Devan cukup terkejut ketika dia sudah sampai di lokasi yang ditunjukkan oleh sistem yang dia miliki.
"Apa yang.... Oh tidak, kenapa Diana bisa berada ditempat seperti ini?" Gumam Devan dalam hati.Saat ini Devan berdiri di depan sebuah bar yang terlihat mewah meski tak terlalu besar."Sepertinya aku harus masuk," ucap Devan sambil melangkahkan kakinya menuju bar tersebut.Memang saat mendapatkan misi, sistemnya mengatakan sebuah tempat yang sangat tidak asing bagi Devan, yaitu The Sunshine Bar.Namun, saat Devan sudah didepan pintu masuk bar tersebut, dua orang penjaga bar itu menahannya."Hey bocah, apa yang kau lakukan disini?" Ucap salah satu penjaga tersebut."Maaf, Tuan. Sepertinya aku mengenali seseorang didalam sana," ucap Devan menjelaskan.Namun seketika kedua penjaga itu menatap Devan dari ujung kaki sampai kepalanya."Anak muda, meski bar ini tak terlalu besar, namun tempat ini tak bisa dimasuki oleh sembarang orang begitu saja," ucap penjaga lainnya."Benar sekali, bar ini lebih berkelas dari yang kau bayangkan. Tapi...." Ucap penjaga lainnya sengaja menggantung kata-katanya."Tuan, apa maksudmu? Aku akan membayar berapapun yang kalian mau.""Anak muda, sepertinya kau memiliki uang yang banyak. Tapi, ini bukan soal harga."Ketika penjaga itu mengatakannya, Devan merasa sedikit kesal, "Tuan, biarkan aku masuk! Adikku, Diana ada didalam sana."Mendengar ucapan Devan, kedua penjaga itu saling bertatapan sejenak. Namun setelah itu, mereka menatap Devan."Apa benar gadis yang kau sebutkan tadi adalah adikmu?" Ucap salah satunya, namun saat Devan ingin mengatakan sesuatu, penjaga lainnya langsung memotongnya."Kalau memang benar, sebaiknya kau pergi dari sini."Mendengar itu, Devan semakin bertambah kesal. Devan berniat menerjang penjaga itu, dia tak peduli karena sistemnya telah memberikan keahlian bela diri padanya.Namun seketika perhatian Devan teralihkan ketika dia melihat seorang wanita cantik berjalan keluar dari dalam bar tersebut."Ada apa ini? Apa yang kalian bicarakan?" Ucap wanita itu pada ketiganya."Maaf Nona, pemuda ini memaksa masuk kedalam," ucap penjaga itu, "dia mengatakan ada seseorang yang dia kenal didalam," tambah penjaga lainnya.Melihat kedua penjaga itu yang begitu menghormati wanita itu, Devan menyimpulkan bahwa wanita itu adalah atasan mereka."Maaf Nona, aku mengenal seorang gadis yang mungkin berada didalam sana," ucap Devan kepada wanita itu."Apa yang kau maksud adalah Diana?"Mendengar pertanyaan wanita itu, pupil mata Devan sedikit membesar, ketika itu Devan langsung menganggukkan kepalanya dan berkata, "benar Nona, dia adalah adikku."Ketika mendengar pengakuan pemuda di hadapannya, Natalie terdiam sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu."Baiklah, jika ada hal penting yang ingin kau bicarakan, masuklah! Ingat, dia sedang bekerja disini, jangan ganggu pekerjaannya!" Ucap Natalie pada Devan."Terima kasih, Nona."Setelah itu, Devan masuk kedalam bar bersama Natalie yang dia ketahui adalah manajer The Sunshine Bar.Natalie menunjukkan keberadaan Diana yang kini berada di ruangan karaoke kepada Devan lalu meninggalkannya begitu saja.Kemudian, Devan berjalan sedikit berlari menuju ruangan itu. Setelah dekat dengan ruangan karaoke tersebut, Devan langsung membuka pintu ruangan tersebut.Namun saat pintu itu terbuka, seketika mata Devan terbelalak melihat keadaan Diana didalam sana."Hentikan!"Devan berteriak dan membuat pria yang sedang berusaha melecehkan adiknya itu sedikit terkejut.Seketika Diana berusaha berdiri dan berlari mendekat kearah Devan.Melihat siapa yang datang, pria itu terlihat marah, "kau! Apa yang kau lakukan bajingan!" Ucap pria itu.Melihat siapa yang berusaha melecehkan adiknya, seketika membuat Devan merasa sangat kesal.Mendengar suara keributan didalam ruangan karaoke, membuat beberapa orang yang datang bersama Warren datang mendekat.Selain itu, melihat beberapa orang yang kini berjalan mendekat kedalam ruangan karaoke tersebut membuat Natalie Carson juga ikut mendekat.Memang tak terlalu menarik perhatian, namun posisi orang-orang itu yang sangat dekat dengan ruangan itu membuat mereka mendekat kesana."Tuan Warren Phillips, kau sudah memecatku apa kau belum puas? Apa yang kau lakukan dengan adikku?" Ucap Devan yang saat ini sudah tak memiliki rasa hormat kepada pria itu.Sebelumnya, Devan memang bekerja di sebuah hotel ternama di kota Luxburg.Namun siapa sangka, pria yang awalnya adalah bosnya itu, berniat akan memperkosa Diana, adiknya.Mendengar ucapan Devan, membuat Warren tersenyum meremehkan."Apa kau sudah mendapat pekerjaan lain setelah ku pecat? Ucap Warren kepada Devan, "sepertinya memang benar, kakak adik tak ada bedanya, pembuat masalah!" Tambahnya lagi.Melihat kejadian yang tak terduga itu, membuat Natalie juga melebarkan matanya.Dia tak menyangka pemuda yang baru saja masuk itu bertindak sejauh itu. Namun, Natalie juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan Devan.Karena bagaimanapun dia juga sudah berjanji kepada Diana untuk memperlakukannya sebaik mungkin.Meskipun Diana hanya bekerja paruh waktu di bar miliknya, namun Diana selalu sangat baik dalam melakukan pekerjaannya.Memang benar Natalie sangat menghormati Warren, namun itu hanya karena pria itu adalah pemilik saham mayoritas di bar miliknya.Namun, hal tersebut juga malah membuat Natalie merasa dilema. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan.Saat itu, Warren langsung menatap keberadaan Natalie yang saat itu terlihat kebingungan.Melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Natalie, Warren sudah menyimpulkan bahwa Natalie tak berusaha membelanya.Saat para pengikutnya ingin menghajar Devan dari belakangnya, Warren mengangkat tangan seolah meminta pengawalnya untuk tidak bertindak terlalu jauh."Nona Natalie, kenapa kau diam saja? Kenapa kau biarkan bocah bajingan ini masuk?" Ucap Warren sambil menunjuk kearah Devan."Diam kau Warren F*ckin Phillips! Aku dulu sangat menghormatimu, tapi saat ini kau sudah kelewatan!" Ucap Devan sambil menunjuk kearah Warren."Bahkan ini juga bukan kesalahan Nona Natalie...." Tambah Devan lagi."Baiklah, kalau begitu aku juga sudah muak berada di sini," ucap Warren sambil berjalan melewati Devan begitu saja.Namun saat Warren berada tepat disamping Natalie yang saat itu masih terdiam, dia berkata, "hey jallang, jangan salahkan jika aku menarik semua investasiku di tempat sialan ini."Setelah mengatakan itu, Warren pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.Saat itu, Devan yang sudah mendapatkan ketenangannya terlebih dahulu, dia langsung memeluk Diana adiknya.Tentu Devan tak ingin hal buruk terjadi pada Diana, karena hanya gadis itulah yang dia miliki saat ini."Bruk!"Sementara itu, Natalie langsung terjatuh dan bersimpuh di lantai ruangan karaoke tersebut.Meski Warren hanyalah pemilik mayoritas saham di bar miliknya, namun jika dia memutuskan untuk menarik semua investasinya di bar ini, maka setidaknya Natalie harus membayar sekitar enam juta dollar pada Warren.Melihat keadaan Natalie saat ini, membuat perhatian Devan sedikit teralihkan.Devan mengulurkan tangannya dan meminta Natalie untuk berdiri."Nona, berdirilah. Jika memang orang tua itu ingin menarik semua nilai investasi yang dia miliki, aku bisa membantu," ucap Devan yang masih mengulurkan tangannya.Mendengar itu membuat Natalie mendongakkan kepala dan sedikit terkejut.Seketika itu dia berusaha berdiri dan berkata, "anak muda, meski bar ini tak cukup besar, tapi bahkan adikmu sendiri tahu betapa mewahnya bar ini."Natalie mengatakannya bukan tanpa alasan, mengingat ketika Devan ingin masuk kedalam bar tadi.Bahkan untuk masuk kedalam bar ini saja tak akan cukup jika seseorang memiliki uang banyak, namun status keluarga juga harus dipertimbangkan."Diana, tunggu aku diluar, aku ingin berbicara sebentar dengan Nona Natalie," ucap Devan sambil tersenyum.Setelah Diana keluar, Devan duduk di sofa ruangan ini dan meminta Natalie untuk ikut duduk bersamanya.Setelah itu Devan berkata ramah, "Nona Natalie, aku tahu apa yang kau maksud. Jadi, tolong katakan berapapun agar aku bisa menjadi pemilik saham satu-satunya di bar ini."Mendengar apa yang dikatakan Devan membuat Natalie terkejut dan membelalakkan matanya."Nona, Natalie. Aku tahu kau akan terkejut, tapi bahkan aku sendiri juga tak tahu kenapa Diana juga bisa bekerja di bar milikmu."Bukan itu jawaban yang ingin didengar oleh Natali saat perkataan Devan yang seketika membuatnya terkejut.Awalnya dia cukup percaya jika pemuda yang duduk di sampingnya ini adalah kakak dari Diana, tapi siapa sangka bahwa pemuda yang bernama Devan ini akan mengatakan hal seperti itu.Bahkan setelah itu Natalie tidak cukup yakin bahwa Devan benar-benar kakak Diana."Si-siapa kau?" Natalie sedikit gugup saat menanyakan perihal siapa Devan sebenarnya, namun saat itu Devan kembali berkata."Seperti yang aku katakan saat kita bertemu di luar tadi, mungkin Diana juga menceritakannya padamu bukan?"Lagi-lagi Devan mengatakan sesuatu yang belum bisa memuaskan rasa penasarannya.Meski benar apa yang dikataka
Beruntung bagi Devan karena saat itu dia sedang duduk di atas ranjangnya, sehingga saat dia pingsan, Devan langsung tergeletak begitu saja di atas ranjangnya.Memang meminum ramuan penguat tubuh dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Jika fisik seseorang lemah, maka akan menyebabkan pingsan karena pergantian tulang tubuh.Entah berapa lama waktu berlalu, namun sepertinya lebih dari satu jam.Devan perlahan-lahan membuka matanya dan bangun dengan pelan, "aku pingsan? Oh, sial. Sepertinya cukup lama aku pingsan," ucap Devan dengan kepalanya yang masih terasa pusing.Satu hal yang juga baru diingat Devan adalah, meski dia memiliki kemampuan bela diri level ahli, namun fisiknya cukup lemah.Bahkan tubuhnya selama ini terlihat tinggi kurus seperti orang yang tak pernah memperhatikan gizinya.Namun, saat Devan hendak bangun dan berdiri, tubuhnya terasa sangat ringan dan bugar.Bahkan saat dia melihat dirinya sendiri pad
Setelah mandi Devan benar-benar mengajak Diana ke suatu tempat dimana bahkan Diana sendiri tak pernah membayangkan.Awalnya Diana berpikir bahwa kakaknya akan mengajaknya untuk berjalan-jalan atau hanya sekedar mengajaknya ke tempat dimana kakaknya kerja saat ini.Memang sebelumnya Devan mengatakan bahwa dia sudah bekerja di tempat yang lebih baik dari pada sebelumnya.Namun, saat ini Devan mengajaknya ke sebuah salon kecantikan yang tempatnya tak jauh dari apartemen tempat mereka tinggal.Dian juga berpikir mungkin kakaknya sekarang bekerja di salon kecantikan tersebut."Kakak, ini tempat kerjamu yang sekarang?" Diana bertanya dengan sedikit bingung."Apa yang kau pikirkan, aku seorang laki-laki, dan lihatlah ini adalah salon kecantikan khusus untuk wanita."Diana mengernyitkan keningnya saat Devan mengatakan itu, dia berpikir apa salahnya jika kakaknya bekerja di salon kecantikan wanita.Namun saat itu, Devan sudah menarik tangannya dan hendak masuk kedalam salon tersebut.Saat samp
Beberapa saat setelah mereka keluar dari pusat perbelanjaan itu, Diana masih tak percaya dengan apa yang dia alami.Diana tentu berpikir bagaimana bisa kakaknya membayar seluruh pakaian yang saat ini dia bawa.Tentu saja Diana tak meragukan Devan sama sekali, tapi Diana juga merasa ini terlalu berlebihan, bahkan dia juga merasa telah membebani kakaknya itu.Alih-alih bertanya kepada kakaknya, Diana hanya diam saja dan mengikuti kemana saat ini Devan mengajaknya.Hingga sampailah mereka di The Sunshine Bar, tempat dimana Diana bekerja paruh waktu.Bahkan saat ini kedua penjaga bar tersebut juga menyambut mereka dengan hangat, mereka juga membantu membawakan barang belanjaan milik Diana."Kakak, kau mau kemana?" Diana bertanya saat melihat Devan hendak melangkahkan kaki."Kau bisa tunggu disini, atau lakukan apapun yang kamu suka, ini mungkin sedikit lama."Setelah mengatakan itu, Devan pergi meninggalkan Diana di ruang VVIP begitu saja.Kali ini, Diana benar-benar merasa heran dengan D
Setelah Devan pergi, sekarang tubuh Natalie masih gemetar. Beberapa saat yang lalu Devan mentransfer uang sebanyak delapan puluh juta dollar pada rekeningnya.Uang yang dia sendiri pun belum pernah miliki. Saat ini setelah Devan mengatakan ingin mengajak Diana pulang, Natalie masih terpaku dengan pikirannya sendiri.Seketika Natalie berdiri dan berniat menemui dua orang yang sudah di ceritakan pada Devan sebelumnya.Dimana sebenarnya mereka ada tiga orang yang menjadi kepercayaan ayah Natalie dulu, namun salah satu dari mereka dibunuh karena berkorban demi keluarganya.Natalie saat ini juga berpikir bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan sisa-sisa kekuatan dari jaringan keluarganya.Setelah itu, Natalie langsung pergi dari sana dan berniat untuk menghampiri dua orang kepercayaan mendiang ayahnya.***Devan kembali ke apartemennya bersama dengan Diana, mereka saat ini membawa barang belanjaan yang cukup banyak.Setelah sampai di kamar apartemennya, Devan langsung me
Saat ini Devan sedang berada di halte dekat gerbang Universitas Luxburg menunggu taxi.Tepat setelah keluar dari ruangan Dekan untuk membayar biaya kuliah Diana, seseorang menelponnya dan memintanya untuk datang.Sesuai dengan apa yang diminta orang itu, Devan berniat untuk menuju ke The Sunshine Bar untuk menemui Natalie.Devan langsung melambaikan tangannya saat dia melihat sebuah taxi datang dari kejauhan hingga taxi tersebut berhenti.Dalam perjalanannya menuju The Sunshine Bar, Devan membuka panel sistemnya lagi karena beberapa saat yang lalu dia mendengar dentingan di kepalanya.Ternyata poin sistemnya bertambah menjadi lima poin, setelah Devan membiayai kuliah adiknya.Devan lalu menganggukkan kepalanya mengerti, dia juga menyimpulkan bahwa membiayai kehidupan adiknya juga bisa menambah poin sistemnya."Tapi kenapa semahal itu?" Gumam Devan, "Ah, sudahlah. Aku harus secepat mungkin menemui mereka," lanjutnya.Sementara itu di bar yang sebentar lagi akan menjadi milik Devan, Nat
Sementara itu, di kantin Universitas Luxburg seperti biasanya Diana ditemani oleh Chris dan Alvin.Mereka mengobrol dan membahas mengenai pendidikan Diana dan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Devan, kakak Diana."Diana, kau serius Devan sudah memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya?" Alvin tak bisa lagi menahan rasa penasarannya."Entahlah, tapi semoga saja seperti itu. Bahkan kemarin saja dia membelanjakan beberapa pakaian intuk kami."Saat Diana mengatakan itu, membuat kedua teman kakaknya itu sedikit terkejut."Ya, bahkan hari ini kau terlihat.... Cantik." Alvin kembali memuji penampilan Diana saat ini."Lalu, bagaimana dengan tempat tinggal kalian saat ini?" Kali ini Chris yang bertanya kepada Diana."Syukurlah, sekarang kami tinggal di apartemen Blue Field."Berniat untuk membuat Chris dan Alvin merasa lega karena saat ini Diana dan Devan tinggal di apartemen. Namun keduanya terkejut saat mendengar nama apartemen yang baru saja disebutkan oleh Diana."Oh sial, Di
Waktu telah berlalu, Devan sudah berusaha mempelajari banyak hal di kota Luxburg, namun Devan nampak kesulitan untuk mendapatkan informasi itu.Seperti yang dikatakan Natalie bahwa kota Luxburg dikendalikan oleh beberapa jaringan mafia besar, namun sangat sulit untuk mendapatkan informasi siapa saja mereka.Akan tetapi, Devan sudah melihat secara garis besarnya dan mempelajari bagaimana cara kerjanya.Namun, sudah hampir seminggu Devan tak mendapatkan kabar dari Natalie, yang membuat Devan merasa sedikit putus asa.Selain itu saat Devan membuka kembali panel sistemnya, tak ada perubahan apapun disana selain poin sistemnya yang saat ini bertambah menjadi dua belas poin, itupun Devan mendapat poin sistemnya haya dengan beberapa misi dan aktivitasnya bersama Diana."Kak!..."Saat Devan sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Diana sudah berdiri di depan pintu kamarnya, yang membuat Devan segera menutup panel sistemnya.Diana berjalan mendekat kearah Devan dan duduk di sebelahnya lalu mem
Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s