Hari – 6. Kenapa Aku harus terjebak dalam kelompok ini? Padahal seharusnya kami membuat kelompok 5 orang atau lebih, tapi kenapa di kelompokku hanya ada 4 orang? Dan terlebih lagi 2 orang di antaranya adalah orang yang tak berguna. Aku melihat ke arah dua orang idiot yang sedang berbicara dengan santai, meskipun situasi kita sedang gawat. “Apa kau menemukan lagu baru yang enak didengar?” “Sayang sekali, Aku tak menemukan artis baru yang menarik perhatianku di sini... menara ini memang memiliki banyak sekali koleksi CD musik dari berbagai negara dan berbagai tahun, tapi sayangnya hal itu malah menyulitkanku untuk memilih mana yang harus kudengarkan duluan.” “Aku mengerti perasaanmu itu... Aku juga sempat bingung harus mendengarkan yang mana duluan.” Kenapa mereka malah membicarakan CD musik di sana seperti ini? Aku kemudian melihat ke arah Maria. Dia nampak tersenyum seperti biasa. Aku sama sekali tak bisa membaca ekspresinya. Apakah dia memang sedang senang atau di sebetulnya m
Hari – 6.Setelah Aurora meninggalkan ruangan ini, hanya tersisa Aku dan Helene di sini. Jujur saja, suasana di sini sangatlah canggung.Kami berdua hanya saling duduk berhadapan tanpa mengatakan apapun. Aku sesekali memakan cemilan yang dibawakan oleh Helene untuk mengalihkan perhatianku dari kecanggungan ini.Karena Aurora langsung pergi setelah menyelesaikan makan siangnya yang sedikit, jadi masih ada banyak sisa makanan yang tersedia di atas meja.“Hei, kau... namamu Asraf, kan?”Tanya Helene sambil melihat ke bagian dadaku yang terdapat tanda pengenalku. Sepertinya dia tak bisa mengingat namaku tanpa melihat papan itu.“Ya, itu benar. Memangnya ada apa?”“Aku sebetulnya memperhatikan aktivitas kalian dari jauh, lalu Aku juga menyadari bahwa tak banyak orang yang memakai papan nama sepertimu.... bukankah kalian sudah setuju untuk memakai tanda pengenal itu, tapi kenapa hanya sedikit orang yang mematuhinya?”Kenapa dia menanyakan hal yang tak penting seperti itu? Apa dia hanya ingi
Hari – 6.“Apa ini artinya Hunter memang orang yang membunuh Satria?”Tanya Sebastian, begitu kami pindah ke ruang bermain yang tak begitu jauh dari ruang komputer berada. Di sini ada banyak permainan yang cocok untuk dimanakan anak-anak di bawah 10 tahun, seperti kolam bola.Aku kemudian mengambil bola yang berukuran cukup besar yang menggelinding ke arah kakiku, lalu melemparkannya menjauh dariku.“Ini hanya dugaanku semata, tapi ya... kurasa skor yang mereka dapatkan bisa menjadi bukti bahwa Hunter memiliki motivasi untuk membunuhnya.”Aku mengingat kembali masa lalu yang diceritakan oleh Hunter pada kami waktu itu.“Dia hanya mengatakan sedikit tentang masa lalunya, tapi dia berkata bahwa dia selalu dimarahi oleh orang tuanya, karena dia selalu bermain game setiap hari dan sering mengabaikan sekolahnya.”“Kertas itu berkata bahwa dia bertengkar sangat hebat dengan orang tuanya hingga dia membuat orang tuanya celaka dan dia melarikan diri dari rumahnya.”Rina menambahkan sedikit in
Hari – 6.Suasana hatiku langsung menjadi sangat buruk, begitu Aku melihat seorang gadis kecil yang memasuki ruangan ini, yaitu ruang kesehatan. Di belakang gadis itu kemudian muncul para pemilik wajah yang tak asing bagiku.“Kenapa kau ada di sini?”Tanya Gadis itu dengan spontan. Dia sama sekali tak berniat untuk menyembunyikan ketidak sukaannya pada diriku.“Kau sendiri bagaimana? Kenapa kau datang ke sini?”Aku membalasnya dengan perasaan kesal. Aku juga tak menyembunyikan sedikitpun perasaan tidak sukaku padanya.“Kurasa mereka datang ke sini juga dengan alasan yang sama dengan kita.”Sarah tiba-tiba berbicara sambil berjalan ke area di antara diriku dan gadis itu untuk menengahi kami sebelum kami mulai bertengkar.“Jadi kalian ingin mencari tahu siapakah yang mengambil kantong darah yang ada di sini?”“Ya, begitulah... kami juga ingin tahu apakah masih ada darah cadangan di sini atau tidak.”“Lalu bagaimana hasil pencarianmu?”“Seperti yang kau lihat di sana! Kami menemukan bebe
Hari – 6.Kami kembali ke ruang komputer untuk kesekian kalinya. Begitu kami memasuki ruangan ini, kami dikejutkan dengan ruangan yang sudah dibersihkan ini. Kami tak melihat adanya darah dimana di sini.“Ada apa ini? Kemana semua darah itu menghilang?”Tanya Cinta yang nampak melihat ke sekeliling ruangan.“Apa ini maksudnya kita sudah kehabisan waktu.”Gadis menyebalkan itu mengatakan sesuatu yang tak masuk akal.“Apa maksudmu itu?”Cinta kembali bertanya, karena dia tak mengerti maksud ucapan gadis itu.“Maksudku kita sudah tak bisa lagi melihat darah itu sebagai bukti kita... sayang sekali, Aku tak memotret tempat ini saat darah itu masih berceceran.”Meskipun dia berkata seperti itu, dia tak terlihat seperti menyesal sedikitpun.“Saat ini pukul 15:12!”Kata Rina sambil melihat jam yang ada di smartphone-nya.“Saat kami kembali ke sini tak berapa lama yang lalu, tempat ini masih dipenuhi oleh darah!”Rina berjalan ke arah dimana darah seharusnya berceceran. Lalu memeriksa tempat i
Hari – 6.“Oh, kalian sudah kembali... Bagas, lalu yang lain juga.”Kata Sarah saat menyadari kami yang baru saja tiba di sini.“Sebetulnya apa yang kau lakukan saat kami tak berada di sini?”Kataku sambil melihat lantai yang sudah dibasahi oleh darah.“Seperti yang kalian lihat, kami sedang melakukan eksperimen!”“Ya, Aku mengerti hal tersebut, tapi bagaimana kalian melakukan eksperimen itu?”Aku menghela napasku begitu membayangkan betapa sulitnya kami membersihkan semua darah ini.“Hmm, kurasa kita bisa istirahat sebentar... maaf, tapi apa ada yang bisa membantuku untuk membersihkan ruangan ini?”Kata Sarah pada para gadis yang tak ikut denganku.“Ya, Aku bisa!”Arifa adalah orang yang pertama kali menawarkan bantuannya.“Aku juga bisa!”Lalu Cinta yang berada di belakangku mengangkat tangannya. Dia nampak bahagia, padahal dia akan melakukan pekerjaan yang menyebalkan.“Aku lelah, jadi Aku ingin istirahat.”Kataku sebelum duduk di kursi yang jauh dari darah yang berceceran di lanta
Hari – 6.Setelah pengumuman makan malam dimulai, Helene memperbolehkanku untuk meninggalkan lantai 10. Aku tanpa membuang waktu sama sekali lagi datang ke ruang makan.Seperti yang diharapkan, tak ada yang menjaga ruang makan ini, padahal seharusnya mereka tetap menjaga tempat ini, karena bisa saja ada orang yang mengambil kesempatan untuk memasukkan nama seseorang ke dalam kotak itu.Sebagai orang yang pertama sampai di sini, Aku bebas duduk di manapun Aku mau. Jadi Aku memilih tempat duduk yang paling depan.Orang yang pertama kali datang ke sini adalah Bagas dan Aurora. Sepertinya mereka sudah mengantisipasi kedatanganku di sini, karena mereka sama sekali tak terkejut saat melihatku yang sudah menghilang sejak siang ini.“Asraf, apa ada hal yang ingin kau tanyakan padaku?”“Bukankah seharusnya Aku yang mengatakan kalimat itu?”“Tidak, tak ada hal yang perlu kutanyakan padamu, tapi kau pasti memiliki banyak pertanyaan pada kami, kan?”Itu memang benar, tapi bukankah seharusnya kau
Hari – 6.“Satria?! Tapi bagaimana mungkin? Kenapa dia melakukan itu? Apa ada alasan mempunyai alasan untuk melakukan itu? Kau tak bercanda, kan?!”Pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan oleh Cinta yang nampak sangat terkejut. Aku sebetulnya sudah menduga hal tersebut, jadi Aku tak begitu terkejut saat mendengar nama itu dari mulut Crona.“Pertanyaanmu banyak sekali... tapi pertama-tama Aku perlu mengatakan ini, Aku tak bercanda sama sekali... dialah yang melakukan hal tersebut!”“Kenapa?”“Sederhana saja dan kau pasti sudah mengetahui alasannya, itu karena dia ingin menutupi kasus pembunuhan yang sebenarnya terjadi di tempat lain!”Cinta nampak mengangguk tanda dia mengerti.“Kemungkinan besar dia mengambil beberapa kantong darah dari ruang kesehatan... meskipun suster di sana tak mengatakan siapa yang mengambilnya, tapi karena dia tak menyangkal dan malah membenarkan ada yang mengambil kantong darah sebelum kami mendatanginya, maka sudah dipastikan bahwa dia mengambilnya dari sana.” C
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k