Share

Merawatmu

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-24 13:52:00

 Erika yang baru saja memarkir mobilnya, terlonjak ketika mendengar suara ketukan di jendela. Itu adalah Bima yang tersenyum lebar menyapanya, bahkan membukakan pintu mobil.

 “Hai, baru pulang?” tanya Bima tentu hanya basa-basi saja.

 “Apakah itu pantas disebut pertanyaan?” Erika terdengar sedikit ketus saat menjawabnya. Moodnya yang tadi bagus, kini kembali terjun bebas.

 “Namanya juga basa-basi,” Bima sama sekali tidak terpengaruh dengan mood Erika. Dia malah ingin mengerjai perempuan itu.

 “Kenapa sih? Lagi PMS ya?”

 “Kenapa sih lelaki selalu menganggap perempuan bad mood itu lagi PMS?” Erika mendelik kesal ke arah Bima. “Memangnya gak ada alasan kreatif lain?”

 “Astaga. Cuma bercanda, Ka,” seru Bima setelah tertawa pelan melihat reaksi ketus pujaannya. “Kalau gitu mau cerita kenapa bad mood?”

 Erika yang kini tengah menunggui lift, kembali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Dijodohkan

    “Mbak Erika?” “Oh, ya. Kenapa Mbak Mel?” Erika menjawab panggilan itu dengan tergagap. “Kok melamun sih, Mbak?” Imel yang merupakan rekan Erika terkekeh. “Lagi banyak pikiran ya?” “Iya nih. Tahu aja kamu,” jawab Erika tersenyum lebar. “Lagi pikirin siapa? Pak Bima ya?” Imel jelas saja mengambil kesempatan untuk menggoda Erika. Erika sengaja tidak menjawab rekannya itu dan hanya tersenyum saja. Masalahnya akan jadi lebih panjang kalau dia menjawab dan Erika sedang malas berdebat. Dia memang memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Bima sih. Tapi bukan pria itu yang dipikirkan, melainkan Retno sang ibu. Erika memikirkan pertanyaan perempuan paruh baya itu kemarin. “Terserah.” Itu yang Erika jawab kemarin. Jawaban yang terlalu abu-abu. “Wah, Mbak. Tuh pacarnya datang ngapel.” Erika menoleh ketika mendengar seruan bernada menggoda itu dan tentu saja melihat Bima di sana. Siapa lagi yang bisa disebut Imel sebagai pacar kalau bukan pria itu. Hanya Bima yang mengatakan perasaann

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Kunjungan Mendadak Lagi

    [Erika Bego: Apa kalian masih marah padaku?] Jemari lentik Erika bergerak mulus di atas ponselnya. Sudah tiga hari sejak para sahabatnya ngambek dan belum ada satu pun yang mengirip pesan apa pun di grup atau personal. “Kirim,” gumam Erika sambil menekan tombol kirim. “Yah. Kok gak dibalas sih?” keluh Erika dengan bibir maju, setelah beberapa menit menatap ponselnya. “Apa aku coba godaiin Kaisar saja ya? Aku kan harus lebih gencar lagi padanya.” Erika mengangguk mantap. Perempuan yang sudah menggunakan gaun tidur tipis berbahan satin itu, berbaring menelungkup di atas ranjang empuk dan besarnya. Sudah jam 10 malam, tapi Erika masih belum bisa tidur. “Halo, Sayang.” Erika terkikik geli ketika teleponnya terangkat. “Siapa ini?” terdengar suara mengantuk Kaisar dari seberang sambungan telepon. “Ah, Sayang. Kamu gimana sih? Masa suara pacar sendiri lupa.” Erika pura-pura merajuk, membuat Kaisar terdiam di seberang sana. “Apa kau gila?” kurang dari semenit kemudian, Kaisar sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Bekal

    “Kami datang tepat waktu gak?” tanya Retno dengan senyum mengembang, ketika melihat yang empunya rumah membukakan pintu. “Maksudnya apa ya, Bu?” Erika jelas saja bingung dengan pertanyaan itu. “Mama bawaiin sarapan pagi untukmu,” Bima yang menjawab sambil meringis. “Sayang sekali, tapi saya sudah masak dan sementara makan ketika pesan Pak Bima masuk.” Erika menyingkir dari pintu dan membiarkan dua orang itu masuk. Mereka tidak mungkin diminta berdiri di luar kan? Terutama karena Retno terlihat seperti membawa kantongan besar, bahkan Bima juga. “Bimma saja please. Ini bukan di kantor loh,” Bima mengingatkan. “Ada Bu Retno. Saya merasa sungkan.” “Wah, iya. Erika sudah masak mie goreng rupanya.” Kalimat Retno, membuat Bima urung memprotes Erika. Dia kemudian mengikuti jejak sang ibu untuk melihat keadaan dapur. Hal pertama yang Bima lihat memang sepiring mie goreng yang baru dimakan sedikit. Namun rupanya mata Bima cukup jeli. Dia melihat ada dua canngkir di atas island table.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Introgasi Retno

    “Pak Kaisar tadi menelepon minta dibawakan mie goreng untuk sarapan pagi. Dari pada beli, saya bawa saja sisa masakan saya.” Retno langsung mendesah lega begitu mendengar jawaban itu. Walau tidak cukup memuaskan, tapi setidaknya tidak terlalu mencurigakan. Dia lupa kalau tidak ada sisa mie, selain yang dipiring. “Boleh Tante ikut mobil kamu gak? Banyak yang ingin Tante tanyakan soal Kaisar.” Erika tak langsung menjawab. Dia sedang mempertimbangkan beberapa hal terlebih dulu, sebelum akhirnya mengangguk. Mungkin ini jadi kesempatan yang baik untuk mencari tahu beberapa hal atau bisa memprovokasi. “Sudah lama tinggal di sini?” Retno mulai berbicara setelah menelepon putra bungsunya, perihal perubahan rencana dadakan ini. “Apa mengetahui hal itu penting?” Erika menjawab sambil fokus pada jalanan. “Penting gak penting sih.” Retno meringis pelan. “Tolong tanyakan yang amat sangat penting saja,” balas Erika malas sekali melakukan percakapan ini. “Kalau tanya-tanya soal kantor bole

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Provokasi

    “Apa yang kau lakukan sampai ibuku menempel padamu?” Kaisar menggeram ketika Erika masuk ke ruangannya. “Tanyakan itu pada Pak Bima. Beliau yang membawa Bu Retno ke rumah saya,” Jawab Erika acuh saja, sambil meletakkan berkas yang perlu dikerjakan Kaisar. “Dan bagaimana bisa kau terpergok dengan Bima?” “Nah, itu juga saya ingin tanyakan pada Bu Retno. Sayangnya saya lupa.” “Kau bodoh atau apa sih? Maksud pertanyaanku di sini adalah apa yang kau perbuat dengan Bima, sampai ibuku tahu soal kau.” Erika mengangkat sebelah alisnya. Rasanya tadi pertanyaan Kaisar tidak seperti itu deh. Pria itu jelas-jelas hanya menanyakan ‘bagaimana bisa terpergok,’ bukan ‘apa yang dilakukan saat terpergok.’ “Saya bosan menolak Pak Bima, jadi saya menatang dia untuk mencium saya di tempat umum. Siapa sangka dia benar-benar melakukannya.” Erika memutuskan menjawab dengan nada cuek. Kaisar mengepalkan tangannya yang ada di bawah meja. Sungguh dia tidak suka mendengar hal itu langsung dari mulut sekre

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Hamil

    Erika nyaris saja memekik kegirangan ketika dia berada di toilet. Dia sudah berhasil. Kaisar sepertinya sudah terprovokasi. Apalagi setelah dia mendengar tadi katanya ada Bima. “Dia pasti melihat kami ciuman dan akan marah, lalu bum...” Erika terkikik geli. “Okay. Jangan terlalu cepat senang, Erika. Ini semua belum berakhir dan mungkin sekarang waktunya cooling down sedikit.” Erika kini mengangguk menyetujui idenya. Setelah cukup lama berada di dalam bilik toilet untuk merayakan kemenangan tahap pertamanya. Agak berlebihan memang, tapi biarlah. Sekarang saatnya Erika bersantai sedikit. [Erika Bego: Bestie, jalan bareng yuk. Kali lalu kan kita terganggu, jadi kali ini mari kita bersenang-senang.] “Erika.” “Ya.” Erika mendonggak ketika mendengar namanya disebut. “Oh, Nyonya. Mau ketemu dengan Pak Kaisar?” Erika segera berdiri dari kursinya begitu melihat Flora. “Bukan.” Flora cepat-cepat menahan tangan Erika yang sudah berdiri hendak membuka pintu. “Aku butuh bantuanmu,” Flo

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Selingkuh Itu Dosa

    Bima mengusap dagunya dengan gusar. Dia harus memisahkan kakaknya dengan Erika, tapi bingung harus melakukan apa. Cara paling mudah tentu dengan mengungkap perselikuhan ini, tapi Bima tidak mau. Erika akan beresiko mendapat hujatan, bahkan mungkin akan ditampar jika ini terbongkar dan Bima tak mau itu terjadi. Dia tak mungkin membiarkan Erika terluka dalam bentuk apa pun. “Jadi aku harus ngapain buat merebut Erika?” Bima terus begumam. “Apa mungkin memaksa aja ya? Tapi gimana supaya dia gak takut ya?” Bima jadi makin bingung.*** “Apa sih yang membuatmu mau sama Kaisar?” tiba-tiba saja Cinta bertanya pada sahabatnya, Erika. Saat ini empat orang sahabat itu tengah berkumpul di penthouse Erika. Ini dilakukan agar mereka tidak mendapat gangguan lagi seperti kali lalu. Setidaknya mereka tidak akan tanpa sengaja bertemu dengan seseorang. “Gimana ya aku ngomongnya?” Bukannya menjawab, Erika malah bingung. Bingung harus memberikan jawaban seperti apa. “Katakan saja… ada sesuatu yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Yang Terakhir

    Mata Erika memicing, menatap pria yang duduk di depannya dengan tatapan yang seolah siap memakan manusia hidup-hidup. Mau tidak mau, Bima meringis karenanya. “Sejak kapan aku jadi tunanganmu?” tanya Erika dengan nada ketus. “Pacaran saja tidak.” “Maaf,” gumam Bima pelan. Saat ini dia tidak mau berbuat yang aneh-aneh, karena sang mama juga ada di sana. “Sepertinya aku harus memberitahu satpam di lobi untuk tidak seenaknya membiarkanmu naik ke atas lagi.” “Loh, kenapa? Jangan gitu dong, Erika.” Bukan Bima yang menjawab, tapi Retno. Ya. Lelaki itu pada akhirnya memutuskan untuk melibatkan sang mama untuk menarik perhatian Erika, tanpa tahu yang terjadi di masa lalu. Dia pikir Erika akan luluh dengan sang mama karena merasa perempuan itu baik hati. “Bima hanya kaget karena melihat teman-temanmu. Dia berpikir mereka keluargamu. Itu hanya refleks kurasa,” Retno kembali menjelaskan. “Tapi saya tetap tidak suka dengan kedatangan tiba-tiba anda berdua yang sangat mengganggu. Kami sedang

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02

Bab terbaru

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Rikai (Ending)

    “Apa kau baik-baik saja?” “Tidak ada yang akan baik-baik saja, setelah keguguran, Nes.” Erika tersenyum pada sahabatnya. “Sorry.” Vanessa yang tadi bertanya, meringis dan merasa bersalah. “Tidak usah merasa bersalah. Itu tidak akan mengubah apa pun,” balas perempuan cantik yang baru saja memotong rambutnya jadi bob itu. “Tumben kau bisa bijak begitu.” Kali ini Lydia yang mengejek Erika. “Sebenarnya itu bukan kata-kataku, tapi kata-kata si dokter.” Kali ini, giliran Erika yang meringis. “Lagi pula, kantungnya juga kosong. Belum ada bayi di dalamnya.” “Bener juga sih, tapi kan harus tetap nunggu beberapa lama dulu kan?” Giliran Cinta yang bertanya. Empat perempuan yang bersahabat itu, kini tengah berkumpul di salah satu kafe kesukaan mereka. Walau semua sibuk dengan urusan rumah tangga masing-masing, tapi mereka menyempatkan diri berkumpul untuk menghibur Erika. “Ya, apalagi aku cuma diberikan obat dan bukan kuret. Jadi mungkin aku harus bertahan minimal tujuh bulan lagi.

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Hamil 2

    “Erika.” Kaisar meneriakkan nama sang istri ketika dia tiba di rumah. “Sayang, kamu di mana?” Lelaki dengan pakaian kerja yang sudah berantakan itu, berlari menaiki tangga karena tidak mendapat jawaban. Dia juga tidak melihat sang istri di ruang tamu, maupun di dapur. Tinggal kamar yang belum diperiksa. “Sayang.” Kaisar langsung mendesah lega melihat istrinya meringkuk di atas ranjang. “Kamu kenapa?” Tidak ada jawaban dari Erika. Perempuan cantik itu bahkan tidak melepas pelukan pada lututnya. Dia bahkan belum mengganti baju, sejak pulang dari mengantar Queenie. “Erika.” Kaisar segera memeluk istrinya karena tahu ada yang tidak beres. Setidaknya, itu yang dikatakan sang kakak ipar. Lelaki yang terlihat makin matang itu, memang buru-buru pulang setelah mendapat pesan dari Queenie. Iparnya itu tidak mengatakan sesuatu yang spesifik, tapi Kaisar tahu ada yang salah. “Queenie ternyata hamil.” Akhirnya Erika bersuara dan mendongak, setelah cukup lama berdiam diri. “Padahal dia tidak

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ekstra-Hamil

    “Aku mohon.” Erika menggumamkan kalimat pendek itu, dengan mata terpejam dan kedua tangan terkatup. “Aku mohon kali ini berhasil.” Setelah sekali lagi menggumamkan kalimat serupa, si cantik itu membuka mata. Dia mengeluarkan stik yang sudah terendam beberapa menit pada cairan kuning dalam wadah kecil. Sayang sekali, hasilnya tidak membuat Erika senang. “Negatif lagi.” Erika mengatakan itu pada suaminya, ketika dia keluar dari kamar mandi. “Kamu tes lagi?” tanya Kaisar disertai dengan wajah prihatin. “Tentu saja aku akan terus melakukan tes, setiap kali kita selesai berhubungan,” jawab Erika dengan jujur. “Maksudku, tidak langsung juga.” “Sayang, tidak perlu buru-buru.” Selesai merapikan dasi, Kaisar langsung pergi memeluk istrinya itu. “Kita masih punya cukup banyak waktu untuk punya anak.” “Tapi ini sudah hampir dua tahun, Kai. Lydia saja sekarang sudah hamil anak kedua.” Tentu saja Erika akan mengeluh. Dia sudah sangat ingin menggendong malaikat kecil yang mirip dirinya atau

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Jangan Pernah Bosan

    “Selamat pagi, Pak.” Kaisar menunduk ramah pada lelaki di depannya. “Halo, Kaisar.” Seorang lelaki pria tinggi besar mengulurkan tangan untuk menjabat. “Saya senang karena masih bisa menghubungi kamu.” “Saya yang harusnya senang karena Pak Herdiyanto masih mau menghubungi saya dan menawarkan pekerjaan.” Tentu saja Kaisar akan menunduk sopan. “Itu karena akan sangat sayang kalau bakat sepertimu hanya bekerja sebagai ojek saja.” Pak Herdiyanto menjawab dengan senyum cerah. “Syukurnya saya melihat postingan tunanganmu kamu dan kebetulan juga ada yang baru mengajukan pengunduran diri.” “Sangat kebetulan, Pak.” Kaisar sedikit meringis ketika mendengar hal itu. “Tapi bagi saya, tidak ada kebetulan di dunia ini.” Melihat lawan bicaranya sedikit canggung, Pak Herdiyanto mengatakan hal itu diiringi dengan kedipan mata. “Semua pasti ada alasannya.” Tak ada lagi yang bisa dikatakan oleh Kaisar, selain mengangguk. Dia kemudian mengikuti pria paruh baya itu ke ruangannya dan melakukan wawanca

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Gara-Gara Media Sosial

    “Kenapa kau tidak pernah bilang tentang pekerjaanmu?” tanya Erika dengan mata melotot, tidak peduli kalau sekarang dia sedang berada di tempat umum. “Tunggu dulu Erika.” Kaisar yang tadinya masih duduk di atas motor, kini turun untuk menjelaskan. “Aku mohon jangan marah dulu. Aku punya alasan untuk semua ini.” “Yang benar saja?” Erika makin melotot. “Bagaimana mungkin aku tidak marah ketika kau menyembunyikan semua ini.” “Aku tidak berniat untuk menyembunyikan apa pun. Aku hanya ....” “Hanya ingin bersenang-senang dengan cara membonceng perempuan lain?” Erika memotong kalimat tunangannya itu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Mana mungkin aku seperti itu, aku hanya .... Tunggu dulu.” Kaisar tiba-tiba saja menjadi bingung dengan apa yang dikatakan sang tunangan barusan. “Kau barusan bilang apa?” “Kau mau mengambil kesempatan dari penumpang perempuan kan?” tanya Erika tampak tidak mau menahan diri lagi. “Kau akan dengan sengaja mengerem mendadak agar nanti dada mereka b

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Kerjaan Baru

    “Kau itu bodoh atau apa?” tanya Viktor dengan kedua alis yang terangkat. “Mana bisa main menikah saja di catatan sipil dengan KTP saja?” “Aku hanya ... terburu-buru,” ringis Kaisar merasa agak malu juga. “Aku lupa kalau banyak yang harus diurus sebelumnya.” “Kau benar-benar bucin.” Viktor pada akhirnya hanya bisa menggeleng melihat temannya itu. “Bisa jangan terus menghina, Kai?” Setelah sekian lama diam, akhirnya Erika ikut berbicara. “Aku hanya mengatakan kenyataan, bukan menghina.” Viktor tentu akan membantah karena memang seperti itu dan membuat Erika mendengus kesal. Erika dan Kaisar memang langsung ke kantor Viktor si pengacara setelah dari DISDUKCAPIL dan ditolak. Tentu saja mereka datang ingin meminta bantuan dan bisa dengan mudah ditebak oleh Viktor. “Jadi mau dibantu nih?” tanya Viktor memainkan kedua alisnya, sekedar hanya untuk menggoda. “Kalau kau tidak sibuk dan mau,” jawab Kaisar rasional. Dia tahu sahabatnya itu cukup sibuk dan sebenarnya punya tarif yang m

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Ditolak

    “Aku gak jadi nikah.” Erika meneriakkan itu di depan ponselnya. “Hah? Maksudnya gimana?” Para sahabat Erika yang terhubung melalui panggilan video call, langsung memekik karena terkejut. “Aku udah balikin cincin yang dikasih Kaisar,” jawab Erika dengan wajah cemberut, siap untuk menangis. “Loh? Kenapa?” Cinta yang paling pertama bereaksi. “Perasaan baru berapa hari lalu kamu dilamar.” “Iya, tapi dia hanya asal ngelamar. Gak beneran mau nikah, apalagi dalam waktu dekat.” Erika menjawab dengan ekspresi kesal yang berlebihan. “Bentar-bentar.” Lidya langsung menghentikan sahabatnya yang baru mau menyambung kalimat itu. “Maksudnya gimana sih? Coba cerita yang detail.” Akhirnya, mengalirlah cerita Erika begitu saja. Tentu saja dia menceritakan itu dengan menggebu-gebu karena benar-benar merasa kesal. Tapi ternyata, itu membuat para sahabatnya jadi bingung. “Kenapa kau langsung minta pisah sih?” Vanessa yang bertanya dengan bingung. “Itu kan bisa dibicarakan baik-baik dulu.” “Aku su

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Putus

    “Erika.” Kaisar berteriak, sembari mengetuk pintu. “Kau belum makan.” Tentu saja tidak ada jawaban dari balik pintu. Perempuan cantik itu, bungkam dan tidak ingin berbicara pada sang kekasih. Entah Erika yang terlalu negatif atau apa, tapi dia merasa terkhianati. “Aku bukannya tidak ingin menikah.” Pada akhirnya, Kaisar kembali mencoba menjelaskan. “Aku tidak mempermainkanmu. Aku hanya meminta sedikit waktu, sampai aku cukup stabil untuk menghidupimu.” “Saat ini aku bahkan tidak pekerjaan, loh. Aku hanya bantu-bantu mama buat jualan dan itu pun masih baru merintis. Aku janji tidak akan lama-lama.” Seberapa banyak penjelasan yang diberikan Kaisar, tampaknya Erika enggan mendengar. Perempuan itu tetap bungkam dan mengunci diri di dalam kamar. Itu jelas membuat Kaisar menjadi makin sakit kepala. *** “Kenapa sih perempuan sulit sekali dimengerti?” Gagal membujuk Erika keluar kamar, pada akhirnya Kaisar berkunjung ke rumah temannya. “Kalau mereka mudah dimengerti, bukan perempuan

  • Mistress: Dendam Wanita Simpanan   Tarik Ulur

    “Kurasa aku akan menikah dalam waktu dekat,” ucap Erika dengan raut wajah riang. “Eh, kok bisa?” Vanessa yang paling pertama menyahut dengan raut wajah kaget. Kebetulan, mereka memang sedang melakukan panggilan video grup. “Lelaki mana yang akhirnya berani melamarmu?” Lydia juga ikut bertanya dengan nada antusias. “Padahal kupikir kau akan menunggu Kaisar sampai tua.” Cinta yang meledek, sambil menyuapi anaknya makan. “Aku dengan Kaisar kok,” jawab Erika masih dengan nada riang. “Tadi pagi dia melamarku.” Seruan bernada kaget langsung terdengar. Satu per satu sahabat Erika, mulai menanyakan banyak hal. Mereka tentu saja penasaran kenapa bisa Kaisar Arya Jayantaka pada akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Erika Wiratama. Tentu saja Erika tidak keberatan menceritakan lamaran yang sama sekali tidak romantis itu, tapi tetap berhasil membuatnya terharu. Dia bahkan memamerkan cincin tipis yang dibelikan Kaisar. “Cantik kan?” tanya Erika benar-benar tak bisa untuk tidak tersenyum

DMCA.com Protection Status