"Loh kok awas sih? aku kan ngga ngapa-ngapain," tanya Raka. Puk... Alika memukul pundak Raka. membuat Raka mengaduh kesakitan. tanpa mereka berdua sadari sejak tadi ada sepasang mata yang melihat kebahagian Alika dan Raka. Bram menundukan kepalanya melihat ke arah sepatunya. mungkin memang benar kalau kebahagian Alika bukan bersamanya pikir Bram. Tiba-tiba di kepala Bram terlintas sebuah ide. Bram mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pintu ruang rawat Alika. Tok... Tok... Tok... Bram mengetuk pintu ruang rawat Alika. mendengar ketukan pintu Alika dan Raka langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Aku buka pintu dulu," ucap Raka. Alika menganggukan kepalanya. Raka berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Raka membuka pintu dan melihat Bram sudah berdiri dibalik pintu. "Bagaimana dengan Alika, sudah boleh pulang?" tanya Bram. "Iya rencana nanti siang kalau dokter sudah memeriksa, kalau hasilnya bagus sudah boleh pulang Pak," jawab Raka. "Bagus lah," ucap
"Jangankan bertemu, mungkin dengar kabarmu saja Bu Alika sudah tidak mau. apa kamu lupa hal keji apa yang kamu lakukan kepada Alika?" tanya Joko. "Sudahlah ini makannya, malas juga meladeni orang gila, ayo Jo keluar." ajak Joko."Ayo Jok," jawab Jojo. Kemudian mereka berdua meninggalkan kamar Salma. setelah meletakan makanan untuk Salma dengan kasar. "Ahh... kenapa nasibku jadi seperti ini, maafkan aku Alika," gumam Salma. Dari pagi, siang sampai malam Salma selalu menghabiskan waktunya dengan berbaring. ***Sementara itu dibelahan kota lainnya,tepatnya di rumah Alika. malam tadi entah mengapa Alika merasakan tidur yang begitu nyenyak. Pagi ini di rumah Alika, Alika baru saja keluar dari kamar mandi. Alika tersenyum ketika melihat wajah tampan Raka masih terlelap di ranjang. Ya. malam ini Alika menghabiskan waktu bersama Raka. Alika melangkahkan kakinya ke arah ranjang dan duduk didekat Raka. Merasakan ada pergerakan kecil. Raka langsung mengerjapkan matanya. "Hmmm... sudah ba
Tenang Raka, abaikan perasaan ini. sekarang yang paling penting kamu harus tetap provesional dalam bekerja," gumam Raka. Raka masuk ke dalam mobil. kemudian Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke restoran milik Bram.Dua puluh lima menit kemudian, Raka memarkirkan mobilnya di parkiran restoran. Raka keluar dari mobil. Saat masuk ke dalam restoran. Raka melihat restoran itu sedang ramai dengan pengunjung. "Siang Pak," sapa seorang pelayan yang lewat di depan Raka. "Siang juga, Ri, Pak Irawan ada?" tanya Raka. "Ada Pak, di ruangannya." jawab Riri. "Oke," jawab Raka. Raka kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Pak Irawan. Raka menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Tok... Tok... Tok... Raka mengetuk pelan pintu ruangan Pak Irawan. tidak lama kemudian terdengar suara Pak Irawan dari dalam yang memintanya untuk langsung masuk. "Siang Pak," sapa Raka ketika pintu sudah dibuka. "Siang juga Pak Raka," jawab Pak Irawan. Pak Irawan langsung berdiri
"Mau keliling komplek saja Bi, biar kaki lemas. soalnya sudah berbulan-bulan cuma kelilingnya disekitar rumah sakit saja," jawab Alika. "Oh iya siap Neng. nanti Bibi temani." jawab Bi Mun. Alika mengalihkan pandangannya ke arah jam di dinding, yang baru menunjukan jam setengah tiga siang. "Makasih ya Bi, nanti jam setengah empat saja ini kan baru setengah tiga," ujar Alika. "Iya siap Neng, kalau begitu Bibi turun dulu ya Neng," pamit Bi Mun. "Iya Bi, nanti Alika juga turun." jawab Alika. Kemudian Alika berjalan ke arah ranjang dan duduk diranjang. Alika mulai melahap buahnya sampai habis. selesai makan buah Alika memilih untuk membaringkan tubuhnya dengan memainkan ponsel. Ting... Ponsel Alika berbunyi tandanya ada yang mengirim pesan. Alika membuka pesan yang dikirim oleh Raka. (Al jangan lupa makan buahnya sampai habis ya, biar cepat sembuh.) isi pesan yang dikirim oleh Raka. (Iya Rak,) balas Alika. (Aku pulang jam setengah tujuh nanti, kalau lapar makan dulu saja.) pesan
"Kenapa Rak?" tanya Bram yang melihat raut wajah Raka kebingungan. "Tidak apa-apa Pak, jadi beneran Bapak membutuhkan tenaga kerja di kantor?" tanya Raka."Ya beneran lah Rak, masa saya bercanda." jawab Bram. "Baik Pak." ujar Raka. "Oke saya rasa cuma itu yang ingin saya sampaikan kepadamu," ucap Bram. "Iya baik Pak, saya terimakasih." jawab Alika dengan jada semangat. Setelah itu Bram berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke arah dapur. setelah kepergian Bram. Alika memegang tangan Raka. "Kamu lihat kaya ada yang aneh apa ngga sih sama Bram?" tanya Alika. "Iya sedikit, tapi apa ya?" tanya Raka. "Ya aku juga ngga tahu, malah kamu nanya balik sama aku," jawab Alika. Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki kembali ke ruang tamu. Alika dan Raka langsung mengalihkan pandangannya ke arah suara. Alika langsung menjauhkan dirinya dari Raka. ketika melihat Bram kembali dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi. "Jadi kamu sudah membicarakan semuanya Rak?" tanya Bram. "Iy
(Rak, besok kamu di sana siapkan tempat yang romantis ya, untuk makan malam berdua untukku dan Alika,) isi pesan dari Bram. Raka menarik nafas panjang dan mengadahkan kepalanya. lagi-lagi Raka tertikung oleh Bram, dulu Raka juga pernah suka kepada wanita tetapi selalu Bram yang mendahuluinya.Raka mengentik beberapa kata dan mengirimkan balasan untuk Bram. lima menit kemudian Raka berdiri dari duduknya dan memilih untuk masuk ke rumah. Sementara itu Alika yang sedang berada di dalam kamar. Alika sedang bingung mau memakai baju yang mana. "Kira-kira apa yang mau Raka katakan ya besok kalau sedang jalan-jalan berdua?" gumam Alika. Tanpa Alika sadari, wajahnya memerah memikirkan kalau Raka akan mengatakan cinta kepadanya. tidak dapat dipungkiri Alika mengharapkan kata-kata itu keluar dari Raka. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Alika memutuskan untuk memakai, dres warna lemon dengan bagian bawah mengebang dan bagian atas pas badan. Alika membiarkan rambutnya tergerai. Alika juga
Raka melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alika yang sedang berada di dapur. "Al," panggil Raka."Iya Rak ada apa?" tanya Alika dengan membalikan badannya melihat ke arah Raka yang berada di belakangnya. "Aku baru saja dapat panggilan dari Bram. dan dia memintaku untuk datang ke kantor," jawab Raka. "Loh kok ke kantor sih, bukannya kemarin sudah bilang kalau kamu sudah libur kan?" tanya Alika."Iya itu memang benar, tapi tadi bilang katanya ada beberapa barang yang ingin dia tanyakan," jawab Raka. "Ya sudah kalau emang begitu jangan lama-lama di luar ingat besok berangkat pagi," pinta Alika. "Iya, kalau gitu aku pamit dulu ya," pamit Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Iya hati-hati," jawab Alika. Kemudian Alika ikut mengantar Raka sampai di depan rumahnya. Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah Alika. Setelah mobil Raka sudah tidak lagi terlihat. Alika membalikan badannya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Alika membawa baran
"Oh iya Rak, sudah lebih dari dua bulan. Mami Salma ngga pernah nelepon biasanya kan sebulan sekali pasti minta uang, Kira-kira kemana ya Rak, Mami Salma?" tanya Alika. Uhuk... Uhuk... Mendengar pertanyaan Alika. Raka langsung terbatuk. "Ini minum dulu," perintah Alika dengan memberikan gelas berisi air putih kepada Raka. "Makasih Al," ucap Raka. "Sama-sama. lagian kamu kenapa juga malah batuk?" tanya Alika. "Ya ngga tahu, kaget aja kenapa kamu tiba-tiba nanya setan berwujud manusia itu," jawab Raka. "Ya bukan begitu Rak, meski Mami dulunya seperti itu. tetapi Mami lah orang satu-satunya yang mau merawat aku di saat aku sendiri tidak mendapatkan kehangatan dari kedua orang tua kandungku," ujar Alika. "Hmm...." Raka hanya bisa bergumam. Raka tidak mungkin juga memberi tahu Alika yang sebenarnya, kalau sampai Alika tahu pasti akan bertambah besar rasa bencinya kepada Bram. Dan yang parahnya lagi Alika juga akan meninggalkannya. Raka menggaruk tekuk lehernya. "Al," panggil Rak
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna