Alika berjalan mendekat ke arah Raka dan mendudukan dirinya di kursi yang berada di samping Raka. Raka mengangkat tangannya dan memegang punggung tangan Alika. sedangkan Alika hanya bisa terdiam dengan menatap ke arah tangannya yang digenggam oleh Raka.Raka melihat ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah tujuh malam. padahal baru sebentar dirinya di rumah Alika tetapi jam sudah begitu cepat berlalu. "Kenapa?" tanya Alika yang melihat ke arah Raka hanya terdiam. "Tidak apa-apa, nanti setelah makan malam aku akan pulang, dan besok aku akan datang lagi ke sini," ucap Raka. "Kenapa?" tanya Alika. Raka memalingkan wajahnya ke arah Alika. kemudian Raka bertanya "Kenapa apanya Al?"."Kenapa harus pulang, tidak bisakah kamu tidur di sini?" tanya Alika. "Untuk saat ini aku tidak bisa Al," jawab Raka. "Ngga apa-apa ya," lanjut Raka lagi dengan memindahkan tangannya dari punggung tangan Alika ke pipi Alika. Alika mengangkat tangannya dan memegang tangan Raka. k
"Al... Alika bagaimana bisa, tadi pagi aku datang ke sana dia masih biasa-biasa saka dan tidak ada yang terluka," ujar Bram. Raka menjadi emosi mendengar perkataan atasannya itu, bagaimana bisa Bram datang ke rumah Alika tanpa membicarakan dulu dengannya. "Ba... Bagaimana bisa kamu datang ke rumah Alika tanpa membicarakan dulu hal ini denganku, bukannya kemarin aku sudah bilang kalau Alika masih belum mau bertemu denganmu?" tanya Raka. "Iya maar Rak, aku tahu aku salah, aku hanya ingin meminta maaf kepada Alika," jawab Bram dengan rasa bersalah. "Padahal aku sudah merencanakan waktu yang tepat agar kalian bisa bertemu kembali, tetapi karena hal kecil semua itu menjadi kacau," ujar Raka. "Kamu di rumah sakit mana?" tanya Bram diseberang sana. "Ada di sini, Alika aman bersamaku, aku minta untuk saat ini saja biarkan aku yang mengatur Alika," pinta Raka. Kemudian Bram mematikan sambungan teleponnya. Raka menyimpan ponselnya ke dalam saku jas. Saat kembaki ke ruang IGD belum juga
Ting... Ponsel Raka yang berada di dal saku berbunyi. tandanya ada seorang yang mengirimkan pesan. Raka mengeluarkan ponselnya dan melihat ada satu pesan dari Bram. (Bagaimana kondisi Alika saat ini?) isi pesan yang di kirim oleh Bram. (Dia sudah lebih baik dari sebelumnya, ada apa?) balas Raka. (Bisakah aku menjenguknya sebentar saja Rak?) isi pesan balasan dari Bram. (Untuk saat ini aku harap jangan dulu, setelah nanti Alika siap, aku akan segera mengabarimu.) balas Raka. Kemudian tidak ada lagi pesan balasan dari Bram. Raka menyenderkan badannya ke senderan sofa dan tangannya di lipat di dada. Mungkin menjauhkan Alika dari Bram akan bisa membuat pikiran Alika sedikit tenang pikir Raka. Raka berjanji setelah Alika pulang dari rumah sakit Raka akan membawa Alika menjauh dari tempat itu. ***Sementara itu di kantor Bram. Bram tidak bisa fokus dengan pekerjaan, Bram selalu memikirkan Alika yang sedang berada di rumah sakit. "Memang benar yang dikatakan Raka, seharusnya aku ti
"Sakit banget ya Al?" tanya Raka dengan menautkan kedua alisnya. "Sekarang sudah lebih baik daripada tadi." jawab Alika. Raka menarik nafas panjang. Raka mengusap keringat yang ada di kening Alika dengan telapak tangannya. Alika menatap ke iris mata coklat Raka. cukup lama mereka saling tatap, Alika mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Padahal aku bisa melakukannya sendiri Rak," ucap Alika. "Ngga apa-apa kok," jawab Raka. Jam empat sore seorang dokter dan satu perawat masuk ke ruangan Alika. dokter itu mengatakan kalau Alika sudah boleh pulang hari itu juga. "Alhamdulilah,"."Alhamdulilah,".Ucap Alika dan Raka bersamaan. kemudian perawat itu membantu Alika melepaskan infusnya, jam setengah enam malam Alika dan Raka meninggalkan pekarangan rumah sakit. Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Alika. lima belas menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Alika. "Tunggu sebentar ya, aku turun dulu," perintah Raka. Kemudian Raka keluar
Mendengar ada jawaban dari Alika,Raka menarik nafas panjang. lima menit menunggu Alika belum juga keluar dari kamar mandi. "Lama banget Alika mandinya," gumam Raka dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu."Al, kamu beneran ngga apa-apa, kok lama banget di kamar mandinya?" tanya Raka dengan mengetuk pelan pintu kamar mandi. Klek... Alika membuka pintu kamar mandi dan melongokan kepalanya keluar. Alika langsung memamerkan gigi putihnya ke Raka. "Boleh minta tolong ngga?" tanya Alika. Raka melihat bibir Alika yang membiru karena kedinginan. kemudian Raka bertanya "Mau minta tolong apa?"."Ambilin handuk di lemari yang paling bawah," pinta Alika dengan malu-malu. Raka menghembuskan nafas panjang. kemudian Raka bergumam "Kenapa ngga bilang dari tadi sih Al, lihat bibirmu sudah pucat,"."Aku malu." jawab Alika. Raka hanya bisa menggelengkan kepalanya. Raka berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan handuk berwarna abu-abu. Raka memberikan handuk itu kepada Alika. "Bisa makainy
"Nanti kalau sudah pulang kerja, balik lagi ke sini ya," pinta Alika dengan nada memohon. "Hmmm... iya tapi aku ngga janji pulangnya jam berapa ya," jawab Raka."Iya ngga apa-apa, aku tunggu," ucap Alika. Inilah kata-kata yang Alika rindu dari Raka. Alika selalu menunggu kata-kata ngga janji pulang jam berapa dari Raka, setelah sekian lama akhirnya Alika bisa mendengar kata-kata itu lagi dari bibir Raka. Kemudian Raka berlari keluar dari rumah Alika. Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Bram. Setelah kepergian Raka, Alika memilih untuk masuk ke dalam kamar setelah makan siang. Raka menyalakan televisi, sejak kejadian itu Alika tidak pernah membuka ponselnya. Terakhir Alika membuka ponselnya untuk menelepon Riko dan Pak Irawan, mengatakan kalau Alika belum bisa masuk kerja. Alika memandangi ke arah pergelangan tangannya yang masih di balut dengan perban. sampai kapan luka ini akan sembuh pikir Alika. Hari berganti hari sudah tiga hari Alika berada di rum
Alika membenarkan bajunya yang sedikit berantakan. dan berjalan menjauh dari Bram. "Gadis bodoh." gumam wanita yang sejak tadi melihat ke arah Alika dan Bram yang berpelukan. Bram masih terdiam mematung dengan menatap ke arah punggung Alika yang menjauh. Bram menarik nafas panjang dan melangkahkan kakinya meninggalkan restoran. "Mungkin jika aku menjadi Alika, aku juga akan melakukan hal yang sama," gumam Bram. Bram membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke kantornya. sementara itu di parkiran restoran Rara sedang kesal karena Bram pergi tanpa mengajaknya. "His... selalu seperti ini." geram Rara. Kemudian Rara berjalan ke arah parkiran mobilnya. Rara membawa mobilnya dengan kecepatan sedang mengikuti mobil Bram. Sementara itu Alika di dalam restoran sedang duduk melamun memikirkan hal yang baru saja dirinya lakukan kepada Bram. Alika tidak tahu ini benar atau tidak tetapi di hati kecil Alika mengantakan itu harus dirinya lakukan. Alika kembali melanjutkan pekerja
"Aku tunggu jam delapan nanti," ucap Bram. "Iya baik Bos." jawab Raka. Kemudian Bram mematikan sambungan teleponnya. Raka menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.Raka berjalan kembali ke arah Alika duduk. Raka mendudukan badannya di kursi samping kiri Alika. Melihat Raka kembali Alika mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Raka. Alika meletakan ponselnya ke meja. "Bagaimana?" tanya Alika. "Dia mau ketemu kamu malam ini juga dan kamu di tunggu jam delapan," jawab Raka. Alika melihat ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah tujuh malam. kemudian Alika menganggukan kepalanya."Ya, aku siap-siap dulu. kamu temani aku malam ini, cukup tunggu saja tidak perlu ikut menemui Bram," pamit Alika. "Iya." jawab Raka. Kemudian Alika berjalan masuk ke rumahnya. sedangkan Raka memilih duduk di gasebo. Raka menyeruput kopi yang sudah mulai dingin. Sementara itu Alika yang berada di dalam kamar baru saja selesai mengganti bajunya. kali ini Alika memakai kaos wa
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna