Saat ini Devan sedang berada di halte dekat gerbang Universitas Luxburg menunggu taxi.Tepat setelah keluar dari ruangan Dekan untuk membayar biaya kuliah Diana, seseorang menelponnya dan memintanya untuk datang.Sesuai dengan apa yang diminta orang itu, Devan berniat untuk menuju ke The Sunshine Bar untuk menemui Natalie.Devan langsung melambaikan tangannya saat dia melihat sebuah taxi datang dari kejauhan hingga taxi tersebut berhenti.Dalam perjalanannya menuju The Sunshine Bar, Devan membuka panel sistemnya lagi karena beberapa saat yang lalu dia mendengar dentingan di kepalanya.Ternyata poin sistemnya bertambah menjadi lima poin, setelah Devan membiayai kuliah adiknya.Devan lalu menganggukkan kepalanya mengerti, dia juga menyimpulkan bahwa membiayai kehidupan adiknya juga bisa menambah poin sistemnya."Tapi kenapa semahal itu?" Gumam Devan, "Ah, sudahlah. Aku harus secepat mungkin menemui mereka," lanjutnya.Sementara itu di bar yang sebentar lagi akan menjadi milik Devan, Nat
Sementara itu, di kantin Universitas Luxburg seperti biasanya Diana ditemani oleh Chris dan Alvin.Mereka mengobrol dan membahas mengenai pendidikan Diana dan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Devan, kakak Diana."Diana, kau serius Devan sudah memiliki pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya?" Alvin tak bisa lagi menahan rasa penasarannya."Entahlah, tapi semoga saja seperti itu. Bahkan kemarin saja dia membelanjakan beberapa pakaian intuk kami."Saat Diana mengatakan itu, membuat kedua teman kakaknya itu sedikit terkejut."Ya, bahkan hari ini kau terlihat.... Cantik." Alvin kembali memuji penampilan Diana saat ini."Lalu, bagaimana dengan tempat tinggal kalian saat ini?" Kali ini Chris yang bertanya kepada Diana."Syukurlah, sekarang kami tinggal di apartemen Blue Field."Berniat untuk membuat Chris dan Alvin merasa lega karena saat ini Diana dan Devan tinggal di apartemen. Namun keduanya terkejut saat mendengar nama apartemen yang baru saja disebutkan oleh Diana."Oh sial, Di
Waktu telah berlalu, Devan sudah berusaha mempelajari banyak hal di kota Luxburg, namun Devan nampak kesulitan untuk mendapatkan informasi itu.Seperti yang dikatakan Natalie bahwa kota Luxburg dikendalikan oleh beberapa jaringan mafia besar, namun sangat sulit untuk mendapatkan informasi siapa saja mereka.Akan tetapi, Devan sudah melihat secara garis besarnya dan mempelajari bagaimana cara kerjanya.Namun, sudah hampir seminggu Devan tak mendapatkan kabar dari Natalie, yang membuat Devan merasa sedikit putus asa.Selain itu saat Devan membuka kembali panel sistemnya, tak ada perubahan apapun disana selain poin sistemnya yang saat ini bertambah menjadi dua belas poin, itupun Devan mendapat poin sistemnya haya dengan beberapa misi dan aktivitasnya bersama Diana."Kak!..."Saat Devan sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Diana sudah berdiri di depan pintu kamarnya, yang membuat Devan segera menutup panel sistemnya.Diana berjalan mendekat kearah Devan dan duduk di sebelahnya lalu mem
Sementara itu, beberapa waktu yang lalu setelah Devan memutus panggilannya, Natalie dan tiga orang lainnya saling bertatapan.Tentu saja tidak ada keraguan sama sekali dari mereka berempat kepada Devan. Jika tidak, mereka tentu sudah dari awal lebih memilih pergi dengan membawa uang yang cukup untuk hidup mewah selama sisa usia mereka.Selain itu menurut Damien dan Frankie yang memang sudah mengenal ayah dari Devan adalah dua orang yang paling setuju dengan gagasan Devan untuk membangun jaringannya sendiri.Namun, kali ini Damien dan Frankie lebih terkejut lagi. Bukan karena tak mempercayai Devan, namun mereka seakan berpikir siapa keluarga Blackwell yang sebenarnya."Damien, Frankie.... Aku tahu apa yang kalian pikirkan, tapi aku ingatkan jangan pernah sekalipun menanyakan sumber keuangan Devan, apalagi meremehkannya."Damien dan Frankie sendiri tersentak karena Natalie yang tiba-tiba saja berkata seolah bisa membaca pikiran mereka berdua."Tentu kalian ingat dengan caranya menyelama
Mendengar ucapan seseorang dibelakang yang seolah merendahkannya itu, seketika membuat Diana menjadi kesal.Namun, saat Diana berbalik dan ingin menanggapi ucapan pemuda tersebut, Chris sudah mendahuluinya."Hey, Ken! Kenapa kau selalu saja mengganggu kami?""Ken, sepertinya para pecundang ini selalu mengganggu urusanmu dengan Diana," ucap Tommy yang entah sejak kapan sudah berada disana.Diana sendiri sudah muak dengan sikap kedua pemuda yang selalu mengganggunya dan teman-temannya."Aku? Mengganggumu?" ucap Ken, "Aku hanya ingin menyapa Diana, kenapa kau ikut campur?" tambahnya namun dengan sengaja mengusap pipi Diana yang langsung di tolak mentah-mentah oleh gadis itu."Sial! Apa yang kau lakukan bajingan!"Tiba-tiba saja Alvin yang sejak tadi diam langsung menepis tangan Ken."Jauhkan tangan busukmu itu dari Diana!"Keributan itu membuat perhatian beberapa orang di kantin terfokus pada mereka. Sehingga banyak pasang mata yang melihat kejadian itu.Diana sendiri yang dari tadi suda
Setelah menatap kepergian Devan, Natalie langsung berbalik dan menemui beberapa orang didalam yang juga melihat mereka mengobrol.Saat itu, Natalie masih tak percaya dan tatapannya sedikit nanar. Natalie kembali melihat ponselnya yang masih menyala dengan deretan angka didalamnya."A-apa i-ini?" Gumamnya yang tak sengaja didengar oleh beberapa orang."Nona Natalie, ada apa?" ucap Frankie yang saat itu sudah berdiri.Namun, saat pria itu sudah mensejajarkan tubuhnya dengan Natalie dan melihat apa yang tertera di ponsel Natalie, seketika membuat pria itu membeku."Sial! Pemuda ini lebih berbahaya dari mendiang ayahnya."Frankie sedikit mengumpat karena melihat dengan jelas di ponsel Natalie bahwa Devan baru saja mentransfer dana sebesar dua puluh milyar sebagai dana cadangan.Tak lama kemudian, Darwin yang saat itu mendengar bagaimana rau wajah yang ditunjukkan Frankie, ikut berbicara."Nona Natalie, kau yakin bahwa bos kita ini masih berusia dua puluh tahun?" Tanya Darwin memastikan."
Keesokan harinya tak ada sesuatu yang ingin dilakukan Devan, meski sebelumnya dia sudah mengatakan kepada Diana bahwa dia akan sangat sibuk.Hari ini Devan hanya ingin bersantai di apartemennya, dimana saat ini dia sedang berdiri di balkon apartemennya.Devan sendiri masih tidak menyangka, bahwa dalam waktu cepat atau lambat kota ini akan benar-benar mejadi miliknya.Namun, saat Devan melihat jauh kedepan dari atas balkonnya, dia kembali teringat akan cerita kedua sahabatnya.Saat mengingat bagaimana kedua sahabatnya memberi tahu Devan bahwa Diana yang selalu diganggu oleh pemuda berna Ken di kampusnya.Hal itu kembali membuat Devan merasa marah dan tak terima akan perlakuan yang dialami oleh Diana.Sehingga secara tak sengaja Devan mengepalkan kedua tangannya dan tatapannya sangat tajam."Aku tak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Diana," gumam Devan."Aku harus secepat mungkin menguasai dan memilik pengaruh di kota ini."Setela mengatakan itu, Deva masuk kedalam apartem
Sementara itu di dalam mobil milik Laura, tak ada lagi sepatah katapun keluar dari mulut mereka.Namun begitu, saat Devan baru menyadari bahwa Laura membawanya ke suatu tempat yang sangat asing, membuatnya berkomentar."Laura, sepertinya kau sangat berbakat dalam hal penculikan. Lihatlah, bahkan aku merasa sangat asing dengan tempat ini."Saat itu, Devan menoleh ke arah kaca mobil dimana terdapat pepohonan yang cukup rindang di setiap sisi jalan.Saat ini mereka sedang menyusuri jalan yang sedikit menanjak yang bahkan Devan sendiri tidak mengetahui jika di Luxburg terdapat jalanan seperti ini.Mendengar pernyataan yang diucapkan Devan, membuat Laura tersenyum bangga."Benarkah? Kalau begitu nikmati saja perjalanan ini," ucap gadis itu, "Nanti kau akan melihat seluruh pemandangan kota Luxburg dari atas bukit ini."Mendengar ucapan Laura barusan, entah kenapa Devan baru menyadari bahwa jalan yang mereka lalui ini menuju ke sebuah bukit yang ada di ujung kota Luxburg.Meski Devan sering
Olivia sendiri memang mengetahui sesuatu yang tak banyak diketahui kebanyakan orang.Awalnya gadis itu hanya menganggap rumor, ketika Diana yang menggantikan Natalie sebagai manajer The Sunshine Bar.Namun saat Olivia ingin membuktikan sendiri, ternyata memang begitulah sebenarnya, meski itu hanya segelintir orang yang mengetahui.Belum sampai di situ, ketika Olivia menyadari ternyata Diana juga mengenal baik dengan Natalie, membuat gadis itu lebih terkejut lagi.Melihat anaknya yang tidak menanggapi pertanyaannya, Julie kembali memperingatkan Olivia, sehingga membuat gadis itu sedikit tersentak."Oliv, kau dengar apa yang ibu tanyakan?"Seketika Olivia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya gadis itu berbicara."Ibu, percayalah kau akan terkejut saat aku menceritakan kebenarannya.""Apa maksudmu? Kau tentu tahu siapa Nona Natalie, kebenaran apa yang kau maksud?"Olivia tidak tahu harus menjawab seperti apa, karena menurut Olivia saat ini buk
Devan yang menyadari seakan pembawa acara itu memanggil dirinya dan Diana, seketika bertanya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, memastikan.Sementara itu Olivia yang baru saja naik dan kini berada di belakang panggung, juga menyadari bahwa ada masalah di depan sana.Sebenarnya begitu acaranya dimulai, beberapa saat lagi gadis itu akan di panggil untuk maju ke atas panggung, begitu saatnya tiba.Namun, ketiga Olivia hendak berdiri untuk melihat keadaan di depan sana, ibunya Julie Hamilton menahannya."Oliv, biarkan saja.... Pihak keamanan akan membereskannya, setelah ini aku akan memanggil Regina. Sepertinya dia tidak melakukan tigasnya dengan baik," ucap Julie, "Apa dia tidak tahu, jika ada Nona Natalie dari DB Investment ada di sini?.... Ah.... Ini membuatku kesal," lanjutnya memperingatkan.Melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan ibunya, Olivia terpaksa menahan dirinya untuk tidak keluar, dan melihat apa sebenarnya yang terjadi.Tapi, entah kenapa saat ini Olivia merasa jiga
"Hey, kau pikir kau siapa haha?.... Terisi?.... Apa ada yang melihat seseorang duduk di sini?" Alvin tidak menyangka jika pemuda yang akan duduk di bangku yang di tempati Devan, akan berbicara dengan meninggikan suaranya.Alih-alih menanggapi ucapan pemuda yang duduk di bangku milik Devan, Alvin berkata pada Tommy."Tommy, bukankah kau tahu kalau...."Apa yang dikatakan Alvin menguap begitu saja, karena saat itu juga Tommy sudah mengangkat salah satu tangannya, memintanya berhenti.Chris yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Tommy, yakin bahwa dia sengaja menyuruh mereka duduk di sana.Hingga saat Devan dan Diana kembali, tak ada lagi tempat duduk untuk keduanya di sana."Tommy, kami tahu kau tak begitu mengenal Devan, tapi kau tentu mengenali Diana, jadi setidaknya—"Chris tak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu juga Tommy yang sejak tadi sudah duduk, kembali berdiri dan langsung memotongnya."Tentu aku mengenali Diana, dan aku akui aku juga menyukainya.... Sekara
Devan sempat melirik sebentar ke arah dimana Natalie saat ini berdiri, sebelum akhirnya kembali berbalik duduk.Lagipula, di luar pekerjaan dia tidak memiliki kepentingan dengan gadis yang sedang menyita perhatian itu."Devan, bukankah seharusnya kita juga ikut menyapa?"Mendengar Alvin yang bertanya, Devan hanya mengangkat sedikit bahu sebelum akhirnya berkata."Tidak perlu, biarkan Olivia sendiri yang menyapa."Merasa kedua sahabatnya bahkan Diana tak puas dengan jawaban yang dia berikan, Devan kembali berbicara."Lagipula, ini adalah pesta milik Olivia, biarkan dia sendiri yang menyapa."Mendengar penjelasan Devan barusan, akhirnya ketiganya saling bertatapan, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mengerti.Setidaknya dengan begini mereka tidak perlu memikirkan adanya masalah lagi di tempat ini.Lain halnya dengan Alvin, Chris, maupun Diana yang merasa lega. Saat ini Ken dan Tommy masih terkejut dengan kejadian barusan.Meski tak tahu pasti siapa sebenarnya kakak Diana itu, membuat
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s