Hari – 6.Setelah pengumuman makan malam dimulai, Helene memperbolehkanku untuk meninggalkan lantai 10. Aku tanpa membuang waktu sama sekali lagi datang ke ruang makan.Seperti yang diharapkan, tak ada yang menjaga ruang makan ini, padahal seharusnya mereka tetap menjaga tempat ini, karena bisa saja ada orang yang mengambil kesempatan untuk memasukkan nama seseorang ke dalam kotak itu.Sebagai orang yang pertama sampai di sini, Aku bebas duduk di manapun Aku mau. Jadi Aku memilih tempat duduk yang paling depan.Orang yang pertama kali datang ke sini adalah Bagas dan Aurora. Sepertinya mereka sudah mengantisipasi kedatanganku di sini, karena mereka sama sekali tak terkejut saat melihatku yang sudah menghilang sejak siang ini.“Asraf, apa ada hal yang ingin kau tanyakan padaku?”“Bukankah seharusnya Aku yang mengatakan kalimat itu?”“Tidak, tak ada hal yang perlu kutanyakan padamu, tapi kau pasti memiliki banyak pertanyaan pada kami, kan?”Itu memang benar, tapi bukankah seharusnya kau
Hari – 6.“Satria?! Tapi bagaimana mungkin? Kenapa dia melakukan itu? Apa ada alasan mempunyai alasan untuk melakukan itu? Kau tak bercanda, kan?!”Pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan oleh Cinta yang nampak sangat terkejut. Aku sebetulnya sudah menduga hal tersebut, jadi Aku tak begitu terkejut saat mendengar nama itu dari mulut Crona.“Pertanyaanmu banyak sekali... tapi pertama-tama Aku perlu mengatakan ini, Aku tak bercanda sama sekali... dialah yang melakukan hal tersebut!”“Kenapa?”“Sederhana saja dan kau pasti sudah mengetahui alasannya, itu karena dia ingin menutupi kasus pembunuhan yang sebenarnya terjadi di tempat lain!”Cinta nampak mengangguk tanda dia mengerti.“Kemungkinan besar dia mengambil beberapa kantong darah dari ruang kesehatan... meskipun suster di sana tak mengatakan siapa yang mengambilnya, tapi karena dia tak menyangkal dan malah membenarkan ada yang mengambil kantong darah sebelum kami mendatanginya, maka sudah dipastikan bahwa dia mengambilnya dari sana.” C
Hari – 6.“Apa yang kau katakan itu benar?!”Tanya Rock yang masih tak yakin dengan jawaban yang kuberikan padanya.“Kalau begitu, cepat periksa lagi lantai 4!”Perintah Rock sambil berdiri dari kursinya.“Tunggu dulu, Rock! Kau harus tenang!”Akan tetapi Adrian segera menghentikannya, sebelum dia melakukan hal yang ceroboh.“Tapi mereka bisa saja berada di sana, kan? Bukankah lebih baik kita memeriksanya!?”“Memangnya bagaimana cara kau memeriksanya? Apa kau lupa bahwa pintu kamar itu bisa saja terkunci, kan?”“Soal itu...”Rock nampak tak bisa menjawab pertanyaan Adrian dan kembali duduk di kursinya dengan bahu yang nampak lemas.“Maaf, Asraf... tapi ada hal yang perlu kau ketahui!”Aku melihat ke arah Aurora yang tiba-tiba saja berbicara.“Ada apa?”“Kau mungkin belum mengetahui ini, tapi sebelum menemukan buku harian Ria, kami sudah memeriksa seluruh pemilik kamar di lantai itu dari data yang diberikan oleh Nona Resepsionis.... lalu di sana kami tak menemukan nama Satria ataupun H
Hari – 6.Aku, tidak, semua orang memfokuskan pandangan mereka pada Aurora. Tak ada seorangpun yang melihat ke arah lain.“Bisakah kau jelaskan, bagaimana kau bisa mengetahuinya?”Tanyaku pada Aurora dengan nada serius.“Sebelum itu, Aku juga ingin tahu, kenapa kau bisa mengetahui bahwa Aku menyimpan rahasia itu?”“Itu mudah saja.”Aku menutup mataku, lalu menyusun kalimat yang tepat di kepalaku, sebelum akhirnya memberikan jawabanku.“Kau ingat saat Aku berkata bahwa si pelaku menggunakan lift untuk bergerak dari satu lantai ke lantai lainnya, kan?”“Ya, tentu saja.”“Lalu menurutmu kemanakah mereka pergi?”“Begitukah, Aku mengerti.”Tentu saja jawabannya adalah lantai teratas yang mereka bisa capai. Lalu jika itu yang mereka lakukan, maka bukan tak mustahil mereka bertemu dengan Aurora yang saat itu sedang berkeliling.Sebetulnya Aku memiliki alasan lain kenapa Aku mengetahui rahasia, yaitu karena dia yang tiba-tiba ingin bekerja sama dengan orang dalam, yaitu Helene. Jika dia dari
Hari – 6.“Jadi itu artinya orang yang terbunuh adalah Hunter?”Tanya Rina dengan nada terkejut.“Aku belum mengkonfirmasinya, tapi dilihat dari keadaannya, dia memanglah yang menjadi korban di sini!”Aurora memberikan jawaban dengan tenang.Sarah kemudian berdiri dari kursinya dan ingin pergi dari tempat ini, tapi sebelum dia sempat melakukan hal tersebut, Bagas dengan cepat menahan dirinya dengan menangkap tangannya.“Kemana kau ingin pergi?!”“Tentu saja ke tempat Ria berada saat ini!”Aku bisa melihat air mata yang menggenang di mata Sarah saat dia berbalik untuk melihat Bagas.“Dia saat ini berada di lantai paling atas, kan? Jika mereka ingin bersembunyi, maka mereka seharusnya memilih lantai yang tertinggi yang mereka bisa capai, kan?”“Kau ingin ke sana? Apa kau mengetahui dimana lift itu berada?”“Aku memang tak tahu, tapi Aku pasti ke sana, bahkan jika Aku harus menaiki anak tangan satu per satu!”Aku mengerti bahwa Sarah sangat khawatir dengan keadaan Ria, tapi Aku tak tahu
Hari – 6.“Oh, menarik! Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”Tanya balik Adrian dengan santai. Dia sama sekali tak terlihat gugup saat berhadapan dengan tatap tajam Crona yang menantangnya.“Kau pasti sudah menyadari bahwa ada yang aneh saat melihat nama-nama orang yang mendapatkan satu suara, kan?”Adrian menyeringai saat mendengar hal tersebut.“Sebetulnya Aku juga berpikir bahwa ada yang aneh saat ada seseorang yang tak termasuk orang yang paling mencurigakan bisa mendapatkan 3 suara.”Adrian melihat ke arah Aurora yang menjadi orang yang mendapatkan 3 suara tersebut. Aurora tak menanggapi tatapan Adrian sama sekali. Dia hanya mempertahankan ekspresinya yang biasa.“Lalu apa kau diam saja saat mengetahui bahwa ada yang aneh dengan pemilihan itu?”Adrian mengangkat bahunya, sebelum memberikan jawaban.“Entahlah, sejujurnya tak ada banyak hal yang bisa kulakukan di sana.”Crona justru terlihat senang dengan jawaban yang diberikan oleh Adrian itu.“Begitukah, sepertinya kau tak se
Hari – 6. “Kau mengakuinya dengan mudah... Aku sampai terkejut, padahal sebelumnya tak mau menjawab pertanyaan itu.” Christ hanya tersenyum saat mendengar komentar dari Adrian yang menyindirnya. “Yah, mau bagaimana lagi... dia jauh lebih pintar dari pada kelihatannya, jadi meskipun Aku berbohong, dia akan langsung menyadari kebohonganku!” “Siapa yang kau panggil lebih pintar dari kelihatannya! Aku memang sudah terlihat pintar sejak awal!” “Oh, maaf! Aku tak bermaksud untuk menyinggungmu!” Christ menundukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf pada Crona. Meskipun Crona masih terlihat marah, tapi dia tak mengatakan apapun. “Bisakah kau menjelaskan alasan kalian membersihkan tubuh Hunter? Apa itu permintaan dari Ria atau Satria? Atau itu sudah bagian dari tugas kalian?” Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba Bagas mengajukkan pertanyaan. Kupikir dia tak tertarik dengan topik pembicaraan kami, tapi ternyata dia jauh lebih memperhatikan dari pada yang terlihat. “Hmm... bisa dikat
Hari – 6.“Kenapa kau berpikir bahwa pembunuhnya adalah Ria, bukan Satria?”Tanya Crona dengan senyuman tertarik.“Mudah saja... itu karena Satria terlihat berusaha menutupi siapa pembunuh sebenarnya... tidak, kurasa lebih tepatnya mengatakan jika dia berusaha membuat dirinya terlihat seperti pembunuhnya.”Aku tak tahu kenapa dia melakukan hal tersebut, tapi hal itulah yang membuatku sadar bahwa bukan dialah pembunuh sesungguhnya di sini, melainkan Ria.“Dia adalah gadis yang sudah membunuh sebelumnya, jadi tak ada yang perlu dikejutkan lagi!”Para gadis di kelompokku menatap tak senang pada Adrian yang berkata seenaknya. Bukan hanya mereka, tapi Rock dan teman-temannya yang tersisa juga tak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Adrian.“Kau sebaiknya berhenti mengatakan sesuatu seperti itu, sebelum dirimu menjadi target pembunuhan selanjutnya.”Kata Rock dengan nada menasehati.Adrian hanya mengangkat kedua bahunya untuk menanggapi hal tersebut.“Meskipun Aku tak mengatakan
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k