Hari – 6.“Nah, Satria... apa kau ingin memeriksa kamar itu?”“Itu? Apa yang kau bicarakan?”Aku menatapi bingung pada Hunter yang tiba-tiba mengajakku melakukan sesuatu.“Jangan pura-pura bodoh! Atau apa kau benar-benar lelet! Tentu saja Aku membicarakan tentang kamar gadis itu!”“Gadis itu? Apa kau membicarakan tentang Selena?”“Ya, tentu saja... memangnya siapa lagi?”Hunter menganggukkan kepalanya.Aku tak bergitu mengerti tujuannya mengajakku ke sana, tapi kurasa tak ada salahnya jika Aku ikut dengannya.“Baiklah, Aku ikut denganmu!”Hunter nampak senang dengan jawabanku.“Kalau begitu, kau bisa pergi ke sana duluan! Aku masih perlu melakukan sesuatu di kamarku!”“EH!”“Dadah!”“EH!”Hunter berlari meninggalkanku sambil melambaikan tangannya. Aku merasa bodoh, karena menyetujui ajakannya. Apakah Aku akan baik-baik saja?Karena Aku sudah menyetujui ajakannya, sepertinya Aku tak memiliki pilihan selain pergi ke sana sendirian.Untung saja Aku mengetahui dimana kamar Selena berada,
Hari – 6.Aku memang sudah pernah melihat mayat sebelum datang ke sini, akan tetapi ini adalah pertama kalinya Aku melihat pembunuhan secara langsung. Pengalaman ini jauh lebih buruk dari pada yang kupikirkan sebelumnya.Bagaimana ini? Aku sama sekali tak bisa menangani kasus ini sama sekali? Jika ada orang yang melihat semua ini, mereka pasti berpikir bahwa Akulah yang menyebabkan kematiannya dan mereka pasti akan memilih untuk dibunuh di hari selanjutnya, bahkan tanpa mendengar penjelasanku.Aku memang tahu bahwa kami bisa meninggal kapan saja di sini, bahkan jika gadis ini tak muncul secara tiba-tiba, Aku mungkin sudah terbunuh oleh Hunter.“Ah.”Aku kemudian mendengar suara gadis itu kembali. Dia sudah berhenti tertawa sejak beberapa saat yang lalu, jadi tadi adalah pertama kalinya Aku mendengar suaranya setelah dia berhenti tertawa.“Eh! Ah! Hm!”Aku merasakan firasat buruk saat dia mengatakan hal-hal yang tak jelas seperti itu.“Ahhh! Apa!? Apa yang terjadi!? Apa!? Apa!?”Seakan
Hari – 6.“Anu, ini...”Aku mencoba mencari alasan untuk menjelaskan penampilan kami, tapi bagaimanapun kau melihatnya penampilan kami adalah penampilan seorang pembunuh. Apa yang harus kukatakan agar dia tak mencurigai kami.Gadis itu hanya melihat ke arahku yang tak bisa berkata apa-apa. Dia tak menanyakan apa yang terjadi pada kami dan hanya menunggu kami mengatakan sesuatu.Aku kemudian melihat ke arah seorang pelayan yang berada di samping gadis itu. Aku baru menyadari keberadaannya, karena Aku terlalu fokus pada gadis itu. Aku belum pernah melihat pelayan itu sebelumnya, tapi sepertinya dia tak berbahaya, karena gadis yang bersamanya nampak baik-baik.“Anu, Aurora...”Aku memanggil nama gadis itu, Aurora, dengan suara yang serak.“Aku mohon rahasiakan ini dari semua orang!”Aku kemudian bersujud dihadapannya sambil mengatakan permohonanku. Aku tahu ini menyedihkan, tapi ini adalah satu-satunya cara yang bisa kupikirkan agar dia tak mengatakan keadaan kami pada siapapun. Jika dia
Hari – 6.Aku memandangi wajah tertidur Ria, lalu mengelus rambutnya sebentar. Aku mengingat kembali apa yang kami lakukan beberapa saat yang lalu. Aku teringat dia memanggil nama pria lain saat kami melakukan ‘itu’.Rian? Siapa dia? Apa dia orang yang penting baginya?Pertanyaan-pertanyaan terus berdatangan ke kepalaku, tapi ada satu hal yang sudah pasti terjadi di sini. Ria tidak pernah memandangku saat kami melakukan hal tersebut. Dia melihatku sebagai lelaki tersebut.Akan bohong jika Aku mengatakan bahwa hal tersebut tak menyakiti perasaanku sama sekali, tapi Aku menyadari bahwa Aku dan dia tak pernah memiliki hubungan spesial apapun sama sekali. Bahkan jika bukan apa yang baru terjadi pada hari ini, Aku mungkin tak akan pernah berbicara pada gadis ini.Aku kemudian bangkit dari kasurku, lalu mencari dimana Aku melemparkan pakaianku. Aku teringat kembali dengan keadaan pakaianku yang ternodai darah saat Aku menemukan pakaianku dan Ria.Aku kemudian melihat ke arah kasur yang diti
Hari – 6.Aku beruntung karena menemukan Vending Machine yang menjual sandwich dan minuman, jadi Aku bisa kembali ke kamar dengan cepat tanpa bertemu dengan banyak orang.“Bagaimana? Apa kau menyukainya?”Tanyaku pada Ria yang memakan sandwich yang kubawakan. Karena Aku tak tahu kesukaannya, jadi Aku membawakan banyak jenis sandwich, jadi dia bisa memilih mana yang dia suka. Saat ini dia sedang memakan sandwich dengan isi tuna.Sedangkan untuk minumannya, Aku memilih susu dan teh. Tentu saja Aku tak keberatan jika ingin meminum keduanya atau hanya meminum salah satu. Aku bisa kembali untuk mengambil minuman yang lain, jika dia tak menyukai minuman yang kubawakan.Ria tak langsung menjawab pertanyaanku. Dia menggigit sandwich yang kubawakan, lalu mengunyahnya beberapa kali, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Meski begitu Aku tersenyum dengan respon yang dia berikan.“Anu... Ria.... Aku ingin berbicara sesuatu yang serius denganmu!”Kataku dengan menundukkan kepalaku. Aku memanda
Hari – 6.Kami kembali ke ruang utama, begitu Ria puas mencari buku hariannya di kamarnya dan tak menemukannya dimanapun. Itu artinya memang ada seseorang yang datang ke kamar ini dan mengambil buku tersebut.Aku membawakan dua kursi agar kami bisa duduk berdekatan. Entah kenapa Aku tak ingin berada cukup jauh darinya. Setelah itu kami berdua hanya berdiam diri. Yah, ini mengecewakan, tapi sepertinya Ria sedang memikirkan sesuatu yang kompleks di dalam kepalanya. Jadi kurasa Aku harus memikirkan sesuatu juga.Aku tak tahu bagaimana orang itu bisa mendapatkan kunci untuk kamar ini, tapi itu artinya kami bisa masuk ke kamar seseorang bahkan tanpa sepengetahuan dari pemilik kamar tersebut, jika kami memiliki kuncinya. Aku sangat yakin orang itu pasti mengunakan kunci untuk membuka kamar ini, karena Aku tak menemukan adanya tanda-tanda pintu yang dirusak.Menurut penuturan dari Ria, dia menggunakan ruangan ini untuk menyembunyikan buku hariannya yang berisi masa lalu menyaktikannya dan di
Hari – 6.Aku baru saja menjadi pembunuh, tapi anehnya, Aku tak mempedulikan hal tersebut sedikitpun. Dengan tubuh yang masih berlumuran darah, Aku berjalan mendekati Ria. Aku melihat tubuh Ria yang tak sadarkan diri dari posisiku saat ini. Entah kenapa Aku merasa bahwa Ria terlihat sangat cantik.Aku kemudian mencoba menyetuhnya, tapi tanganku yang berlumuran darah marah mengotori wajahnya yang cantik. Ini tak bisa dibiarkan, Aku tak bisa membiarkan sesuatu yang kotor menempel pada tubuhnya yang cantik. Aku harus segera mencucinya.Aku kemudian mengangkat tubuhnya, lalu membawanya menuju kamar mandi. Aku kemudian menaruh tubuhnya ke dalam bathtub, lalu merobek bajunya hingga membuatnya menjadi telanjang bulat. Menampilkan sosoknya seperti dia baru terlahir.Dalam keadaan seperti ini, Aku tak bisa tak mengagumi kecantikannya. Dia benar-benar cantik. Dia terlihat seperti seorang dewi yang baru saja terlahir ke dunia ini.Oh, tidak. Aku seharusnya membersihkan dirinya, bukannya malah me
Hari – 7.Sarah terlihat sangat marah saat Satria menceritakan semua yang terjadi kemarin. Sedangkan Aku sendiri dibuat tak bisa berkata-kata oleh ceritanya tersebut.Plakkk!Tamparan keras dilayangkan oleh Sarah pada lelaki tersebut. Kami semua dibuat terkejut dengan aksi yang dilakukan oleh Sarah tersebut.“Apa kau menyadari hal yang telah kau perbuat itu?!”Tanya Sarah dengan wajah yang memerah karena marah. Satria hanya dapat menatap Sarah dengan mata melebar, karena tak terkejut. Sepertinya dia sendiri tak pernah menyangka akan menerima sebuah tamparan dari Sarah.Aku sendiri tak bisa menyalahkan Sarah atas aksinya tersebut, malahan Aku berpikir bahwa Satria pantas mendapatkan hal yang lebih dari pada itu. Meski begitu, di satu sisi Aku sendiri tak bisa menyalahkan sepenuhnya semua hal ini pada Satria.Aku melihat ke arah Ria berada saat ini. Dia masih tak memberikan respon apapun pada kami. Mungkin jika Ria tak
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k