Hari – 7.Baiklah, Asraf. Kau harus bisa menenangkan dirimu. Aku sudah tahu bahwa Sarah dan Crona hanya sedang berakting. Mereka mencoba untuk membuat orang-orang berpikir bahwa orang yang mencurigakan dan yang mungkin saja adalah pelaku dibalik pembunuhan ini adalah antara diriku atau Adrian.Lalu untuk apa mereka melakukan itu? Itu sudah jelas, mereka ingin menyelamatkan Ria. Meskipun Crona tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan intruksi dari Sarah, tapi Aku yakin dia bisa menebak apa tujuan Sarah.Lalu yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah apakah Sarah benar-benar berniat untuk mengorbankan diriku untuk menyelamatakan Ria? Jawabannya tentu adalah tidak, Sarah tak mungkin mengorbankan temannya yang lain untuk melindungi tempatnya.Lalu siapakah yang menjadi targetnya yang sebenarnya? Ini belum pasti, tapi kemungkinan besar target Sarah yang sebenarnya untuk dikorbankan adalah Adrian.Untuk memastikan kebenaran dari jawabanku, Aku harus mengamati drama kecil yang dibuat ole
Hari – 7.“Kau!”Adrian yang akhrinya menyadari betapa seriusnya Crona segera mencoba menyerangnya dengan naik ke atas meja dan berlari lurus ke arahnya.“Bagas, kumohon! Tolong!”Bagas segera menanggapi permohonan Sarah tanpa meminta penjelasan sama sekali. Dia ikut naik ke atas meja, lalu menerjang Adrian yang tengah berlari ke arah Crona. Mereka berdua akhir terjatuh ke atas meja dan membuat sisa makanan yang masih berada di atas meja menjadi berantakan.Mau dilihat bagaimanapun Bagas jauh lebih kuat dari pada Adrian, jadi dia bisa dengan mudah menahan tubuh Adrian di lantai.“Sialan kalian! Aku akan membunuh kalian!”Teriak Adrian dengan nada yang sangat marah. Matanya menunjukkan bahwa dia tidak bercanda dengan ucapannya sama sekali.Aku ingin berdiri dan menghampiri Adrian, tapi seseorang menahan tanganku dengan menariknya pelan.Aku melihat ke arah orang yang melakukan itu padaku, lalu Aku melihat Aurora yang menggelengkan kepalanya padaku. Apa itu artinya Aku tak boleh ikut ca
Hari – 7.Saat Aku berpikir tak akan ada orang lain yang akan menolong Adrian, tiba-tiba saja sebuah sepatu melayang ke arahku.Untung saja Aku menyadarinya dan bisa menghindarinya tepat waktu. Sepatu itu kemudian melayang ke arah Kepala desa berada, tapi kedua pengawal berbadan besar miliknya segera menangkap sepatu yang melayang itu.Kepala desa itu nampak tersenyum lebar tanpa terkena goresan sama sekali, dia sama sekali tak terlihat panik saat sebuah sepatu melayang ke arahnya. Ketenangannya pasti berasal kepercayaan yang dia miliki terhadap kedua pengawalnya.Aku kemudian melihat ke arah sepatu itu berasal, lalu melihat Angelica yang terlihat habis melemparkan sesuatu. Dia pasti adalah pelaku utama dari melayangnya sepatu itu ke arahku.“Apa-apaan denganmu orang munafik! Apakah itu adalah caramu untuk menyelesaikan kasus ini!?”Tanya Angelica dengan nada marah.Aku tak bisa membalasnya, karena Aku merasa bahwa dia benar. Apa yang dilakukan oleh Sarah dan Crona bukanlah sesuatu ya
Hari – 7.Setelah melihat Adrian yang sudah tak berdaya lagi, Bagas melepaskannya, lalu memasukkan kertas miliknya ke dalam kotak. Tentu saja kami sudah menuliskan nama Adrian di dalam kertas tersebut.Selain dari kelompok kami ditambah Michael, tidak ada lagi orang yang memasukkan kertas ke dalam kotak tersebut. Jika semuanya menuliskan nama yang sama, maka Adrian akan mendapatkan 10 suara sekaligus.“Kalian akan menyesal...”Aku bisa mendengar suara lemah Adrian. Kami semua memandangnya dengan wajah murung. Jujur saja melihatnya yang tak berdaya seperti ini sangatlah menyakitkan.Meskipun biasanya dia sangat menyebalkan, tapi kami tetap saja merasa simpati pada dirinya, meskipun kami adalah orang-orang yang membuatnya seperti ini.“Maaf.”Gumam Sarah dengan suara yang lemah pula. Untuk menyelamatkan temannya, dia perlu mengorbankan orang lain.“Jika kalian... jika kalian ingin mengorbankan orang lain, kenapa kalian tak mengorbankan Satria saja!?”Adrian tiba-tiba bangkit dari posisi
Hari – 7.Meskipun dengan suasana hati yang berat, kami memutuskan untuk pergi dari ruang makan dan memeriksa kamar itu sekali lagi.“Maaf, Asraf... Aku tahu bahwa kau ingin mempertahankannya agar dia bisa memimpin diskusi kita.”Kata Crona saat dia berada di sampingku. Meskipun dia meminta maaf, tapi Aku tak bisa merasakan rasa bersalah sedikitpun dari nada bicaranya. Dia masih terlihat seperti biasanya.“Bukan Aku yang harus kau mintai maaf, kan? Lagi pula bukan itu alasan utamaku ingin dia tetap hidup.”“Begitukah.”Setelah mengatakan itu, Crona berjalan lebih cepat dariku untuk menyusul Sarah yang berjalan paling depan.Aku harus mengakui bahwa Adrian sangat berguna sebagai pemimpin kami, terutama dalam hal diskusi, tapi dia juga sering membuat musuh di sini, jadi mempertahankannya hanya untuk menjadi pemimpin kami dalam jangka panjang bukanlah ide yang baik sama sekali.Mungkin itu adalah alasan kenapa Crona langsung memilih untuk memojokkan Adrian dan membuatnya menjadi korban p
Hari – 7.Aku segera mengambil smartphone-ku yang ada di saku celanaku dan melemparkannya ke arah tangan Ria. Smartphone itu mengenai tangan Ria, lalu menjatuhkan pisau yang ada di tangannya.Sarah terlihat sangat terkejut saat melihat pisau yang terjatuh dari tangan.“Ria... kau!”Kata Sarah yang tak dapat mengeluarkan kata-kata lainnya.Aku tak bisa menyalahkan keterkejutannya. Aku juga dibuat terkejut dengan tindakan mendadak yang dilakukan oleh Ria. Apa sebetulnya yang membuatnya ingin membunuh Sarah?Aku melihat ke arah mata Ria. Matanya masih terlihat kosong seperti sebelumnya. Apa dia tak sadar akan apa yang baru saja dia coba lakukan?“Ria!”Kata Sarah sambil mengguncang tubuh Ria dengan kuat, tapi Ria tak memberikan respon apapun.“Percuma saja.”Kata Satria yang masih ditahan oleh Bagas.“Apa maksudmu?”Tanyaku sambil melihat langsung ke mata Satria.“Dia tak akan meresponmu, jika dia tak menerima ransangan yang kuat!”Aku menajamkan mataku.“Apa maksudnya itu?”Aku sebetuln
Hari – 6.“Nah, Satria... apa kau ingin memeriksa kamar itu?”“Itu? Apa yang kau bicarakan?”Aku menatapi bingung pada Hunter yang tiba-tiba mengajakku melakukan sesuatu.“Jangan pura-pura bodoh! Atau apa kau benar-benar lelet! Tentu saja Aku membicarakan tentang kamar gadis itu!”“Gadis itu? Apa kau membicarakan tentang Selena?”“Ya, tentu saja... memangnya siapa lagi?”Hunter menganggukkan kepalanya.Aku tak bergitu mengerti tujuannya mengajakku ke sana, tapi kurasa tak ada salahnya jika Aku ikut dengannya.“Baiklah, Aku ikut denganmu!”Hunter nampak senang dengan jawabanku.“Kalau begitu, kau bisa pergi ke sana duluan! Aku masih perlu melakukan sesuatu di kamarku!”“EH!”“Dadah!”“EH!”Hunter berlari meninggalkanku sambil melambaikan tangannya. Aku merasa bodoh, karena menyetujui ajakannya. Apakah Aku akan baik-baik saja?Karena Aku sudah menyetujui ajakannya, sepertinya Aku tak memiliki pilihan selain pergi ke sana sendirian.Untung saja Aku mengetahui dimana kamar Selena berada,
Hari – 6.Aku memang sudah pernah melihat mayat sebelum datang ke sini, akan tetapi ini adalah pertama kalinya Aku melihat pembunuhan secara langsung. Pengalaman ini jauh lebih buruk dari pada yang kupikirkan sebelumnya.Bagaimana ini? Aku sama sekali tak bisa menangani kasus ini sama sekali? Jika ada orang yang melihat semua ini, mereka pasti berpikir bahwa Akulah yang menyebabkan kematiannya dan mereka pasti akan memilih untuk dibunuh di hari selanjutnya, bahkan tanpa mendengar penjelasanku.Aku memang tahu bahwa kami bisa meninggal kapan saja di sini, bahkan jika gadis ini tak muncul secara tiba-tiba, Aku mungkin sudah terbunuh oleh Hunter.“Ah.”Aku kemudian mendengar suara gadis itu kembali. Dia sudah berhenti tertawa sejak beberapa saat yang lalu, jadi tadi adalah pertama kalinya Aku mendengar suaranya setelah dia berhenti tertawa.“Eh! Ah! Hm!”Aku merasakan firasat buruk saat dia mengatakan hal-hal yang tak jelas seperti itu.“Ahhh! Apa!? Apa yang terjadi!? Apa!? Apa!?”Seakan
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k