Share

Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan
Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan
Penulis: tedi sugiri

Bab 1: Kedatangan di Kota Sunyi

Rina menatap keluar jendela bus yang bergetar pelan saat memasuki sebuah kota kecil yang terasa sunyi dan sepi. Kota ini berada di pelosok, jauh dari hiruk-pikuk kota besar yang biasa ia kunjungi. Nama kota ini adalah Desa Sunyaragi, sebuah tempat yang hampir tidak ada di peta, tersembunyi di antara pegunungan dan hutan lebat. Rina datang ke sini bukan karena ingin berlibur atau mencari suasana baru. Sebagai seorang mahasiswa arkeologi yang sedang menyelesaikan skripsinya, Rina tertarik pada cerita-cerita mistis yang sering terdengar tentang rumah tua di sudut jalan desa ini. Rumah yang katanya berhantu.

Saat bus berhenti di satu-satunya halte di desa, Rina menarik napas dalam-dalam. Ia merasa campuran antara antusiasme dan kegugupan. Ada sesuatu yang menggugah di balik suasana tenang desa ini, seolah-olah tempat ini menyimpan rahasia yang tak terlihat oleh mata. Dia mengambil ranselnya dan turun dari bus. Udara segar khas pegunungan menyambutnya, disertai dengan aroma pinus yang kuat. Rina memperhatikan sekeliling. Jalan-jalan kecil berliku dengan rumah-rumah tua berjejer, dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Beberapa penduduk setempat menatapnya dengan penuh curiga, seolah-olah mereka tahu dia adalah orang asing.

Sebelum memulai petualangannya ke rumah tua itu, Rina memutuskan untuk menginap di penginapan lokal yang terletak di pusat desa. Penginapan itu kecil dan tampak kuno, namun terlihat cukup bersih. Pemilik penginapan, seorang wanita tua bernama Bu Marni, menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Selamat datang, Nak. Nama saya Marni. Anda pasti tamu yang menghubungi kami kemarin?" sapanya ramah.

Rina mengangguk. "Ya, Bu Marni. Nama saya Rina. Terima kasih sudah menerima saya."

Setelah mengisi formulir pendaftaran dan mendapatkan kunci kamarnya, Rina tidak bisa menahan rasa penasaran dan bertanya kepada Bu Marni, "Bu, saya mendengar ada rumah tua di ujung desa ini yang katanya berhantu. Apa Anda tahu tentang rumah itu?"

Ekspresi Bu Marni berubah seketika. Senyum ramahnya memudar dan digantikan oleh tatapan waspada. "Oh, rumah tua itu. Semua orang di sini tahu tentang rumah itu. Tapi tak ada yang berani mendekat. Terlalu banyak kejadian aneh yang tidak bisa dijelaskan."

Rina semakin tertarik. "Kejadian aneh seperti apa, Bu?"

Bu Marni menggeleng pelan, seolah ragu untuk menceritakan lebih banyak. "Banyak cerita, Nak. Ada yang bilang pernah melihat bayangan di jendela, ada yang mendengar suara anak kecil menangis. Bahkan ada yang bilang pintu-pintu di dalam rumah itu terbuka dan tertutup sendiri. Yang jelas, tidak ada yang mau berbicara banyak tentang itu. Lebih baik kau tidak perlu pergi ke sana."

Rina merasakan sensasi dingin di punggungnya, tetapi rasa ingin tahunya semakin membesar. Dia berterima kasih kepada Bu Marni atas informasinya dan naik ke kamarnya untuk beristirahat sejenak. Namun, pikiran tentang rumah tua itu terus berputar di kepalanya.

Di kamar kecil yang sederhana namun nyaman, Rina membuka laptopnya dan mulai menulis catatan tentang apa yang baru saja ia dengar. Ia juga memeriksa kembali catatan yang sudah ia kumpulkan sebelumnya. Rumah tua itu, menurut beberapa artikel yang pernah ia baca, pernah menjadi milik keluarga kaya yang tiba-tiba menghilang sekitar 50 tahun yang lalu. Tak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada mereka, namun banyak rumor yang mengatakan bahwa mereka terlibat dalam praktik-praktik gelap.

Ketika malam mulai merayap masuk dan udara semakin dingin, Rina memutuskan untuk pergi keluar dan melihat-lihat desa. Dia mengenakan jaket tebal dan melangkah keluar dari penginapan. Jalan-jalan desa yang tadi tampak hidup sekarang sepi, hanya suara angin yang berbisik di antara pepohonan. Rina berjalan menuju arah rumah tua yang disebutkan Bu Marni. Meskipun sudah hampir gelap, ia bisa melihat bayangan besar bangunan tua itu di kejauhan.

Rumah itu berdiri menjulang di ujung jalan kecil yang terlupakan, dikelilingi oleh semak belukar dan pohon-pohon tua yang rimbun. Dari jarak jauh, rumah itu tampak seperti raksasa tua yang mengawasi desa dengan mata kosong. Jendela-jendelanya yang gelap seperti mata yang tertutup, namun Rina merasa seolah-olah mereka sedang mengintai balik, mengawasi setiap langkahnya.

Dia berdiri di depan gerbang besi yang berkarat dan mengamati bangunan itu. Jantungnya berdegup kencang. Ada sesuatu yang sangat tidak wajar tentang tempat ini. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakangnya. Rina tersentak dan berbalik dengan cepat. Seorang pria tua berdiri di sana, menatapnya dengan mata tajam.

"Kau tidak seharusnya berada di sini," kata pria tua itu dengan suara berat.

Rina mencoba tersenyum meskipun hatinya berdebar. "Maaf, Pak. Saya hanya penasaran. Saya mendengar cerita tentang rumah ini dan ingin melihatnya dari dekat."

Pria tua itu menggeleng pelan. "Banyak yang penasaran, Nak, tapi rasa penasaran itu tidak membawa kebaikan. Rumah ini… rumah ini membawa kutukan. Banyak yang datang, tapi tidak semuanya bisa pulang dengan selamat."

Rina merasakan tenggorokannya mengering. "Apa yang terjadi dengan mereka yang tidak kembali?"

Pria tua itu hanya mengangkat bahu. "Ada yang hilang, ada yang kehilangan akal, ada yang… lebih baik tidak kau ketahui. Pulanglah, Nak. Jangan biarkan rasa ingin tahumu menghancurkanmu."

Rina tahu seharusnya dia mendengarkan peringatan itu, tetapi sesuatu di dalam dirinya menolak untuk mundur. Dia ingin tahu kebenaran di balik semua cerita ini. "Terima kasih, Pak. Saya akan berhati-hati," jawabnya sebelum berbalik dan berjalan kembali ke penginapan. Namun, ketika ia menoleh ke belakang untuk melihat pria tua itu sekali lagi, dia sudah menghilang, seolah-olah lenyap begitu saja ke dalam kegelapan.

Malam itu, Rina berbaring di tempat tidurnya dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Ada misteri besar di desa ini, dan entah bagaimana, dia merasa terhubung dengan tempat ini. Rasa takut dan penasaran bercampur menjadi satu, membuatnya sulit untuk tertidur.

Di tengah malam, dia terbangun karena suara-suara aneh. Suara langkah kaki di lorong di luar kamarnya. Rina duduk tegak, mencoba mendengarkan dengan seksama. Langkah kaki itu terdengar mendekat, semakin dekat ke pintu kamarnya. Kemudian, suara itu berhenti tepat di depan pintunya. Jantung Rina berdegup kencang. Dia menahan napas, menunggu sesuatu yang tak pasti.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, tidak ada yang terjadi. Rina menghela napas lega, berpikir mungkin itu hanya imajinasinya. Namun, saat dia akan berbaring kembali, dia mendengar suara ketukan pelan di pintu. "Tok… tok… tok…" Suara itu perlahan dan berirama, seolah-olah seseorang mengetuk dengan sangat hati-hati.

Rina menahan napas lagi, mencoba mengumpulkan keberanian. Dengan tangan gemetar, dia meraih pegangan pintu dan membukanya perlahan. Lorong itu kosong. Tak ada siapa-siapa. Hanya bayangan panjang yang terbentuk oleh cahaya lampu lorong yang remang-remang. Rina melangkah keluar, melihat ke kiri dan ke kanan, tapi tidak ada tanda-tanda orang lain.

Merasa kebingungan dan sedikit ketakutan, Rina kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Dia mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua itu hanyalah imajinasi atau mungkin angin. Namun, jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini baru permulaan. Ada sesuatu yang mengintai di desa ini, dan Rina bertekad untuk menemukan apa itu, tidak peduli seberapa berbahayanya.

Dia menatap jendela kamar yang menghadap langsung ke arah rumah tua di kejauhan. Rumah itu tampak diam dan tak bergerak, namun ada perasaan bahwa ia sedang menunggu. Menunggu seseorang cukup berani—atau cukup bodoh—untuk masuk dan mengungkap rahasianya. Dan Rina tahu, esok hari, dia akan kembali ke sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status