Hari – 6.“Apa kau mengatakan yang sebenarnya?”Tanyaku dengan penuh curiga pada Fiona.“Apa kau tak mempercayaiku?”Fiona balik bertanya padaku dengan tatapan yang tajam.“Aku hanya tak bisa mempercayai orang seperti Satria bisa dibunuh begitu saja... dia nampaknya memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik... Aku memang tak begitu mengenalnya, jadi Aku bisa saja salah.”Rock kemudian menganggukkan kepalanya.“Aku juga setuju dengan dirimu! Aku tak berpikir bahwa Satria akan bisa dibunuh begitu saja.”Fiona nampak kesal dengan jawaban yang kami berikan padanya.“Lalu kau berkata bahwa Aku berbohong? Tak ada untungnya Aku berbohong tentang ini, kan?”Tentu saja hal ini akan menguntungkan, jika dia adalah pembunuhnya. Aku tak mengatakan hal tersebut, karena hal tersebut hanya akan menciptakan pertengkaran yang tak perlu.“Tapi jika bukan Satria... lalu siapa?”Andika bertanya sambil melihat kembali darah yang berceceran di lantai.“Lebih baik kita menghidupkan lampu di sini agar bisa
Hari – 6.“Tunggu dulu! Kau berkata bahwa kita harus berkumpul lagi dengan semua orang, tapi apa kau memiliki cara untuk melakukan hal tersebut?”Tanya Fiona yang menyusulku. Di belakangnya ada Arifa yang juga buru-buru menyusul kami.“Kau tak akan berkata bahwa kau akan mencari mereka satu per satu, kan?”Tentu saja Aku tak akan melakukan hal yang melelahkan seperti itu.“Menara ini memiliki pengeras suara yang dapat didengar dari semua tempat yang ada di menara ini, kan?”Fiona menganggukkan kepalanya.“Kita hanya perlu meminta mereka menggunakan pengeras suara itu dan menyuruh semua orang untuk berkumpul kembali di ruang makan! Kita juga bisa langsung memberi tahu semua orang bahwa terjadi pembunuhan dan memberi tahu mereka untuk terus berhati-hati dengan sekeliling mereka.”“Tapi apa mereka mau mendengarkan permintaan kami?”“Mereka mau melakukan pekerjaan yang lebih merepotkan, jadi seharusnya mereka mau melakukan ini.”Sebetulnya Aku tak begitu yakin, tapi Aku tak punya pilihan
Hari – 6.“Aku tak tahu dengan pasti, tapi menurut perkiraanku, tak ada orang yang terbunuh di sini!”Jelas Sarah sambil melihat ke arahku.“Jika tak ada yang terbunuh, lalu kenapa ada darah di sini? Ini adalah darah, kan?”Tanya Rock dengan tampang kebingungan.“Aku sendiri tak begitu tahu kenapa si pelaku melakukan hal ini, tapi coba lihat baik-baik darah yang berceceran ini! Darah ini terlalu bersih, bahkan kau tak melihat adanya jejak yang ditinggalkan oleh si pelaku sama sekali!”Sarah memang benar. Tak ada jejak yang bisa kami jadikan petunjuk sama sekali. Kami tak melihat adanya jejak kaki, rambut atau kotoran lainnya. Setelah dipikirkan ini benar-benar aneh, jika si korban terbunuh, dia pasti akan terjatuh ke lantai dan meninggalkan suatu jejak di genangan darah yang berasal dari tubuhnya.“Lalu dari mana darah ini berasal?”Tanya Andika sambil menggaruk belakang kepalanya.“Ini hanya tebakanku, tapi dia mungkin mengambil cadangan darah dari suatu tempat... jika dia meminta pa
Hari – 6.“Bisa kau menjauh dariku!”Kata Adrian sambil mendorong tubuhku dengan tangan kanannya, tapi tubuhku cukup kuat untuk menahan dorongan darinya hingga membuat tubuhku tak bergerak sama sekali.“Apa kau tak memiliki pembelaan apapun!?”“Tak ada hal yang perlu kuktakan, selain Aku bukanlah pelakunya!”Sebetulnya Aku tahu bahwa dia bukanlah pelakunya. Dia hanya ingin membuat Asraf dicurigai oleh banyak orang, maka dari itu Aku akan menjadi lawannya. Aku tak akan membiarkannya berbuat seenaknya.“Bisakah kau memberikan buktinya?”“Tak ada bukti yang perlu kutunjukan padamu!”“Ah, begitu ya... jadi kau tak bisa membuktikan apapun, ya.”“Kalau begitu bagaimana dengan dirimu!? Apa kau bisa membuktikan bahwa kau bukanlah si pelakunya?”Aku menyeringai saat dia menanyakan hal tersebut. Dia pikir Aku tak memiliki alibi, tapi Aku memiliki alibi yang sangat kuat.“Saat kejadian ini berlangsung, Aku bersama Rina dan Rock sedang berjaga di ruang makan... Aku tak pernah meninggalkan ruangan
Hari – 6.“Apa kau mendengar pengumuman tadi?”Tanya Aurora setelah kami mendengar pengumuman yang sangat mengejutkan itu.“Ya, tentu saja!’Mana mungkin Aku tak mendengarkan pengumuman seperti itu. Aku tak menyangka bahwa ada orang yang meninggal di saat Aku sedang terjebak di sini.“Menurutmu siapa yang dibunuh dan siapa pembunuhnya?”“Aku tak bisa menebaknya, tapi karena mereka tak mengumumkan siapa yang terbunuh, Aku yakin bahwa teman-teman kita yang lain juga tak mengetahuinya.”“Apa maksudmu?”Kebingungan dengan jelas terlihat di wajah Aurora.“Ini hanya tebakanku, tapi kurasa ada salah satu dari mereka yang menghilang, lalu mereka menemukan bercak darah di suatu tempat.”“Di suatu tempat? Dimana?”“Mana kutahu! Jika kita tak terjebak di sini, mungkin kita bisa mengetahuinya.”Aku melihat kursi yang sudah hancur yang tergeletak di lantai. Aku menggunakan kursi itu untuk menghancurkan pintu, tapi bukannya pintu itu yang hancur, malah kursi itu yang berakhir dengan tragis.“Kita h
Hari – 6.“Mari kita duduk dulu!”Helene kemudian masuk ke dalam ruangan ini dan duduk di salah satu sofa yang tersedia. Aku dan Aurora segera mengikutinya. Kami tak menutup pintu itu agar kami tidak akan terkunci lagi di dalam ruangan ini.“Jadi apa niatmu yang sebenarnya?”Tanyaku kembali, begitu kami semua sudah duduk.“Jawaban singkatnya, Aku tak percaya dengan kalian!”Dia mengatakan itu dengan terang-terangan.“Maka dari itu, Aku mengunci kalian di dalam sini untuk melihat apa yang kalian bicarakan di dalam sana!”“Jadi apa kesimpulanmu saat mendengarkan percakapanku dan Asraf?”“Aku terkejut kalian tak mengatakan hal-hal yang sangat buruk tentangku!”“Tapi Aku mengatakan bahwa kau adalah pengkhianat... bukankah itu hal yang buruk?”“Memang, tapi itu adalah kenyataannya, Aku memang pengkhianata! Aku terkejut kau tak menghina-hina diriku! Bukankah manusia sangat suka menjelek-jelekkan orang lain?”Kurasa jika yang terjebak di sini adalah Bagas dan Adrian, maka mereka akan langsun
Hari – 6.“Apa maksudmu dengan menghilang? Bukankah pengumuman tadi mengatakan bahwa ada pembunuhan yang terjadi, bukannya menghilang?”Aku mengetahui bahwa mereka kemungkinan hanya menemukan bercak darah dari seseorang yang menghilang, maka dari itu mereka menyimpulkan bahwa ada pembunuhan, tapi apakah ada orang yang menghilang selain dari kasus pembunuhan itu?“Ah, begitu ya... karena kalian terjebak di sini, maka kalian tak mengetahui apapun, ya.”“Jadi siapa yang menghilang?”Aurora nampak memiringkan kepalanya dengan imut. Meskipun seseorang mungkin saja menghilang, tapi sikapnya tetap tenang.“Seperti yang kau katakan, bocah! Memang ada orang yang meninggal di bawah sana, tapi sayangnya teman-teman kalian tak ada yang mengetahui siapa yang dibunuh itu, apalagi pembunuhnya, karena mereka hanya menemukan genangan darah di ruang komputer.”“Lalu bagaimana dengan orang yang menghilang? Apa di antara mereka ada pelaku pembunuhan itu?”“Aku tak bisa mengatakan apakah si pelaku ada di
Hari – 6.“Kalian pasti lapar, kan? Apa kalian ingin kubawakan sesuatu?”Kata Helene, setelah kami melepaskan jabat tangan kami.Aku melihat ke arah Aurora untuk melihat ekspresi wajahnya. Aku ingin memastikan apakah dia sudah lapar atau belum. Dia kemudian balik menatap diriku.“Aku tak begitu lapar, jadi kau bisa langsung memberikan perintahmu!”Aku melihat ke arah Helene.“Aku ingin tahu, apa yang sedang dilakukan oleh teman-temanku di bawah sana?”“Teman-temanmu? Apa maksudmu teman satu kelompokmu atau semua orang di sana?”“Tentu saja semua orang di sana! Apa yang sedang mereka lakukan?”“Hmmm, Aku tak bisa mengatakan detailnya, tapi sepertinya mereka sedang membagi diri mereka ke beberapa kelompok untuk menyelidiki berbagai tempat dan mencari ketiga orang yang menghilang.”Karena mereka sampai saat ini belum menemukan orang-orang yang menghilang, sepertinya orang-orang itu sedang bersembunyi dengan sengaja, tentu saja kecuali orang yang mereka bunuh.Aku tak ingin mempercayai in
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k