Share

Part 59

Author: Ricny
last update Last Updated: 2025-01-30 02:41:59

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku

Part 59

Aku mengusap rambut Lala dengan lembut, merasakan beratnya beban yang tidak hanya kuhadapi, tetapi juga dia.

Lala tetap diam, menunggu kelanjutan ceritaku. Aku melanjutkan dengan hati yang bergejolak, "Ayah bilang dia menikahi perempuan itu karena dia butuh uang untuk biaya pengobatan Mamah di rumah sakit. Satu-satunya orang yang bisa membantu waktu itu adalah nenek kamu. Tapi nenek memberi syarat supaya Ayah menikahi Tante Miranda."

Lala menatapku dalam. Sementara aku menarik napas panjang. "Sekarang Mamah benar-benar bingung, La. Apa kita harus kasih kesempatan kedua pada, Ayahmu? Atau kita hidup seperti dulu, tanpa sosok seorang ayah di rumah?"

Lala masih terdiam, dan sejurus dengan itu tiba-tiba dia terisak. Tanpa kata-kata, dia memelukku dengan erat, seolah memberiku kekuatan yang selama ini aku butuhkan.

“Lala nggak butuh siapa pun selain Mamah,” kata Lala dengan suara yang mulai terisak. "Putuskan apa yang bikin Mamah bahagia, maka La
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 60

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 60Aku tersenyum kecil. “Nggak apa-apa. Tante yakin kamu anak yang baik. Sekarang pulanglah.”Aditya berdiri dengan sopan, pamit, dan meninggalkan rumah. Aku mengantarnya sampai ke pintu, memastikan ia benar-benar pergi sebelum menutup pintu.Begitu aku berbalik, aku langsung disambut oleh protes Lala.“Kenapa sih, Mah? Mamah harus ngomong gitu di depan Aditya? Kan malu, Mah. Kita cuma temenan, kok. Nggak lebih."Aku menatap Lala dengan sabar, meskipun di dalam hati aku juga merasa kesal dengan sikapnya. “Mamah tahu, Lala. Mamah cuma khawatir. Jadi nggak ada salahnya kan kalau Mamah ngomong gitu sama Aditya? Lagi pula, ayah kan biasanya juga antar jemput kamu sekolah. Kenapa sekarang kamu malah ngerepotin anak orang lain begitu?”Wajah Lala langsung berubah. “Tapi Lala udah nggak mau lagi berangkat dan pulang sama ayah, Mah.”“Kenapa memangnya?”“Ya males aja, Mah. Emang Mamah nggak males sama ayah?”Aku menarik napas panjang, mencoba menahan

    Last Updated : 2025-01-30
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 61

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 61Esok paginya, saat Lala bersiap untuk berangkat sekolah, aku sudah menunggunya di meja makan dengan uang saku di tangan. Aku ingin memastikan dia membawa bekal, setidaknya untuk jajan di sekolah. Namun, saat aku menyodorkan uang itu, Lala hanya melirik sekilas tanpa menyentuhnya.“Ini buat jajan kamu, La,” kataku, sambil tersenyum.“Nggak usah,” jawabnya singkat sambil mengambil air dari dapur dan sepotong roti dari meja.Aku menarik napas panjang, menyadari bahwa Lala masih ngambek. Ia bahkan tidak menunggu Mas Halbi keluar dari kamar seperti biasanya. Tanpa pamit, Lala melangkah cepat ke depan rumah. Aku segera mengejarnya ke teras.“La, kalau kamu nggak bawa uang, terus nanti di sekolah kamu nggak jajan gimana?”“Lala gak usah jajan, gak apa-apa,” sahutnya malas sambil memeriksa tasnya.“Loh, kasihan dong kalau kayak gitu. Nih ambil uangnya, Nak. Nanti kamu beli makanan atau minuman di sekolah, ya?” Aku menyodorkan uang itu lagi.“Nggak u

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 62

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 62“Dia lagi nongkrong sama anak-anak cowok di pinggir jalan! Udah malam begini, masih juga nggak tahu malu.”Aku menatap Lala, hatiku dipenuhi berbagai macam emosi. Marah, sedih, kecewa—semuanya bercampur jadi satu. “La, apa bener yang dikatakan ayahmu itu? Kenapa kamu jadi berubah begini, Nak?” tanyaku dengan suara pelan, mencoba meredam emosiku.Namun, Lala tetap bungkam. Ia berdiri kaku di tempatnya, tatapannya tajam, seolah menolak semua perhatian yang kuberikan. Ia kemudian melangkah masuk ke rumah tanpa sepatah kata pun, membanting pintu kamarnya dengan keras.Aku berdiri terpaku di tempat, menatap pintu kamar Lala dengan perasaan hancur. Mataku mulai panas, dan air mata tak bisa kutahan lagi. Di sampingku, Mas Halbi juga masih berdiri dengan wajah kesal, mencoba menenangkan dirinya."Semua ini gara-gara kamu, Mas!" Aku akhirnya tak bisa lagi menahan diri. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku, tajam dan penuh amarah."Kalau sa

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 63

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 63POV Halbi[Mas, ingat janjimu, kamu akan selalu mengutamakan urusanku dan Lala daripada perempuan itu. Cepat pulang sekarang juga.]Pesan itu muncul di layar ponselku, singkat, tapi cukup menusuk hingga membuatku terdiam sejenak.Aku memandang layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Indri benar, aku pernah berjanji untuk selalu mengutamakan dia dan Lala. Tapi saat ini aku masih di rumah sakit, menunggu Miranda diperiksa dokter. Ibu yang memintaku mengantar perempuan itu, dan aku tahu betul, jika aku meninggalkan Miranda begitu saja, ibu pasti akan marah besar.Namun, melihat pesan dari Indri, aku tak bisa tinggal diam. Lala masih hilang, dan aku tak tahu apa yang sedang dia lakukan di luar sana. Indri pasti ketakutan, bahkan mungkin panik. Lala adalah tanggung jawab kami berdua, dan aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.Tanpa pikir panjang, aku berdiri dan langsung keluar dari ruang tunggu tanpa pamit pada Miranda. Aku tahu ini keputu

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 64

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 64Sore harinya aku mendapatkan telepon dari ibu. Beliau memintaku untuk datang ke rumah Kak Lian.“Ibu sama kakak kamu mau ngomongin soal soal Lala."Tanpa pikir panjang, aku langsung bersiap menuju rumah Kak Lian. Berharap mereka punya cara atau ide agar kami bisa segera menemukan Lala Setibanya di sana, aku melihat ibu dan Lian sudah duduk di ruang keluarga, wajah mereka tampak serius.“Duduk, Halbi,” kata Ibu tanpa basa-basi.Aku duduk di sofa berhadapan dengan mereka, mencoba menenangkan diriku.“Kok bisa, sih, Lala sampai kabur begitu Halbi?” tanya Ibu langsung. “Apa jangan-jangan istrimu itu gak becus menjaga Lala?”Aku langsung merasa dadaku sesak. Seperti sudah kuduga, pembicaraan ini tak lebih dari mencari siapa yang salah.“Bu, udah deh, daripada saling menyalahkan, lebih baik kita fokus bagaimana caranya kita menemukan Lala,” kataku mencoba menahan emosi.“Ya, tapi Ibu kesel, Halbi!” Suara Ibu meninggi. “Jangan-jangan istri kamu it

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 65

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 65Aku dan Indri bergegas menuju kantor polisi setelah menerima kabar yang menghentak jantung kami. Lala, anak perempuan kami, ditahan. Apa yang terjadi pada Lala? Apa yang telah ia lakukan hingga berurusan dengan polisi?Begitu sampai di sana, aku melihat Lala duduk di ruang interogasi. Wajahnya tertunduk, rambutnya sedikit berantakan, seperti habis menangis atau mungkin stres berat. Aku menatap Indri yang mulai menitikkan air mata.“Pak Halbi, Bu Indri.” Seorang petugas menyambut kami. "Silakan, duduk."“Ada apa ini? Memangnya anak saya kena kasus apa, Pak?” tanyaku, mencoba menahan nada cemas yang tak bisa kusembunyikan.Petugas itu menghela napas. “Pak Halbi, anak Anda ditemukan dalam penggerebekan. Ia diduga terlibat dalam peredaran barang terlarang. Kami menemukan bukti di ponselnya dan beberapa barang bukti lainnya.”Aku tertegun, dadaku serasa dihantam. “Barang terlarang? Maksudnya … narkoba?” tanyaku, nyaris berbisik.Polisi itu mengan

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 66

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 66***Pulang dari tempat rehabilitasi tempat Lala harus menginap, aku merasa dunia ini semakin menekan kami dari segala arah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat kami beristirahat kini seperti ruang penuh sesak yang menyerap semua kebahagiaan.Indri duduk di sisi ranjang, wajahnya kosong, pandangannya terpaku ke arah jendela. Sejak semalam, ia belum bicara lagi denganku. Bahkan ketika aku mencoba mengajaknya berbicara, responsnya hanya anggukan kecil atau gumaman lirih. Dia tidak menangis lagi, tapi aku tahu, jauh di dalam hatinya, ia hancur.Aku mencoba mendekatinya. "Indri, kamu nggak nyiapin sarapan?"Dia hanya menggeleng perlahan tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. Sejujurnya, melihatnya seperti ini jauh lebih menyakitkan daripada ketika ia menangis. Setidaknya, saat menangis, ia menunjukkan emosi. Tapi sekarang, Indri seperti kehilangan semangat untuk hidup.Dan masalah kami tidak berhenti sampai di situ. Ketika pagi itu aku kel

    Last Updated : 2025-01-31
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 67

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 67"Halo, Mas." Suara Indri terdengar pelan, seperti biasa akhir-akhir ini. "Aku lupa mau nanya sama kamu, kamu udah siapin pengacara belum untuk bantu Lala?"Aku memijat kening. Bagaimana mungkin aku bisa lupa hal sepenting itu?"Belum, Ndri," jawabku lesu. "Tapi aku akan secepatnya cari. Hari ini juga. Aku punya banyak teman kenalan pengacara kok.""Oh ya sudah, Mas. Tolong cepet diurus, ya. Aku khawatir Lala akan makin lama di sana kalau nggak dibantu sama pengacara.""Iya, Ndri. Aku akan urus sekarang."Setelah menutup telepon, aku menatap layar ponsel yang masih menyala. Kepalaku penuh dengan pikiran tentang Lala, tentang Indri, tentang bagaimana keluarga kecil kami seperti sedang dihantam badai bertubi-tubi. Aku menggulir daftar kontak di ponsel, mencari nama-nama teman lama yang kukenal sebagai pengacara atau setidaknya punya koneksi di bidang hukum.Satu per satu mereka aku hubungi. Tapi jawaban yang kuterima selalu sama—mereka tidak bi

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 95

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 95"Sudah Maura, yang penting sekarang kamu aman di rumah Uwa."Maura mengangguk dan tiba-tiba suara teriakan menggema dari luar rumah."Maura! Aku tahu kamu ada di dalam! Keluar, Maura!"Jantungku langsung berdegup kencang. Aku menoleh ke arah Maura yang duduk di kursi dengan wajah pucat pasi. Tangannya mencengkeram ujung bajunya dengan erat, tubuhnya gemetar hebat."Wa ... tolong, Wa. Tolong Maura. Maura takut!" isaknya dengan suara bergetar.Dari luar, suara pria itu semakin menjadi. "Aku melihat sendiri kamu lari ke sini! Jangan pikir bisa sembunyi dariku! Keluar! Dasar perempuan tidak tahu diri! Berani berselingkuh di belakangku, maka harus berani menerima akibatnya!"Maura menutup telinganya sambil menangis. "Wa, dia bakal masuk nggak? Jangan biarkan dia masuk, Wa! Maura takut!"Aku menggenggam tangannya yang dingin. "Tenang, Ra. Uwa nggak akan biarkan dia menyentuh kamu."Mas Halbi yang duduk di sebelahku langsung berdiri, wajahnya meneg

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 94

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 94Mas Halbi menghela napas lagi. "Iya, mereka nggak tahu yang sebenarnya. Itu sebabnya kamu nggak perlu ambil hati. Percuma. Kita nggak akan bisa mengubah cara mereka berpikir."Aku menggeleng. "Tapi sakit, Mas. Mereka ngomong tentang Lala seakan-akan dia itu barang bekas yang nggak pantas buat siapa-siapa."Mas Halbi menatapku penuh empati. "Lala bukan barang. Lala anak kita. Dan kita tahu siapa dia sebenarnya. Kita tahu bagaimana dia berjuang. Kita tahu dia bukan seperti yang mereka katakan."Aku terdiam, mencoba mencerna kata-kata suamiku."Yang penting kita ada buat dia. Jangan biarkan mereka membuat kita kehilangan kepercayaan pada anak kita sendiri," lanjut Mas Halbi.Aku menyandarkan kepala ke bahunya, berusaha mengambil kekuatan dari kehadirannya. "Aku cuma capek, Mas. Aku udah capek dengar orang ngomongin anak kita seolah-olah anak kita itu nggak ada harganya.""Aku tahu." Mas Halbi membalas dengan suara rendah. "Makanya kita gak usah

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 93

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 93Aku menarik napas dalam-dalam. Rasanya dada ini semakin sesak mendengar obrolan-obrolan yang terus diarahkan pada Lala. Kenapa sih orang-orang ini seperti tidak bisa berhenti membahas pernikahan? Seolah-olah hidup seseorang hanya akan dianggap sempurna kalau sudah menikah."Iya Ndri, lihat tuh si Maura, anak Bibi. Dia udah nikah di usia 17 tahun, sekarang anaknya usia 7 tahun, udah kayak bestie. Siapa yang bakal nyangka kalau dia ternyata udah punya anak," kata salah satu saudaraku lagi, seolah menambahkan beban di suasana yang sudah cukup berat.Aku melirik Maura yang sedang duduk di pojok ruangan. Dia tampak asyik dengan ponselnya, sesekali tertawa kecil sambil mengetik sesuatu. Sementara anaknya yang berusia 7 tahun tampak sibuk melahap sepiring nasi di dekatnya."Maura, coba kamu ceritakan sama saudaramu ini, Nak. Mbak Lala, biar dia cepat mau nikah," Bibiku menimpali lagi, seolah sengaja ingin mempermalukan Lala di depan banyak orang.M

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 92

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 92"Maaf loh, bukannya menghina. Tapi kan ini kenyataannya, Ndri."Aku mengangguk pelan, meskipun dalam hati aku merasa muak. "Iya, Bu. Nanti coba saya bicara sama Lala."Bu Atun tersenyum puas. "Iya. Mumpung Juragan Danu juga masih belum ada yang srek tuh. Kali aja kalau sama Lala, dia mau.""Iya, Bu," jawabku seadanya.Setelah membayar belanjaan, aku segera pulang dengan hati yang berat. Langkahku terasa lebih lambat dari biasanya, pikiranku dipenuhi dengan percakapan tadi di warung.Sesampainya di rumah, aku langsung menemui ibu yang sedang duduk di ruang tengah rumahnya, mengiris bawang untuk persiapan memasak."Kata mereka, apa lebih baik Lala dijodohin aja, Bu?" tanyaku, meletakkan belanjaan di meja.Ibu menghentikan kegiatannya dan menatapku dengan ekspresi tak percaya. "Dijodohin sama siapa?"Aku menghela napas. "Ya, sama siapa aja. Sama Juragan Danu misalnya."Ibu langsung melotot. "Husssh! Ngaco kamu, Ndri! Tua bangka begitu, masa mau

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 91

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 91Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia berbalik dan pergi dengan langkah tergesa-gesa. Warga yang menyaksikan kejadian itu langsung saling berpandangan."Astaghfirullah, kok masih aja ada orang kayak gitu?" gumam salah seorang ibu yang berdiri tak jauh dariku."Iya, ya. Bukannya introspeksi, malah makin menjadi," timpal yang lain.Aku menarik napas panjang dan menoleh ke arah ibu. Jujur, aku selalu kepikiran kalau soal anak. Aku yang punya masalah dengan Bu Een, kenapa jadi Lala yang kena sumpah serapah? Ya Allah semoga saja, Engkau jauhkan anak hamba dari segala mata jahat.Mas Halbi, yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya ikut bersuara. "Sudah, Ndri. Lanjutkan saja pembagian sembakonya. Jangan sampai hal tadi mengganggu niat baik kita."Aku mengangguk dan kembali fokus ke apa yang sedang kulakukan. Aku tidak ingin kejadian barusan merusak suasana.Satu per satu, warga kembali maju untuk mengambil sembako."Indri, kamu benar-benar perempua

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 90

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 90Aku terperangah dan menggeleng-gelengkan kepala. "Astagfirullah Bu Een. Jangan menuduh orang lain tanpa bukti Bu, fitnah keji itu namanya. Memangnya kapan saya pernah bicara seperti itu?" "Halah bilang aja kamu mau nyangkal.""Saya bukannya menyangkal Bu Een," sanggahku tegas. "Bahkan kalau Bu Een bersedia, ayo kita bersumpah atas nama Tuhan, siapa yang sumpahnya palsu, maka dia siap mendapatkan konsekuensinya."Bu Een menelan ludah. Sementara orang-orang yang hadir di sana makin ramai berbisik-bisik. "Kalau Bu Een berani bersumpah atas tuduhan yang dilontarkan oleh Bu Een itu, maka semua orang boleh percaya pada Bu Een dan semua orang boleh mengobrak-abrik toko saya. Tapi seandainya Bu Een bohong, maka konsekuensinya adalah berupa penderitaan hidup dan nikmat yang siap dicabut oleh Tuhan. Bagaimana?" tantangku.Semua orang saling lirik. Mereka lalu setuju tampak dengan usulku. Sampai akhirnya aku pun melakukan sumpah di bawah Alquran. Ka

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 89

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 89Pagi itu, aku duduk di depan toko bersama Mas Halbi. Matahari masih rendah, tapi udara sudah terasa hangat. Toko kami masih sepi. Tak ada satu pun pelanggan yang datang sejak kemarin. Semalam aku sudah cerita pada ibu, soal ini, aku pikir ibu tahu kira-kira kenapa penyebab toko kami bisa sepi seperti ini, tapi ibu bilang namanya jualan pasti ada masa rame dan sepinya. Tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang tak beres dengan tokoku ini.“Mas, aku kepikiran sesuatu."Mas Halbi menoleh. “Apa?”“Gimana kalau hari ini kita bagi-bagi sembako gratis lagi seperti awal kita buka?”Kening Mas Halbi berkerut. "Ya, anggap aja ini sedekah. Selain itu, ini bisa jadi cara buat narik orang-orang supaya mereka kembali belanja di toko kita.”Mas Halbi terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh juga idenya. Ya udah, ayo kita siapin sekarang.”Tanpa menunda lagi, kami mulai mengemas sembako. Aku dan Mas Halbi bekerja dengan penuh semangat, berharap u

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 88

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 88Ah aku tidak peduli. Yang penting aku ingin yang terbaik untuk anakku.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumah Asep. Mas Halbi menyarankan agar aku tak pergi sendirian, tapi aku yakin ini adalah urusanku sebagai ibu. Aku ingin menyampaikan keputusan Lala dengan baik-baik. Bagaimanapun juga, hubungan baik harus tetap dijaga, meski harus membawa kabar yang mungkin mengecewakan mereka.Saat tiba di rumah Asep, aku melihat Asep sedang duduk di teras rumah, sepertinya baru saja selesai sarapan. Ia tersenyum sopan saat melihatku."Bibi. Silakan masuk, Bi," katanya ramah.Aku mengangguk dan melangkah masuk. Di ruang keluarga, Bu Een duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh lebih segar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah bisa berbicara meskipun pelan, dan nenek Asep juga ada di sana, duduk bersisian sambil merajut sesuatu.Setelah berbasa-basi sebentar dan menanyakan kondisi Bu Een, aku pun menghela napas. Aku

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 87

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 87Aku menarik napas dalam, "Bu Een sakit, La. Dia kena stroke sekarang, setelah mengalami stres berat akibat luka bakar yang dilakukan oleh majikannya di Arab. Sekarang dia cuma bisa duduk di kursi roda, dan Asep yang merawatnya."Mata Lala membulat. "Serius, Mah? Ya ampun ... Lala baru tahu. Kasihan banget. Lala harus jenguk Bu Een. Bisa antar Lala ke sana sekarang, Mah?"Aku mengangguk. "Tentu. Yuk, kita pergi sekarang."Kami segera berangkat ke rumah Bu Een. Saat sampai, aku melihat Bu Een duduk di kursi roda di halaman rumahnya, ditemani Asep. Dia tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, dan wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Asep yang berdiri di sampingnya terlihat lebih dewasa dari terakhir kali aku melihatnya.Lala melangkah mendekat dengan hati-hati. "Assalamualaikum."Asep menoleh dan langsung tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, La."Bu Een hanya menatap kami dengan mata yang tampak lelah. Aku bisa melihat ekspresi di wajahn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status