Share

Dua

Penulis: Nurulasyrikania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 17:21:25

"Amiraaa, tolong bapak Amiraaa!"

Useng berteriak ketakutan ketika dikejar seorang sosok ninja menodongkan pisau padanya. Nahas, pisau itu menancap di kaki kanan Useng dengan sekali lempar.

Melihat Useng meronta kesakitan, Amira bergegas membantu. Tapi, badan Useng tak bisa disentuh.

Amira seolah makhluk tak kasat mata menyaksikan bapaknya dalam bahaya.

"Amira! Ada yang mau bunuh bapak, tolong!"

Useng ngesot sementara tangannya berusaha melepaskan pisau yang menancap. Amira menangis meminta Useng berdzikir.

Namun, Useng pun tak bisa mendengar suara Amira. Useng merangkak menepis rasa sakit, sementara kedua tangan ninja itu memanjang mengejar Useng.

Bukannya berdoa, Useng malah memanggil Amira. Useng kejang-kejang dengan mata melotot ketika dicekik, Amira memejamkan mata karena tak tega melihat bapaknya kesusahan bernapas.

Saat membuka mata,  hanya cat putih kamarnya yang dia lihat. Amira mengucap istighfar, untuk beberapa detik dia linglung lalu menyadari bahwa itu hanya mimpi.

Kesadaran Amira baru saja pulih, tiba-tiba tangis Sulastri memecah keheningan. Amira ke luar menuju sumber suara, dia melihat Sulastri histeris di bawah ranjang. 

Wanita itu takut bukan kepalang karena guling yang dipeluknya berubah menjadi Useng. Sulastri tak henti memohon ampun pada Useng agar tidak menggangu dirinya.

Setelah Sulastri tenang, Amira mencoba berkomunikasi dengan Sulastri dan dia pun menceritakan perihal mimpinya.

Sulastri terkejut bukan main. Amira mengatakan mimpinya tak sekadar mimpi. Sejak dulu ancaman teluh dan pembunuhan sering dia dengar karena banyak yang tak menyukai Useng.

Sulastri merubah ekspresinya. Spontan dia menyentuh bahu Amira seraya mengatakan bahwa itu pertanda, Useng tengah disiksa malaikat di alam baka.

Amira tahu, Sulastri sosok ceplas-ceplos. Tapi, dia tak menyangka Sulastri mampu berkata demikian mengenai suaminya sendiri.

Oleh karena itu, Amira bertekad akan menyelidiki kematian Useng hanya semata-mata untuk menghilangkan rasa penasaran. Jika benar Useng gantung diri, Amira akan berlapang dada.

"Jika bapakmu dibunuh, bagaimana bisa polisi mengatakan bapakmu murni gantung diri?" Sulastri menyanggah pikiran Amira.

Amira akan menemui seseorang yang dipercaya mempunyai ilmu hikmah bernama Hikam. Di sana, Amira menceritakan secara detail sementara pemuda itu hanya menyimak.

"Kang, saya merasa ada yang ganjil dengan kematian bapak. Tolong, apa yang harus saya perbuat?" Amira merasa putus asa.

Hikam merasa sungkan untuk berkomentar. Dia baru tahu, putri dari pelaku gantung diri yang tengah viral merupakan juniornya. Melihat Amira memohon, Hikam jadi serba salah.

"Apa Kang Hikam bisa memasukkan arwah bapak saya ke orang untuk menceritakan apa yang terjadi? Tolong saya," Amira memelas.

"Bangsa jin tidak bisa dipercaya. Dari kalangan mereka bisa menyerupai siapa pun dan mengarang cerita," jelas Hikam.

"Tapi, setidaknya dari mereka bisa menjelaskan apa yang terjadi pada bapak saya. Orang-orang kampung menerima terror, mari bantu saya untuk meluruskan ini. Saya tahu, tak ada yang namanya arwah gentayangan tapi jika kematian seseorang tidak wajar pasti ada saja hal aneh. Sekali lagi, tolong saya kang Hikam," Amira hampir menangis.

"Jangan memohon seperti itu, Amira. Saya manusia biasa tak berdaya. Jika benar bapakmu bunuh diri, saya bahkan kamu sendiri tak bisa menolong selain bisa mendoakan," Hikam mencoba membuat Amira mengerti.

Sudah berbulan-bulan bapaknya meninggal dan selama itu pula keadaan kampungnya semakin genting. Hal itu membuat orang-orang takut melewati tegal Useng begitupun rumahnya.

Untuk itulah dia meminta bantuan Hikam agar bisa mengetahui sosok hantu tegal Useng yang menterror apakah jin pengganggu atau pesan tersirat dari bapaknya.

Apalagi beban Amira bertambah. Dia berusaha agar peternakan bapaknya tetap berjalan. Satu per satu, hewan ternak mati secara misterius dan banyak pekerja melarikan diri.

Setelah mengetahui semuanya, Hikam pun mau membantu Amira. Pemuda itu tinggal sebagai pekerja agar tidak ada fitnah.

Saat mengunjungi rumah, Hikam menggeleng berulang kali. Dia kagum pada Amira yang berani tinggal di sana, jika itu orang lain Hikam tak yakin akan kuat.

Sebagai seorang muslim, dirinya percaya bahwa ada makhluk selain manusia yang menempati bumi ini.

Rumah yang ditempati manusia saja, ada bangsa jin yang menempati apalagi bangunan kosong. Namun, bangsa jin hanya bisa dilihat oleh manusia yang ada jin dalam dirinya.

Hikam duduk bersila sembari membaca tasbih dalam hati. Dia menyender ke tembok dengan mata terpejam. Hawa panas tiba-tiba hinggap di sisi kiri. Tanpa membuka mata sepenuhnya, Hikam melihat seseorang duduk di samping kirinya.

Sosok itu menyambut kedatangan Hikam. Siapa lagi jika bukan bapaknya Amira. Qorin Useng tiba-tiba tersedu.

Hikam semakin mengencangkan tasbihnya, dia tak bisa memastikan sosok itu memang qorin atau sejenis ifrit. 

Jika benar, kasihan sekali Useng. Nafsu duniawinya masih tertinggal membuat jiwa Useng belum tenang.

Namun, kedatangan Hikam tak disambut baik oleh Sulastri. Wanita itu menyepelekan keilmuan Hikam dan memintanya memperlihatkan kesaktian secara nyata.

Hikam tetap tenang. Dia mengatakan tak punya kesaktian apa pun. Dia pun tidak melakukan ritual, melainkan dengan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Hikam semakin prihatin, keresahan Amira terbukti bukan hal remeh. Apalagi setelah melihat langsung warga di kampung ini lebih menakuti tegal Useng.

Hikam merasa bertanggung jawab untuk meluruskan hal ini. Menurutnya, kampung Amira perlu dinetralisir.

Amira mengantar Hikam untuk berziarah ke makam bapaknya lalu pergi ke tegal Useng. Mereka menemui pekerja yang tersisa yaitu mang Karta dan mang Asep.

Pertama kali menginjakkan kaki ke tegal Useng, Hikam merasakan energi tak biasa. Dalam penglihatan mata batinnya, tak hanya qorin dari bapaknya Amira melainkan banyak sosok yang mendiami tempat itu.

Amira mengenalkan Hikam pada keduanya sebagai pekerja baru. Mang Karta dan mang Asep menyambut ramah.

"Saat pekerja lain kabur, kenapa mang Karta dan mang Asep memilih bertahan?" tanya Hikam.

"Saya kasian sama neng Amira, ceng. Orang-orang tuh pada ngomongin pak Useng pelit cap meregehese, tapi beliau ini baik banget sama keluarga saya apalagi saat almarhumah istrinya masih hidup. Jadi, saya tau diri aja kalo mau pergi," ucap mang Asep berkaca-kaca.

"Kematian pak Useng mendadak pisan. Tuh! Di pohon nangka itu pak Useng gantung diri! Neng Amira yang lihat pertama kali," timpal mang Karta menunjuk ke depan.

Katanya, selepas kematian Useng pekerja lain mencoba menebangnya atas perintah Sulastri tapi batang pohon tak mempan benda tajam. Sudah tiga orang mencoba menebang, tapi gagal dan mereka jatuh sakit.

"Logika enggak sih, gara-gara dijewer istri saat nyawer jadi bunuh diri?" mang Asep menatap Hikam maupun mang Karta.

"Justru hal yang di luar logika itu selalu jadi misteri, Asep. Mungkin, pak Useng capek dan ngebatin punya istri macam Sulastri dan di hari itu puncaknya," tebak mang Karta.

Kedua pekerja itu menatap Hikam yang sedari tadi menyimak. Mereka pun mengatakan bahwa Hikam terlihat seperti bukan orang biasa. Tak masuk akal, orang tampan yang masih muda mau bekerja di tegal Useng.

"Tapi, kalau boleh tau kenapa ceng Hikam mau kerja di tegal Useng? Padahal dah pada tau angker," mang Karta menggaruk kepala.

Hikam mengulum senyum, dia hanya mengatakan penasaran se-angker apa tegal Useng.

"Wuih! Ceng Hikam asli uji nyali ini mah!" seru mang Asep.

Hikam bertanya perihal Useng pada mang Asep dan mang Karta. Dia hanya ingin tahu, se-dekat apa mereka.

Mendengar ceritanya, untuk di posisi seperti ini banyak yang Useng korbankan. Tidaklah mudah, apalagi masa lalu Useng yang miskin dan sering dihina, menjadikan Useng sosok pendendam.

Useng ogah mengulurkan tangan pada orang yang sudah membuatnya sakit hati. Karena itu, banyak yang tak menyukai Useng dan menganggapnya pelit.

Mendengar cerita mang Asep dan mang Karta, entah kenapa lebih banyak hal negatif dari Useng. Entah, Hikam tak punya hak untuk menjudge apalagi pada orang yang sudah meninggal.

Mbeee Mbeeee

Mendengar suara berat domba membuat perhatian Hikam teralihkan.

"Domba itu milik pak Useng?" Hikam menunjuk domba jantan berukuran besar yang memiliki tanduk kokoh.

"Bargola domba kesayangan pak Useng," jawab mang Asep.

"Domba ini seorang bintang, ceng. Jangan salah, si Bargola biarpun tidak sekolah tapi juara satu mulu. Penghargaannya berderet, si Asep yang pernah sekolah saja kalah. Makanya banyak banget yang mau beli tapi pak Useng mana mau," jelas mang Karta.

Mang Asep mendelik tak suka dibandingkan dengan Bargola.

"Enak saja, Karta! Tuh, wajah kamu serem kayak si Bargola! Biarpun di sekolah tidak juara, tapi saya kalo eek gak sembarangan kayak si Bargola!" sela mang Asep.

"Eek Bargola aja berharga jadi ladang duit, Sep!" ucap mang Karta tak nyadar diri.

Hikam hanya geleng-geleng menyaksikan keduanya. Sementara si domba Garut itu menjadi agresif.

Braaak! Braaak!

Tanduk Bargola berusaha mendobrak kandang membuat mang Karta mendekatinya. Dia mengeluarkan Bargola kemudian melepasnya bebas.

Hikam mengkerutkan kening. Melihat Bargola, tak seperti domba pada umumnya. Mang Karta diseruduk membuat Hikam dengan cepat mengambil tali, nahas dia terseret karena laju kencang Bargola.

"Ceng! Ceng Hikam!"

Mang Asep dan mang Karta panik bukan kepalang.

"Saya akan menggembala Bargola! Tenang saja!" Hikam berteriak serta memperkuat pijakan kakinya.

"Baik, ceng! Kalo gitu, kami ngopi dulu! Ayo, Sep!" mang Karta menyahut kemudian menarik mang Asep.

Perlu tenaga lebih menangani Bargola apalagi hampir setengah jam domba itu membuat Hikam berlari. Dia hanya mengikuti ke mana domba Garut itu pergi tanpa berniat menghentikannya.

Hikam tak tahu, sejauh mana dia berada. Tegal Useng tanah paling luas di kampungnya, bahkan

lahan yang dijadikan peternakan tak seberapa. Selebihnya padang rumput yang jarang didatangi.

Tumbuhan liar hampir setinggi orang membuat Hikam mengibaskan tangannya. Kali ini, Bargola nampak tenang. Hikam mengernyit ketika Bargola berhenti mendadak, tapi tingkahnya masih agresif.

"Apa, yang ingin kau tunjukan?" Hikam mencoba menenangkan Bargola.

Hikam menoleh ke arah domba itu menghadap, lalu membawanya sedikit menjauh untuk bersembunyi karena mendengar langkah kaki.

Hikam tak bisa melihat berapa jumlah orang yang datang. Dia pun berusaha mengintip lalu beristighfar ketika mencium aroma menyan dan dupa dibakar.

"Lah, kenapa dia di sini?"

Hikam terkejut melihat wajah yang dia kenal.

Bab terkait

  • Misteri tegal Useng   Tiga

    Kemampuan yang Hikam miliki bukanlah suatu kelebihan yang harus diistimewakan. Dia memperolehnya bukan karena mendalami suatu ilmu, melainkan sudah sejak dulu leluhur Hikam berkesinambungan dengan bangsa jin.Hal itu membuatnya peka terhadap hal ghaib, bahkan mewarisi khodam berupa harimau putih. Dulu, daya tahan tubuh Hikam tak sekuat sekarang. Aura Hikam memang disukai makhluk ghaib dan tidak hanya sekali dia berbentrokan energi.Jatuh sakit dan kesurupan sering dialaminya, tapi seiring bertambahnya usia Hikam mampu mengendalikannya.Hikam pernah protes, tapi orangtuanya mengatakan takkan bisa di hilangkan. Karena tidak ada yang membimbingnya, mereka khawatir Hikam depresi. Oleh karena itu, Hikam dikirim ke pondok pesantren untuk mempelajari ketauhidan. Setelah cukup lama, dengan restu guru Hikam mengasah kemampuannya agar bisa bermanfaat.Amira mengadu pada Hikam karena gelisah dengan laporan orang-orang disertai ejekan bahwa bapaknya telah disiksa di neraka. Hal itu membuat Amira

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Misteri tegal Useng   Empat

    Kabar dibunuhnya Useng menyebar tapi banyak yang meragukan dengan mediumisasi yang Hikam lakukan. Hikam sendiri membenarkan hal itu tidak seratus persen benar. Tapi, berbeda dengan Amira yang yakin bapaknya telah dibunuh. Banyak yang tertarik untuk mengulik tegal Useng yang terkenal angker. Namun, hal itu membuat Amira keberatan karena semakin banyak orang yang kepo dengan sosok Useng. Salah besar jika setelah mediumisasi keadaan menjadi baik. Selain orang-orang yang numpang biar beken, hal itu tak lepas dari campur tangan para lelembut. Apalagi, yang muncul ke permukaan hanya hal negatif mengenai Useng. Amira prihatin, mereka tidak menutupi aib orang yang sudah meninggal. Hal buruk yang terjadi pasti Useng yang kena getahnya. Jembatan roboh gara-gara Useng. Anak kecil tenggelam di bendungan gara-gara Useng. Bahkan, kalah main togel pun gara-gara Useng. "Orang pelit itu bikin jengkel. Saking jengkel, kadang nyumpahin pengen nyantet. Jika benar si juragan tai dibunuh, mungkin pelak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Misteri tegal Useng   Lima

    Orang-orang bergosip kasus Ibro sepertinya ulah si juragan tahi yang meminta ditemani untuk menjadi penunggu tegal Useng. Sesuai arahan Hikam, orangtua Ibro tak meninggalkannya barang sedetik pun. Tapi, dijaga seketat apa pun ada lengahnya juga. Tak hanya sekali Ibro ditemukan tak sadarkan diri di tegal Useng. Orangtua Ibro pun meminta Hikam untuk mengobati anaknya. Untuk pemulihan, sementara Ibro tinggal di rumah Amira bersama Hikam. Sejak saat itu, rumah milik Useng tak lagi sepi karena Ibu Ibro turut serta. Amira tak keberatan, selain punya teman para tetangga pun berdatangan ke rumahnya untuk melihat keadaan Ibro. "Rumah bapak kan besar, buk. Kasihan Bik Yati loh, lagipula kondisi a Ibro jadi membaik dibantu Kang Hikam," ujar Amira karena Sulastri terus mengomel. "Saya yang dianggap buruk karena pacaran sama suami orang, apa bedanya sama kamu. Apa menurut kamu baik, Hikam tinggal di sini? Tambah lagi si Ibro!" Sulastri mengejek. Amira terdiam. Entah kenapa, sedari dulu Sulast

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Misteri tegal Useng   Satu

    Useng dijuluki juragan tahi di kampungnya. Hal itu bukan tanpa alasan, karena Useng memiliki hewan ternak yang melimpah. Dia pun salah satu pemasok kotoran domba untuk dijadikan pupuk bahkan sampai ke luar daerah.Sayangnya, Useng sosok pelit dan perhitungan. Sebagai seorang muslim, sepatutnya dia mengeluarkan zakat untuk membersihkan harta apalagi ternak domba Useng sudah mencapai nisob.Namun, Useng tak menggubrisnya. Jangankan mengeluarkan zakat, Useng pun perhitungan pada keluarganya sendiri.Sedikit background Useng, dia bapak dari tiga anak. Tepatnya, dua anak perempuan dari istri pertama yang sudah wafat. Satu di antaranya sudah berkeluarga, sementara putri keduanya yang bernama Amira dia titipkan ke pondok pesantren sejak belia.Useng memiliki satu putra dari istri keduanya yang bernama Sulastri. Selain masih muda, Sulastri sosok cantik yang bahenol. Di mata Useng, Sulastri tanpa cacat meski Useng akui minus wanita itu hanyalah matre.Kala itu, Useng bersama Bargola--- domba j

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10

Bab terbaru

  • Misteri tegal Useng   Lima

    Orang-orang bergosip kasus Ibro sepertinya ulah si juragan tahi yang meminta ditemani untuk menjadi penunggu tegal Useng. Sesuai arahan Hikam, orangtua Ibro tak meninggalkannya barang sedetik pun. Tapi, dijaga seketat apa pun ada lengahnya juga. Tak hanya sekali Ibro ditemukan tak sadarkan diri di tegal Useng. Orangtua Ibro pun meminta Hikam untuk mengobati anaknya. Untuk pemulihan, sementara Ibro tinggal di rumah Amira bersama Hikam. Sejak saat itu, rumah milik Useng tak lagi sepi karena Ibu Ibro turut serta. Amira tak keberatan, selain punya teman para tetangga pun berdatangan ke rumahnya untuk melihat keadaan Ibro. "Rumah bapak kan besar, buk. Kasihan Bik Yati loh, lagipula kondisi a Ibro jadi membaik dibantu Kang Hikam," ujar Amira karena Sulastri terus mengomel. "Saya yang dianggap buruk karena pacaran sama suami orang, apa bedanya sama kamu. Apa menurut kamu baik, Hikam tinggal di sini? Tambah lagi si Ibro!" Sulastri mengejek. Amira terdiam. Entah kenapa, sedari dulu Sulast

  • Misteri tegal Useng   Empat

    Kabar dibunuhnya Useng menyebar tapi banyak yang meragukan dengan mediumisasi yang Hikam lakukan. Hikam sendiri membenarkan hal itu tidak seratus persen benar. Tapi, berbeda dengan Amira yang yakin bapaknya telah dibunuh. Banyak yang tertarik untuk mengulik tegal Useng yang terkenal angker. Namun, hal itu membuat Amira keberatan karena semakin banyak orang yang kepo dengan sosok Useng. Salah besar jika setelah mediumisasi keadaan menjadi baik. Selain orang-orang yang numpang biar beken, hal itu tak lepas dari campur tangan para lelembut. Apalagi, yang muncul ke permukaan hanya hal negatif mengenai Useng. Amira prihatin, mereka tidak menutupi aib orang yang sudah meninggal. Hal buruk yang terjadi pasti Useng yang kena getahnya. Jembatan roboh gara-gara Useng. Anak kecil tenggelam di bendungan gara-gara Useng. Bahkan, kalah main togel pun gara-gara Useng. "Orang pelit itu bikin jengkel. Saking jengkel, kadang nyumpahin pengen nyantet. Jika benar si juragan tai dibunuh, mungkin pelak

  • Misteri tegal Useng   Tiga

    Kemampuan yang Hikam miliki bukanlah suatu kelebihan yang harus diistimewakan. Dia memperolehnya bukan karena mendalami suatu ilmu, melainkan sudah sejak dulu leluhur Hikam berkesinambungan dengan bangsa jin.Hal itu membuatnya peka terhadap hal ghaib, bahkan mewarisi khodam berupa harimau putih. Dulu, daya tahan tubuh Hikam tak sekuat sekarang. Aura Hikam memang disukai makhluk ghaib dan tidak hanya sekali dia berbentrokan energi.Jatuh sakit dan kesurupan sering dialaminya, tapi seiring bertambahnya usia Hikam mampu mengendalikannya.Hikam pernah protes, tapi orangtuanya mengatakan takkan bisa di hilangkan. Karena tidak ada yang membimbingnya, mereka khawatir Hikam depresi. Oleh karena itu, Hikam dikirim ke pondok pesantren untuk mempelajari ketauhidan. Setelah cukup lama, dengan restu guru Hikam mengasah kemampuannya agar bisa bermanfaat.Amira mengadu pada Hikam karena gelisah dengan laporan orang-orang disertai ejekan bahwa bapaknya telah disiksa di neraka. Hal itu membuat Amira

  • Misteri tegal Useng   Dua

    "Amiraaa, tolong bapak Amiraaa!"Useng berteriak ketakutan ketika dikejar seorang sosok ninja menodongkan pisau padanya. Nahas, pisau itu menancap di kaki kanan Useng dengan sekali lempar.Melihat Useng meronta kesakitan, Amira bergegas membantu. Tapi, badan Useng tak bisa disentuh.Amira seolah makhluk tak kasat mata menyaksikan bapaknya dalam bahaya."Amira! Ada yang mau bunuh bapak, tolong!"Useng ngesot sementara tangannya berusaha melepaskan pisau yang menancap. Amira menangis meminta Useng berdzikir.Namun, Useng pun tak bisa mendengar suara Amira. Useng merangkak menepis rasa sakit, sementara kedua tangan ninja itu memanjang mengejar Useng.Bukannya berdoa, Useng malah memanggil Amira. Useng kejang-kejang dengan mata melotot ketika dicekik, Amira memejamkan mata karena tak tega melihat bapaknya kesusahan bernapas.Saat membuka mata, hanya cat putih kamarnya yang dia lihat. Amira mengucap istighfar, untuk beberapa detik dia linglung lalu menyadari bahwa itu hanya mimpi.Kesadar

  • Misteri tegal Useng   Satu

    Useng dijuluki juragan tahi di kampungnya. Hal itu bukan tanpa alasan, karena Useng memiliki hewan ternak yang melimpah. Dia pun salah satu pemasok kotoran domba untuk dijadikan pupuk bahkan sampai ke luar daerah.Sayangnya, Useng sosok pelit dan perhitungan. Sebagai seorang muslim, sepatutnya dia mengeluarkan zakat untuk membersihkan harta apalagi ternak domba Useng sudah mencapai nisob.Namun, Useng tak menggubrisnya. Jangankan mengeluarkan zakat, Useng pun perhitungan pada keluarganya sendiri.Sedikit background Useng, dia bapak dari tiga anak. Tepatnya, dua anak perempuan dari istri pertama yang sudah wafat. Satu di antaranya sudah berkeluarga, sementara putri keduanya yang bernama Amira dia titipkan ke pondok pesantren sejak belia.Useng memiliki satu putra dari istri keduanya yang bernama Sulastri. Selain masih muda, Sulastri sosok cantik yang bahenol. Di mata Useng, Sulastri tanpa cacat meski Useng akui minus wanita itu hanyalah matre.Kala itu, Useng bersama Bargola--- domba j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status