Mendengar suara adiknya di seberang sana, Devan mengurungkan niatnya. Tak mungkin jika dia mengganggu jam kuliah adiknya, Diana.
Devan berpikir sejenak dan akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan adiknya kuliah terlebih dahulu."Hmm, baiklah kalau begitu. Kita akan membicarakannya lagi saat kamu sudah dirumah.""Baiklah, tapi kak...."Diana sengaja menggantung kata-katanya seakan mempertimbangkan sesuatu."Aku nanti pulang agak malam, apa kakak keberatan?"Mendengar ucapan adiknya, Devan terdiam. Entah kenapa beberapa hari terakhir ini adiknya selalu pulang sampai larut malam.Tak ingin membebani adiknya, Devan menganggukkan kepala. Meski adiknya tak melihatnya."Okey, kakak akan menunggumu. Jaga diri baik-baik," ucapnya sambil menutup panggilan itu.Setelah itu, Devan melihat uang yang ada di tangannya dan seolah berpikir sejenak, "apa sistem ini juga memberiku kekayaan?" Gumamnya.Setelah dia memasukkan uang kedalam saku celananya, Devan menyalakan kembali ponselnya dan membuka aplikasi perbankan di ponselnya tersebut.Saat muncul keterangan saldo di sana, seketika membuat mata Devan terbuka lebar, dan mulutnya yang terbuka tak kalah lebarnya.Karena di sana hanya terdapat barisan angka sembilan sebanyak lima belas digit. Namun, yang membuatnya terkejut, jumlah angka tersebut tak berkurang sedikitpun meski Devan baru saja mengambil sejumlah uangnya di mesin atm."Shit, sial! Kenapa aku baru mendapatkannya sekarang? Hahaha...." Ucapnya dengan penuh semangat.Sehingga membuat orang-orang yang berada di sekitar Devan menoleh dan menatapnya heran.Sementara itu, beberapa jam kemudian di Universitas Luxburg, seorang gadis berjalan sedikit terburu-buru."Sial, aku bisa terlambat kalau tidak cepat-cepat kesana." Diana mengumpat kesal dan berjalan melewati pintu gerbang kampusnya.Setelah sedikit menunggu, sebuah taksi datang hingga Diana melambaikan tangannya agar taksi itu berhenti.Setelah sampai di tempat yang dimaksud, Diana menghela nafas panjang. Ternyata dia masih belum terlambat."Syukurlah ternyata aku belum terlambat," ucap Diana merasa lega dan diapun berjalan masuk.Selain kuliah, Diana juga bekerja paruh waktu di sebuah bar yang bernama The Sunshine Bar.Meski tidak terlalu mewah, tapi bar ini selalu ramai setiap malamnya. Karena di dalam bar tersebut juga terdapat ruangan untuk karaoke. Diana sendiri bekerja disini setiap pulang kuliah hingga malam.Beruntung baginya, manajer bar ini sangat mengerti dengan keadaanya dan membiarkan Diana bekerja mulai dari jam buka saat sore hari, sampai sekitar jam delapan malam saja.Saat Diana sedang bersih-bersih, perhatiannya teralihkan dengan datangnya beberapa orang dari pintu masuk bar tersebut.Diana sangat mengenali salah satu dari mereka yang berjalan masuk, dia adalah Nona Natalie Carson, manajer bar ini.Namun, tidak dengan sisanya. Gadis itu bahkan tak mengenal mereka yang tampak begitu rapi dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam itu.Beberapa jam kemudian seorang pria sedang duduk di kursi bar dan di sebelahnya ada Natalie yang juga duduk di kursi bar.Ternyata pria yang tadi masuk bersamaan dengan Natali tadi adalah Tuan Warren Phillips, pemilik saham mayoritas di bar ini.Sedangkan beberapa pria berpakaian serba hitam tadi adalah anak buah dari pria tersebut.Cukup lama mereka mengobrol hingga akhirnya Natalie memanggil Diana. Saat itu Natalie menyuruhnya untuk menemani pria tadi ke ruangan karaoke.Diana pun langsung bergegas menemani Tuan Phillips menuju ke ruangan karaoke yang letaknya agak ke belakang.Meski ruangan itu tak terlalu besar, namun tata ruang didalamnya tersusun dengan sangat baik. Sehingga akan membuat nyaman bagi siapapun yang ada di dalamnya.Diana dan Tuan Phillips duduk di sebuah sofa bersamaan sambil bernyanyi. Awalnya Diana merasa gugup, namun lama-lama dia sudah terbiasa, bahkan Tuan Phillips memuji suara merdu milik Diana."Diana! Suaramu sangat merdu, saya suka mendengarnya," ucap Tuan Phillips, "kamu juga sangat cantik," tambahnya lagi namun dengan tersenyum genit.Diana hanya menganggukkan kepalanya, dia merasa malu karena baru kali ini ada seseorang yang memuji kecantikannya.Diana juga tahu, kalau sebenarnya dia sangat cantik, namun keadaan ekonomi yang membuatnya terlihat sedikit tidak terurus.Namun beberapa saat kemudian, Diana merasakan ponselnya bergetar. Melihat nama yang memanggilnya, Diana meminta izin kepada Tuan Phillips untuk mengangkat panggilan itu."Diana! Dimana kamu sekarang?" Ucap seseorang di seberang sana yang ternyata adalah Devan."K-kak! A-aku.... A-aku...." Diana tak bisa berkata apa-apa, dia bingung harus bagaimana menjelaskan pada Devan."Baiklah, Diana. Kamu bisa pulang sekarang?""Maaf, kak. Aku sedang ada kerja kelompok sama teman-temanku," ucap Diana berbohong.Diana tak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa dia sedang bekerja paruh waktu untuk membantu kakaknya."Baiklah, jangan pulang terlalu malam.""I-iya kak, aku janji." Diana langsung menutup panggilan begitu saja, dia tak ingin jika kakaknya curiga."Diana...."Diana menoleh ketika Tuan Phillips memanggilnya, namun saat itu juga mata Diana terbuka lebar. Karena saat itu juga Tuan Phillips sudah menggenggam lengannya dan menariknya ke pangkuan Tuan Phillips."Kita senang-senang sekarang, sepertinya saya sudah tak tahan lagi ingin menikmati tubuhmu.""Tu-tuan!.... Tolong lepaskan saya." Diana berusaha memberontak hingga membuatnya terjatuh ke lantai.Tuan Phillips tersenyum dan berjalan mendekati Diana yang saat ini berusaha menjauh darinya."Tolong...." Diana berusaha teriak, namun saat itu juga pria itu memotongnya, "teriak sekencangnya, tak akan ada yang bisa mendengarmu," ucap pria itu masih terus tersenyum.Sementara itu, beberapa saat sebelumnya, Devan sudah berada di dalam tempat tinggalnya.Dia hanya berjalan mondar-mandir seperti orang yang sedang gelisah. Tak tahu apa yang membuatnya merasa begitu gelisah.Hingga Devan memutuskan untuk duduk di sofa yang terlihat sudah sedikit jebol dan mengambil ponselnya.Dia mencari salah satu nama di sana dan menekan tombol memanggil, Devan merasa semakin gelisah."Diana! Dimana kamu sekarang?" Ucapnya begitu panggilan itu tersambung."K-kak! A-aku.... A-aku...." Diana tak bisa berkata apa-apa, dia bingung harus bagaimana menjelaskan pada Devan.Saat itu juga, Devan mendengar seperti ada keramaian di tempat Diana berada."Baiklah, Diana. Kamu bisa pulang sekarang?""Maaf, kak. Aku sedang ada kerja kelompok sama teman-temanku," ucap Diana di seberang sana.Devan sengaja diam sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu."Baiklah, jangan pulang terlalu malam," ucap Devan berharap Diana mengerti kekhawatirannya."I-iya kak, aku janji."Devan ingin mengatakan sesuatu, namun saat itu Diana sudah memutus panggilan tersebut begitu saja.Devan terdiam sejenak, dia berusaha memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama kemudian, Devan mendengar suara dentingan di kepalanya."Ting...."Setelah mendengar dentingan itu, tanpa pikir panjang Devan langsung membuka sistemnya.[Pembaruan Sistem]....[Fitur Baru Ditambahkan]....[Pembaruan Sistem Selesai]....[Nama Pengguna = Devan Blackwell][Jumlah Poin = 20][Status = Jomblo Akut][Pengalaman = 60][Berbicara = 20][Kemampuan Berpikir : 35][Serangan Kritis = 20][Pertahanan = 20][Daya Tahan = 20][Kemampuan Super = 1][Saldo = ∞ Dollar][Jenis Sistem = Penguasa][Misi Harian = Selamatkan Diana][Toko = !]Tak ada banyak perubahan di sistemnya, namun kali ini ada pembaruan misi harian yang membuatnya terkejut."Sial!...." Umpat Devan, "Jadi ini yang membuatku gelisah, apa yang terjadi dengan Diana?" Tambahnya lagi dengan perasaan yang khawatir.Namun, perhatiannya sedikit teralihkan ketika Devan melihat ada penambahan menu toko di sistemnya."Apa ini? Coba ku lihat."Saat menu toko dibuka, ada banyak item yang bisa Devan temukan disana. Diantaranya ada kemampuan bela diri dan beberapa ramuan di menu toko sistemnya.Mengingat misi hariannya saat ini, Devan langsung membuka menu item kemampuan bela diri itu dan membelinya."F*ck! Sial! Mahal sekali!"Kemampuan ini memang spesial dan tak banyak yang bisa menguasainya, itulah kenapa harganya cukup mahal, yaitu sekitar lima ribu dollar.Namun, Devan tak peduli dan membeli kemampuan itu.[Pembelian berhasil, pembayaran akan dilakukan dengan pengurangan saldo pengguna]Seperti itulah kalimat yang muncul di bar sistem setelah Devan membeli kemampuan tersebut.Sekarang Devan memiliki kemampuan bela diri lever ahli dan bisa ditingkatkan dengan menggunakan poin sistem.Namun setelah Devan menutup panel sistemnya, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya dan semua gerakan-gerakan bela diri masuk ke ingatannya.Beberapa saat kemudian, Devan merasa tubuhnya sangat bugar dan dia merasa lebih percaya diri."Baiklah, mari kita lihat apa yang terjadi dengan Diana. Sistem, tunjukkan kepadaku dimana Diana saat ini!"Devan cukup terkejut ketika dia sudah sampai di lokasi yang ditunjukkan oleh sistem yang dia miliki."Apa yang.... Oh tidak, kenapa Diana bisa berada ditempat seperti ini?" Gumam Devan dalam hati.Saat ini Devan berdiri di depan sebuah bar yang terlihat mewah meski tak terlalu besar."Sepertinya aku harus masuk," ucap Devan sambil melangkahkan kakinya menuju bar tersebut.Memang saat mendapatkan misi, sistemnya mengatakan sebuah tempat yang sangat tidak asing bagi Devan, yaitu The Sunshine Bar.Namun, saat Devan sudah didepan pintu masuk bar tersebut, dua orang penjaga bar itu menahannya."Hey bocah, apa yang kau lakukan disini?" Ucap salah satu penjaga tersebut."Maaf, Tuan. Sepertinya aku mengenali seseorang didalam sana," ucap Devan menjelaskan.Namun seketika kedua penjaga itu menatap Devan dari ujung kaki sampai kepalanya."Anak muda, meski bar ini tak terlalu besar, namun tempat ini tak bisa dimasuki oleh sembarang orang begitu saja," ucap penjaga lainnya."Benar sekali, bar ini
Mendengar apa yang dikatakan Devan membuat Natalie terkejut dan membelalakkan matanya."Nona, Natalie. Aku tahu kau akan terkejut, tapi bahkan aku sendiri juga tak tahu kenapa Diana juga bisa bekerja di bar milikmu."Bukan itu jawaban yang ingin didengar oleh Natali saat perkataan Devan yang seketika membuatnya terkejut.Awalnya dia cukup percaya jika pemuda yang duduk di sampingnya ini adalah kakak dari Diana, tapi siapa sangka bahwa pemuda yang bernama Devan ini akan mengatakan hal seperti itu.Bahkan setelah itu Natalie tidak cukup yakin bahwa Devan benar-benar kakak Diana."Si-siapa kau?" Natalie sedikit gugup saat menanyakan perihal siapa Devan sebenarnya, namun saat itu Devan kembali berkata."Seperti yang aku katakan saat kita bertemu di luar tadi, mungkin Diana juga menceritakannya padamu bukan?"Lagi-lagi Devan mengatakan sesuatu yang belum bisa memuaskan rasa penasarannya.Meski benar apa yang dikataka
Beruntung bagi Devan karena saat itu dia sedang duduk di atas ranjangnya, sehingga saat dia pingsan, Devan langsung tergeletak begitu saja di atas ranjangnya.Memang meminum ramuan penguat tubuh dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Jika fisik seseorang lemah, maka akan menyebabkan pingsan karena pergantian tulang tubuh.Entah berapa lama waktu berlalu, namun sepertinya lebih dari satu jam.Devan perlahan-lahan membuka matanya dan bangun dengan pelan, "aku pingsan? Oh, sial. Sepertinya cukup lama aku pingsan," ucap Devan dengan kepalanya yang masih terasa pusing.Satu hal yang juga baru diingat Devan adalah, meski dia memiliki kemampuan bela diri level ahli, namun fisiknya cukup lemah.Bahkan tubuhnya selama ini terlihat tinggi kurus seperti orang yang tak pernah memperhatikan gizinya.Namun, saat Devan hendak bangun dan berdiri, tubuhnya terasa sangat ringan dan bugar.Bahkan saat dia melihat dirinya sendiri pad
Setelah mandi Devan benar-benar mengajak Diana ke suatu tempat dimana bahkan Diana sendiri tak pernah membayangkan.Awalnya Diana berpikir bahwa kakaknya akan mengajaknya untuk berjalan-jalan atau hanya sekedar mengajaknya ke tempat dimana kakaknya kerja saat ini.Memang sebelumnya Devan mengatakan bahwa dia sudah bekerja di tempat yang lebih baik dari pada sebelumnya.Namun, saat ini Devan mengajaknya ke sebuah salon kecantikan yang tempatnya tak jauh dari apartemen tempat mereka tinggal.Dian juga berpikir mungkin kakaknya sekarang bekerja di salon kecantikan tersebut."Kakak, ini tempat kerjamu yang sekarang?" Diana bertanya dengan sedikit bingung."Apa yang kau pikirkan, aku seorang laki-laki, dan lihatlah ini adalah salon kecantikan khusus untuk wanita."Diana mengernyitkan keningnya saat Devan mengatakan itu, dia berpikir apa salahnya jika kakaknya bekerja di salon kecantikan wanita.Namun saat itu, Devan sudah menarik tangannya dan hendak masuk kedalam salon tersebut.Saat samp
Beberapa saat setelah mereka keluar dari pusat perbelanjaan itu, Diana masih tak percaya dengan apa yang dia alami.Diana tentu berpikir bagaimana bisa kakaknya membayar seluruh pakaian yang saat ini dia bawa.Tentu saja Diana tak meragukan Devan sama sekali, tapi Diana juga merasa ini terlalu berlebihan, bahkan dia juga merasa telah membebani kakaknya itu.Alih-alih bertanya kepada kakaknya, Diana hanya diam saja dan mengikuti kemana saat ini Devan mengajaknya.Hingga sampailah mereka di The Sunshine Bar, tempat dimana Diana bekerja paruh waktu.Bahkan saat ini kedua penjaga bar tersebut juga menyambut mereka dengan hangat, mereka juga membantu membawakan barang belanjaan milik Diana."Kakak, kau mau kemana?" Diana bertanya saat melihat Devan hendak melangkahkan kaki."Kau bisa tunggu disini, atau lakukan apapun yang kamu suka, ini mungkin sedikit lama."Setelah mengatakan itu, Devan pergi meninggalkan Diana di ruang VVIP begitu saja.Kali ini, Diana benar-benar merasa heran dengan D
Setelah Devan pergi, sekarang tubuh Natalie masih gemetar. Beberapa saat yang lalu Devan mentransfer uang sebanyak delapan puluh juta dollar pada rekeningnya.Uang yang dia sendiri pun belum pernah miliki. Saat ini setelah Devan mengatakan ingin mengajak Diana pulang, Natalie masih terpaku dengan pikirannya sendiri.Seketika Natalie berdiri dan berniat menemui dua orang yang sudah di ceritakan pada Devan sebelumnya.Dimana sebenarnya mereka ada tiga orang yang menjadi kepercayaan ayah Natalie dulu, namun salah satu dari mereka dibunuh karena berkorban demi keluarganya.Natalie saat ini juga berpikir bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan sisa-sisa kekuatan dari jaringan keluarganya.Setelah itu, Natalie langsung pergi dari sana dan berniat untuk menghampiri dua orang kepercayaan mendiang ayahnya.***Devan kembali ke apartemennya bersama dengan Diana, mereka saat ini membawa barang belanjaan yang cukup banyak.Setelah sampai di kamar apartemennya, Devan langsung me
Saat ini Devan sedang berada di halte dekat gerbang Universitas Luxburg menunggu taxi.Tepat setelah keluar dari ruangan Dekan untuk membayar biaya kuliah Diana, seseorang menelponnya dan memintanya untuk datang.Sesuai dengan apa yang diminta orang itu, Devan berniat untuk menuju ke The Sunshine Bar untuk menemui Natalie.Devan langsung melambaikan tangannya saat dia melihat sebuah taxi datang dari kejauhan hingga taxi tersebut berhenti.Dalam perjalanannya menuju The Sunshine Bar, Devan membuka panel sistemnya lagi karena beberapa saat yang lalu dia mendengar dentingan di kepalanya.Ternyata poin sistemnya bertambah menjadi lima poin, setelah Devan membiayai kuliah adiknya.Devan lalu menganggukkan kepalanya mengerti, dia juga menyimpulkan bahwa membiayai kehidupan adiknya juga bisa menambah poin sistemnya."Tapi kenapa semahal itu?" Gumam Devan, "Ah, sudahlah. Aku harus secepat mungkin menemui mereka," lanjutnya.Sementara itu di bar yang sebentar lagi akan menjadi milik Devan, Nat
Sementara itu, di kantin Universitas Luxburg seperti biasanya Diana ditemani oleh Chris dan Alvin.Mereka mengobrol dan membahas mengenai pendidikan Diana dan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Devan, kakak Diana."Diana, kau serius Devan sudah memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya?" Alvin tak bisa lagi menahan rasa penasarannya."Entahlah, tapi semoga saja seperti itu. Bahkan kemarin saja dia membelanjakan beberapa pakaian intuk kami."Saat Diana mengatakan itu, membuat kedua teman kakaknya itu sedikit terkejut."Ya, bahkan hari ini kau terlihat.... Cantik." Alvin kembali memuji penampilan Diana saat ini."Lalu, bagaimana dengan tempat tinggal kalian saat ini?" Kali ini Chris yang bertanya kepada Diana."Syukurlah, sekarang kami tinggal di apartemen Blue Field."Berniat untuk membuat Chris dan Alvin merasa lega karena saat ini Diana dan Devan tinggal di apartemen. Namun keduanya terkejut saat mendengar nama apartemen yang baru saja disebutkan oleh Diana."Oh sial, Di
Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s