"Baik Pak akan saya lakukan, nanti kalau sudah aku akan hubungi kembali," ucap Raka. "Ya, kamu bawa saja ke tempat biasa nanti saya akan datang ke sana." pinta Bram."Iy... Iya Pak," jawab Raka dengan tergagap. Bram mematikan sambungan teleponnya. kemudian Bram menatap ke layar ponsel yang sudah mati. "Tunggu saja pembalasanku. kamu sudah melukai wanita yang aku cintai, maka aku juga melukai kamu lebih dari apa yang pernah kamu lakukan," gumam Bram. Sementara itu kembali ke kantor Brian. Raka dan Brian keluar dari ruangan Brian dan mereka akan berangkat menuju ke tempat terahir pelaku berada. "Kita naik mobil siapa Rak?" tanya Brian. "Pakai mobil saya saja." jawab Raka. "Oke." jawab Brian. Brian dan Raka masuk ke mobil. setelah semua masuk Joko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke alamat yang diberitahu oleh Brian. Dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai di depan rumah berukuran sedang. dengan dua lantai, Raka memperhatikan dengan seksama rumah itu. "
"Tolong bukakan ikatan tangannya, ada telepon aku tidak bisa mengangkatnya dengan tangan seperti ini," pinta Salma.Orang yang ada disamping kanan Salma mengalihkan pandangannya ke arah Salma dan menatap tajam. membuat Salma sedikit takut.Ini pertama kalinya Salma bisa merasakan takut. biasanya Salma bertemu dengan orang yang lebih seram dari ini tetapi kali ini berbeda. tetapi entah apa itu Salma sendiri bingung dengan perasaannya."Dimana kamu meletakan ponselnya?" tanya Jojo. "Ada disaku celana sebelah kanan," jawab Salma. Tanpa persetujuan Salma, Pria tadi memasukan tangannya ke dalam saku celana dan mengeluarkan ponselnya yang masih berdering. "Rara... siapa Rara?" tanya Jojo. "Dia temanku," jawab Salma. Jojo mengalihkan pandangannya ke arah ponsel dan mengangkat telepon. Jojo memajukan ponselnya ke depan mulut Salma. "Katakan sesuatu kepadanya, jika orang ini juga terbukti bersalah dia juga akan kamu eksekusi," pinta Jojo. "Halo... halo kamu dari mana saja sih kenapa bar
Tidak lama setelah kepergian Raka. sebuah mobil pajero warna hitam memasuki pekarangan rumah itu. Joko dan yang lainnya langsung berdiri tegap menyambut Bram. "Sore Pak," sapa Joko ketika melihat Bram keluar dari mobil. "Dimana wanita itu?" tanya Bram langsung dengan wajah datar. "Ada di dalam Pak," jawab Joko. "Kalian ikut saya," ajak Bram. Kemudian Bram, Joko, dan Jojo masuk ke dalam. sedangkan yang lain berjaga di depan rumah. ***Sementara itu di rumah sakit dimana Alika dirawat. Raka baru saja sampai diparkiran rumah sakit. Raka melepaskan helm dan meletakan dimotor. Raka melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit. Klek... Raka membuka pintu ruang rawat Alika. Raka melihat Bi Mun sedang membujuk Alika untuk makan buah. "Bi, Al," sapa Raka dengan berjalan ke masuk ke arah ranjang. Mendengar suara yang selama ini Alika tunggu-tunggu. Alika langsung mengalihkan pandangannya ke arah Raka. "Kamu darimana saja Rak?" tanya Alika dengan wajah lesu. "Kan tadi aku sudah b
Joko memasukan tangannya ke dalam saku celana. Joko mengeluarkan jarum suntik berisi cairan warna putih. Salma langsung memelototkan matanya.Joko dan Jojo tidak melakukan hal yang ke dua temannya lakukan kepada Salma. meski tadi Joko berkata seperti itu kepada Bram. Tetapi Joko juga berpikir kalau Salma adalah wanita yang kotor. meski Joko sendiri juga terlihat jahat. tetapi untuk wanita Joko mencari wanita yang lebih baik darinya. "Apa lagi itu, apa kalian belum puas membuatku seperti ini atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?" tanya Salma. "Aku nyerah, bukan aku yang melakukan itu semua kepada Alika. tetapu wanita licik dan bodoh itu namanya Rara, aku hanya menemaninya saja," jelas Salma. Joko dan yang lainnya saling berpandangan. kemudian seorang teman menepuk pundak Joko. "Bagaimana Jok?" tanya Jojo. "Kita tidak perduli dengan masalah itu, yang dibicarakan di sini. saat kejadian kamu juga ada di sana dan kamu mendukung dengan perlakuan yang salah itu," ujar Joko. Ke
"Oh iya, makasih Dok." ucap Raka. "Sama-sama kalau sudah tidak ada lagi yang ditanyakan saya permisi, kalau ada apa-apa langsung saja panggil petugas yang sedang bekerja," ucap dokter itu.Raka menganggukan kepalanya. dokter dan perawat meninggalkan Raka dan Jeki di depan ruangan Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya, yang sudah menunjukan jam setengah empat pagi. "Ternyata sudah pagi," gumam Raka. "Jek, saya masuk ya," pamit Raka. "Iya Pak." jawab Jeki. Raka membuka pintu ruang rawat Alika. Raka melihat Alika sudah damai dengan tidurnya karena obat penenang. Raka melangkahkan kakinya dan berhenti tepat disamping brangkar. Raka duduk di kursi dan menggengam tangan Alika. Tidak lama kemudian Raka merasakan kantuk yang luar biasa. tidak lama kemudian Raka tertidur dengan posisi duduk. Alika mengerjapkan matanya ketika merasakan samar ada cahaya matahari masuk ke indera penglihatannya. Alika kembali menutup matanya karena cahaya itu terlalu ter
"Loh kok awas sih? aku kan ngga ngapa-ngapain," tanya Raka. Puk... Alika memukul pundak Raka. membuat Raka mengaduh kesakitan. tanpa mereka berdua sadari sejak tadi ada sepasang mata yang melihat kebahagian Alika dan Raka. Bram menundukan kepalanya melihat ke arah sepatunya. mungkin memang benar kalau kebahagian Alika bukan bersamanya pikir Bram. Tiba-tiba di kepala Bram terlintas sebuah ide. Bram mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pintu ruang rawat Alika. Tok... Tok... Tok... Bram mengetuk pintu ruang rawat Alika. mendengar ketukan pintu Alika dan Raka langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Aku buka pintu dulu," ucap Raka. Alika menganggukan kepalanya. Raka berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Raka membuka pintu dan melihat Bram sudah berdiri dibalik pintu. "Bagaimana dengan Alika, sudah boleh pulang?" tanya Bram. "Iya rencana nanti siang kalau dokter sudah memeriksa, kalau hasilnya bagus sudah boleh pulang Pak," jawab Raka. "Bagus lah," ucap
"Jangankan bertemu, mungkin dengar kabarmu saja Bu Alika sudah tidak mau. apa kamu lupa hal keji apa yang kamu lakukan kepada Alika?" tanya Joko. "Sudahlah ini makannya, malas juga meladeni orang gila, ayo Jo keluar." ajak Joko."Ayo Jok," jawab Jojo. Kemudian mereka berdua meninggalkan kamar Salma. setelah meletakan makanan untuk Salma dengan kasar. "Ahh... kenapa nasibku jadi seperti ini, maafkan aku Alika," gumam Salma. Dari pagi, siang sampai malam Salma selalu menghabiskan waktunya dengan berbaring. ***Sementara itu dibelahan kota lainnya,tepatnya di rumah Alika. malam tadi entah mengapa Alika merasakan tidur yang begitu nyenyak. Pagi ini di rumah Alika, Alika baru saja keluar dari kamar mandi. Alika tersenyum ketika melihat wajah tampan Raka masih terlelap di ranjang. Ya. malam ini Alika menghabiskan waktu bersama Raka. Alika melangkahkan kakinya ke arah ranjang dan duduk didekat Raka. Merasakan ada pergerakan kecil. Raka langsung mengerjapkan matanya. "Hmmm... sudah ba
Tenang Raka, abaikan perasaan ini. sekarang yang paling penting kamu harus tetap provesional dalam bekerja," gumam Raka. Raka masuk ke dalam mobil. kemudian Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke restoran milik Bram.Dua puluh lima menit kemudian, Raka memarkirkan mobilnya di parkiran restoran. Raka keluar dari mobil. Saat masuk ke dalam restoran. Raka melihat restoran itu sedang ramai dengan pengunjung. "Siang Pak," sapa seorang pelayan yang lewat di depan Raka. "Siang juga, Ri, Pak Irawan ada?" tanya Raka. "Ada Pak, di ruangannya." jawab Riri. "Oke," jawab Raka. Raka kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Pak Irawan. Raka menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Tok... Tok... Tok... Raka mengetuk pelan pintu ruangan Pak Irawan. tidak lama kemudian terdengar suara Pak Irawan dari dalam yang memintanya untuk langsung masuk. "Siang Pak," sapa Raka ketika pintu sudah dibuka. "Siang juga Pak Raka," jawab Pak Irawan. Pak Irawan langsung berdiri
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna