Hari – 5. Aku segera berdiri dari kursiku, beberapa saat setelah Ria, Sarah dan Aurora pergi meninggalkan ruangan ini. “Crona, Aku mungkin tak sebaiknya mengatakan ini, tapi Aku ingin menyerahkan tempat ini padamu... awasi tempat ini agar tak terjadi sesuatu yang lebih buruk.” Crona nampak cemberut saat mendengar perintahku. “Kau tak perlu berkata seperti itu... Aku akan menjaga tempat ini lebih baik dari pada lelaki yang tak punya perasaan di sana!” Kata Crona sambil menunjuk ke arah Bagas. Bagas tak menanggapi perkataan Crona dan hanya memalingkan wajahnya. “Kemana kau akan pergi?” Tanya Rina dengan ekspresi khawatir. “Bukan ke tempat yang berbahaya, lagi pula Bagas juga akan ikut denganku.” Kataku untuk menenangkan kekhawatiran Rina. Aku melihat ke arah Bagas yang langsung menganggukkan kepalanya, begitu mendengar apa yang kukatakan tadi. Kami berdua kemudian meninggalkan ruang makan tanpa mengatakan apapun lagi. “Apakah ada sesuatu yang ingin kau periksa?” Tanya Bagas
Hari – 5.Adrian menuduh seorang gadis yang nampak pucat saat semua orang melihat ke arahnya.“Aku belum pernah membunuh siapapun! Aku bersumpah!”Kata gadis itu dengan ekspresi panik di wajahnya. Matanya melihat ke kiri dan kanan untuk meminta dukungan dari orang-orang di sekelilingnya.“Aurel, tapi kau satu-satunya orang yang tak memiliki aibmu di sini, kan? Jika kau yang bukan si pembunuh itu, lalu siapa?”Tanya gadis yang memakai pakaian terbuka yang duduk di sampingnya.“Aku tak ingin mendengar hal itu dari gadis murahan sepertimu!”Balas gadis bernama Aurel dengan kesal.“Siapa yang kau panggil gadis murahan, pembunuh!”Mata kedua gadis itu saling bertemu dengan tatapan yang dipenuhi oleh kebencian.Aku tak begitu paham apa yang terjadi, tapi sepertinya telah terjadi hal yang buruk di antara mereka berdua saat Aku pergi dari sini.“Jika kau tak bisa membuktikan bahwa itu bukanlah aibmu, maka sudah diputuskan bahwa kau adalah si pengkhianat itu!”Kata Adrian yang tak peduli denga
Hari – 5. “Untuk menyingkatnya... saat gadis berambut pirang itu mengakui aibnya, gadis yang ada di sampingnya itu tanpa sengaja mengatakan hal yang tak perlu, lalu mereka berdua mulai bertengkar.” Aku bisa membayangkan apa yang terjadi dengan jelas di kepalaku. Pada dasarnya apa yang mereka lakukan sama dengan yang biasanya dilakukan Bagas dan Crona, hanya saja pertengkaran mereka lebih serius dari pada pertengkaran Bagas dan Crona. “Sebetulnya bukan hanya mereka saja yang bertengkar, tapi ada beberapa orang juga yang mulai memanas saat mereka mengetahui rahasia orang lain... meski tak seterang-terangan mereka berdua.” Begitukah, kurasa itu bukan sesuatu yang mengejutkan. Biasanya orang akan merahasiakan beberapa hal untuk melindungi diri mereka dari orang lain, jadi begitu ada orang lain yang mengetahui rahasianya, maka dia akan meningkatkan pertahanannya di dekat orang itu dengan cara memusuhinya atau mencoba menjauhinya. Akan tetapi di tempat ini kami tak mungkin bisa menjauhi
Hari – 5.“Baiklah, Aku... hmhmm!”Saat Aku ingin memberikan jawabanku, tiba-tiba saja Bagas menutup mulutku.“Jangan tertipu dengannya, Asraf! Dia tak mungkin bisa mengetahui siapakah si pengkhianat itu hanya dari diskusi kita!”Kata Bagas dengan tegas. Matanya mengatakan bahwa dia sangat serius saat ini.“Kau adalah lelaki yang penuh kecurigaan, ya... terserah apa yang mau kau katakan, tapi tidakkah kau mau mendengarkanku terlebih dahulu... Bocah sialan!”Aku bisa merasakan kebencian yang sangat besar dari Adrian saat dia berkata ‘Bocah sialan’. Dia pasti sangat dendam pada Bagas yang sudah menendang wajahnya dengan sangat kencang beberapa saat yang lalu.“Apapun yang kau katakan, Aku sama sekali tak peduli! Keputusanku tak akan berubah, Aku tak akan membiarkan Asraf menuliskan nama siapapun, apalagi memasukkannya ke dalam kotak itu!”Aku bisa merasakan tekad yang sangat kuat dari Bagas saat dia mengatakan hal tersebut.“Bukankah kau terlalu egois!? Kita bisa saja menyelamatkan semu
Hari – 5.“Jadi bagaimana hasilnya?”Tanya Crona dengan tenang.Kami yang berada di dekat mereka juga ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Selain kami, mereka juga menarik perhatian orang lainnya yang masih berada di delam ruangan, termasuk Kepala desa yang nampak menyeringai.“Dari foto yang kau tunjukkan...”“Kami menemukan...”“Bahwa mereka berdua...”“Adalah Ayah dan Anak.”Jawaban yang tak begitu mengejutkan bagi kami, karena kami sudah menduga kemungkinan tersebut, tapi beberapa orang nampak bingung dengan apa yang mereka bertiga bicara.“Anu... jika tak keberatan, apa kau mau menjelaskan apa yang terjadi?”Tanya Sebastian yang nampak kebingungan. Sementara di sampingnya Kevin nampak tak begitu bersemangat. Mungkin dia masih merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan terhadap Jack.“Jika Aku harus menyingkatnya, kami menemukan 2 foto orang yang sangat mirip... satu berasal dari dunia luar dan yang lain berasal dari Desa Tanpa Nama, kau tahu daftar orang yang belum menikah yang
Hari – 5.“Anu, Asraf... apakah kita bisa berbicara berdua?”Rina tiba-tiba menanyakan sesuatu yang memalukkan saat kami berada di luar ruang makan. Aku bisa melihat wajah Rina yang memerah saat mengatakan hal tersebut.Bagas melepaskan diriku agar Aku bisa berbicara berdua dengan Rina.“Kalau begitu, kau temani dia dan jangan biarkan dia sendirian! Sampai jumpa!”Setelah mengatakan itu pada Rina, Bagas langsung pergi meninggalkan kami berdua sendirian. Dia bahkan tak menunggu balasan dari Rina.Aku dan Rina saling berpandangan, setelah kami mengawasi Bagas yang berjalan menjauhi kami.“Apa kau ingin berbicara di salah satu kamar kita atau kau ingin mengunjungi suatu tempat atau apa kau ingin berbicara di sini?”Tanyaku pada Rina yang nampak bingung mau mengatakan apap.“Ya, anu... jika tak masalah... kita bisa menggunakan salah satu kamar kita.”Kata Rina dengan gugup. Aku jadi penasaran dengan apa yang ingin dia bicarakan denganku.“Kalau begitu, apa kau mau menggunakan kamar 303?”
Hari – 5.“Baiklah... Aku mengerti.”Meskipun Aku tak memiliki kewajiban untuk menceritakan masa laluku padanya, hanya karena dia menceritakan masa lalunya, tapi karena dia sudah memberanikan dirinya untuk menceritakan masa lalunya yang menyakitkan hanya agar Aku mau menceritakan masa laluku padanya, maka sebagai lelaki yang baik, Aku harus mengabulkan keinginannya. Lagi pula dia sudah mengetahui garis besar dari masa laluku.“Ini mungkin tak serumit yang kau pikirkan, tapi...”Masa lalu.Aku memiliki seorang kakak yang 1 tahun lebih tua dari pada diriku. Meskipun perbedaan usia kami tak jauh berbeda, tapi dia jauh hebat dari pada diriku di segala bidang. Dia selalu mendapatkan nilai yang lebih baik di semua mata pelajaran, dia berlari lebih cepat dariku, dia dapat melompat lebih tinggi, dia juga bisa mengangkat benda yang lebih berat dari pada yang bisa kuangkat.Belum lagi dia juga sering membantu pekerjaan rumah, seperti membersihkan piring, pakaian ataupun menyapu. Dan dia sudah m
Masa lalu. “Selesai juga!” Kata Kakakku sambil meletakkan pensil yang dia gunakan untuk mengisi soal. Kakakku nampak kelelahan saat dia merebahkan dirinya di atas lantai. “Maaf, karena telah menyusahkan.” Kata Bagas dengan wajah malu-malu. “Eh... ah... kau tak perlu meminta maaf.” Kata Kakakku yang terkejut saat Bagas tiba-tiba meminta maaf. Dia kemudian bangkit dari posisi tidurannya, lalu duduk di dekat Bagas. “Ingat Bagas, saat seseorang melakukan sesuatu untukmu, kau harus berterima kasih padanya, bukan malah meminta maaf!” Kata Kakakku menasehati Bagas. “Ah.. uh... Hnn!” Karena suatu alasan Bagas tak bisa mengatakan apapun, jadi dia menganggukkan kepalanya. “Tapi Aku benar-benar lelah... apakah kita bisa makan kuenya sekarang?” Kataku memecahkan suasana serius di antara Kakakku dan Bagas. “Ah, ya... tentu saja!” Setelah mengatakan itu, Kakakku mengambil sebuah bangku, lalu membawanya ke samping rak bukuku dan menaikinya agar dia bisa mengambil kotak kue yang di simpa
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k