banyak. Seseorang yang setia padanya membawakan jas yang melambangkan kepemilikannya. Anggotanya menunduk karena waktu yang dinanti-nantikan selama dua tahun terakhir akhirnya tiba. Dimana pria itu, keluar dari penjara. Pria tersebut menjadi pemimpin yang paling adil dan ia merangkul semua bawahannya, sehingga ketika ia dipenjara sekalipun mereka tetap menunggu dengan setia."Selamat datang kembali, Tuan kami Jordan Louis!""Heuh!" Jordan tersenyum malu saat semua anggotanya menyambutnya. "Aku sudah katakan jangan membuat acara konyol sepert
Ken sedang bertugas ke Jepang. Saat ini, Delice dan Loid sedang menghadiri sebuah acara terbuka. Mereka menjadi tamu utama dalam acara tersebut sebagai pembisnis besar yang saling mendukung satu sama lain. Seharusnya, Ken juga hadir dan bersama Sam. Sayangnya, mereka berdua berhalangan hadir karena sedang berada di luar negeri."Loid, apa kau merasakan sesuatu yang aneh di sini?" tanya Delice."Aku tidak merasakan apapun. Minumannya mewah, makanannya juga enak." Seperti biasa, Loid itu sangat membuat Delice terkadang naik darah ingin menghajarnya saat itu juga. Delice merasa menyesal karena mempertanyakan keadaan Di sana yang dirasakan aneh olehnya. Malah Loid mengajaknya bercanda di saat ia sedang serius."Akh! Sakit… Sakit…" pekik Loid.Uhuk … Uhuk … Uhuk … Loid sampai tersedak karena Delice mengunci lehernya di saat ia seda
Siapa yang akan menolak dengan ajakan manis dari wanita yang dicintai? Apalagi Leon tidak menggodanya tapi Zaila sendiri yang berinisiatif untuk tidak pulang malam ini supaya bisa menghabiskan malam bersama Leon. Leon tidak terlalu berharap dalam karena cinta dengan fisik belum tentu selalu ditunjukkan dengan adegan panas."Kau sungguh ingin menghabiskan malam ini dengan?" tanya Leon. "Kau tidak akan pernah menyesal?" lanjutnya. Zaila menggeleng manja. "Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Menghabiskan malam yang indah bersamamu." Leon khawatir kalau Zaila mengatakan itu atas paksaan seseorang. Leon melihat sekeliling dan menempelkan punggung tangannya di kening Zaila"Tidak ada orang yang mencurigakan dan kau juga tidak demam. Tapi, kenapa tiba-tiba berubah?" tanya Leon."Itu artinya, hatiku sudah mulai terbuka untukmu."
“Ah! Tap—tapi...” Zaila merasa malu karena Naura memintanya memanggil Ibu diwaktu yang sangat singkat pertemuan diantara mereka. “Ibu, hentikan! Zaila jadi malu,” ucap Leon. “Sayang, berhenti mengganggunya. Lebih baik kau mengganggu saja,” ucap Delice. Ia mulai cemburu kalau Naura memperhatikan orang lain. Zaila langsung merona. Ia tidak menyangka kalau Delice yang terlihat sangat seram bisa mengucapkan kata sederhana yang terdengar manis. Leon langsung merangkul pinggang Zaila. “Ibu, aku akan membawa Zaila ke kamarku. Biar Yunara bisa istirahat.” “Alasan saja! Masih banyak kamar lain, kenapa harus di kamarmu?” omel Naura. “Sayang! Kau ini seperti tidak pernah muda saja,” gumam Delice. “Ayah saja mengerti.” Leon mengedipkan sebelah matanya untuk Delice dan ia tersenyum karena merasa Delice sedang membantunya. “Delic
Zaila sudah berada di kamar Leon. Ia membaringkan Yunara yang tertidur pulas di atas ranjang. Leon tiba-tiba saja melepaskan pakaiannya.“Hei, apa yang kau lakukan?” Zaila langsung melempar Leon menggunakan bantal.“Apa?” pekik Leon sembari menangkap bantal tersebut. “Aku tidak melakukan apa-apa,” lajutnya. "Kenapa kau melepaskan pakaianmu?" Leon menyeringai. Pikiran usil itu melintas dibenaknya. Ia sama persis dengan Ken. Sayangnya, Zaila tidak bertemu dengan Ken karena perbedaan negara.Bruk! Leon mendorong Zaila berbaring disamping Yunara. Leon merangkak di atas tubuh Zaila. Ia mendekatkan wajahnya hingga tinggal satu jengkal jarak diantara mereka."Leon, kau…""Hst!" Leon menyentuh bibir Zaila. Ia meminta Zaila diam dan menikmatinya.'Apa Leon sudah gila? Pria mesum ini harus aku berikan pelajaran,' batin Zaila."Kenapa kau menatapku begitu? Kau ingin memuku
Zaila menginap di mansion bersama Yunara. Karena Yunara masih sangat kecil, Naura meminta Olin untuk membantu Zaila menjaganya. Zaila diminta Leon untuk tidur di dalam kamarnya. Leon tidak akan berada di mansion malam ini. Ia harus pergi ke pasar gelap untuk menemukan siapa pemilik dari peluru itu. “Paman, berapa lama aku tidak datang ke sini?” tanya Leon. “Kau hitung saja sendiri,” jawab Loid. “Paman sudah pikun?” tanya Leon. “Heh! Bocah sialan! Beraninya kau mengatakan aku pikun!” gerutu Loid. “Kalau tidak pikun, seharusnya Paman ingat berapa lama aku tidak datang.” “Kau sendiri tidak ingat!” Loid menyumbingkan bibirnya. “Aku lupa. Itu hal wajar. Kalau Paman? Pasti sudah pikun.” ‘Bocah ini kenapa sama persis dengan K