Hari - 2Aku masih duduk di kursiku, meskipun orang-orang sudah mulai keluar dari ruang makan. Aku menundukkan kepalaku dengan banyak penyesalan yang berada di dalam diriku.Seharusnya Aku memang tak mengatakan ideku itu. Aku benar-benar konyol, mana mungkin kita bisa menemukan siapa pengkhianat hanya dari peraturan dari permainan yang kebetulan memiliki kemiripan dengan keadaan kita saat ini. Berkat hal itu, Aku malah memberikan ide pada Rock hingga membuatnya dia melakukan hal yang ceroboh dan hampir kehilangan nyawanya.Kami mungkin juga bisa menyelamatkan nyawa James, jika kita fokus untuk menyelidiki orang-orang. Tapi berkat diriku, kita malah membuang-buang waktu untuk hal yang tak berguna.“Yo, kenapa kau depresi sendirian di sini?”Sebastian menghampiriku yang nampak termenung sendirian. Beberapa saat yang lalu, kalau tak salah dia berbicara dengan kelompok Rock dan yang lain. Apakah tak masalah meninggalkan mereka dan datang be
Hari - 2 Aku segera kembali ke kamarku, begitu mereka mengakhiri diskusi mereka. Aku tetap berada di ruang makan, bukan karena Aku ingin ikut berdiskusi dengan mereka, tapi karena Aku ingin tahu cara keluar dari tempat ini. Padahal seharusnya tempat ini adalah tempat bagaikan surga yang membuatmu bisa memulai ulang hidupmu. Meskipun sebenarnya Aku tak tertarik dengan hal itu, tapi untuk membuktikan bahwa keberadaanku memang berharga bagi orang-orang bodoh itu, maka Aku harus membuat mereka menyesal dengan hilang dari hidup mereka. Desa Tanpa Nama itu seharusnya menjadi tempat yang cocok untuk tempatku bersembunyi, karena tempat itu seharusnya tak bisa ditemukan dengan cara biasa, bahkan tak ada di peta manapun, ditambah Desa itu menjanjikan kehidupan yang nyaman bagi para penghuninya. Lalu kenapa Aku harus berakhir di tempat seperti ini? Di tempat yang mengunciku dari dunia luar dan bisa membunuhku kapan saja. Aku tak terima hal ini. Aku masih memiliki masa depan cerah yang menungg
Masa lalu. Sedari kecil Aku sering diajak pergi ke balik panggung petunjukan para artis, karena Ibuku berkerja sebagai manajer pertunjukan. Meskipun dirinya sangat sibuk, tapi jika dia memiliki kesempatan, maka dia pasti akan mengajakku ke salah satu acara yang dia kelola. Jika kalian bertanya kemana Ayahku berada dan kenapa Ibuku sering mengajakku ke balik panggung? Itu karena Aku tak pernah bertemu dengan Ayahku sebelumnya dan bahkan Aku tak tahu siapa nama Ayahku, sepertinya mereka bahkan tak pernah menikah sejak awal. Makanya dari itu, Ibuku sering membawaku ke tempat kerjanya, karena tak ada orang yang mengawasiku di rumah saat kedua kakek dan nenekku sibuk. Aku tak pernah menanyakan keberadaan Ayahku atau memedulikan keberadaannya, karena bagiku dirinya tidaklah penting dan Aku bahagia hidup bersama Ibuku. Aku bagaikan hidup di dalam mimpi saat menyaksikan berbagai artis yang beraksi di atas panggung, mulai dari bernyanyi sampai berakting dalam teater. Mataku tak pernah lepas
Hari – 2.“Bukankah sewaktu perkenalan kau berkata bahwa kau ingn melatih nyanyianmu di sini?”Lisa bertanya dengan wajah bingung, Aku juga bisa merasakan sedikit kesedihan dari pandangan matanya.“Tentu saja itu adalah kebohongan! Mana ada orang yang mau pergi ke tempat terpencil hanya untuk melatih kemampuan bernyanyinya.”Setelah dipikirkan lagi, alasan yang kuberikan waktu itu adalah alasan yang sangat konyol. Meski Aku memang tak bisa mengatakan bahwa Aku datang ke sini, karena melarikan diri, tapi seharusnya Aku menggunakan alasan yang lebih baik. Contohnya tak merasa nyaman berada di rumahku. Nampaknya beberapa orang mengalami hal yang sama dengan hal tersebut.“Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing, kita tak bisa menilai apakah hal itu lebih penting dari masalah kita atau tidak.”Giselle berkata dengan tenang.“Nah, teman-teman! Apakah kalian memiliki impian yang ingin k
Hari - 2Meskipun Aku berkata bahwa Aku akan kembali ke kamarku saat keluar dari ruang tamu, tapi langkah kakiku tak mengarah pada kamarku, melainkan pada kamar yang menjadi lokasi kejadian pembunuhan.Aku sebetulnya memang merasa mengantuk dan ingin tidur di kamarku, tapi saat berada di luar ruang makan, Aku merasa bahwa Aku harus pergi ke sana.Aku langsung masuk ke dalam ruangan itu tanpa meminta izin pada siapapun, karena seharusnya tak ada orang di dalam sana, selain tubuh James yang tak bernyawa.Meski Aku memiliki keraguan di dalam diriku, tapi Aku pada akhirnya memberanikan diriku untuk masuk ke dalam sana.Mayat James yang seharusnya masih berserakan di lantai, sekarang sudah menghilang entah kemana. Bahkan Aku tak melihat adanya bekas mayat di sana.“Ini aneh.”Gumamku sambil mengamati ruangan itu. Tidak mungkin darah manusia bisa dibersihkan begitu saja dengan cepat dan tanpa menyisakan apapumAku berjala
Hari – 2.Saat Aku kembali ke kamarku, Aku melihat Bagas dan yang lainnya berkumpul di sana.“Kemana kau pergi?”Tanya Bagas, begitu Aku melangkah masuk ke kamar.“Aku hanya sedikit memeriksa lokasi pembunuhan.”Kataku, lalu duduk tak jauh dari Bagas.“Kenapa kalian semua berkumpul di sini? Apa kalian tak ingin tidur?”Meskipun mereka memiliki waktu tidur yang lebih banyak dari pada Aku dan Bagas, tapi seharusnya mereka masih kekurangan waktu tidur.“Kami sedang menunggu kasur di kamar kami dipindahkan.”Aku merasa Sarah mengatakan sesuatu yang aneh. Memindahkan kasur? Dari kamarnya ke mana?“Kami memutuskan untuk memindahkan kasur yang berada di kamar Sarah dan Ria ke kamar Bagas, lalu Crona memutuskan untuk memindahkan kamarnya ke kamar yang ada di samping... kami sudah meminta bantuan dari staff menara, jadi seharusnya mereka sedang melakukannya saat ini.”“Apa kita diperbolehkan melakukan itu?”“Mereka semua ada di sini untuk membantu kehidupan kita, jadi tentu saja hal sekecil it
Hari - 2 Seperti biasa, kami berkumpul di ruang makan saat makan siang sudah tiba. Aku melihat bahwa kami semua hadir di ruang makan ini. Sepertinya tak ada orang yang mau melewatkan makan siang mereka untuk memeriksa keadaan di luar saat semua orang sedang menikmati makan siang. Setelah menyelesaikan makan siang kami, maka diskusi kami kembali dimulai. “Aku memiliki ide tentang bagaimana kita bisa melihat ke luar saat kita berada di dalam kamar kita saat malam hari, kita mungkin tak bisa melihatnya secara real-time, tapi kita masih bisa melihatnya di pagi hari.” Aku berkata untuk memulai topik pagi ini. “Jadi apa kau berkata kau ingin menyerah untuk menemukan si pengkhianat hari ini?” Adrian seperti biasa menjadi orang yang menentang diriku, meski sepertinya dia tak menentang ideku. “Dilihat dari informasi kita yang terbatas, maka jawabannya adalah ya... kami juga masih tak bisa memikirkan cara menemukan si pengkhianat.” “Jadi apa idemu?” Aku kemudian mengeluarkan smartphone
Hari - 2“Tadi pagi Aku dan Kevin sempat mendiskusikan hal ini, mungkin saja kita bisa menemukan siapa si pengkhianat, jika kita mengetahui metode apa yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan pihak menara, seperti si Kepala desa.”Sebastian menjelaskan alasan kenapa Kevin menanyakan hal tersebut.Banyak orang yang mulai berisik dan membicarakan hal tersebut.“Mereka bisa menggunakan telpon, kan?”“Memangnya bagaimana dia menggunakan telpon tanpa diketahui oleh yang lain?”“Apa ada ruang tersembunyi?”“Bukankah kita akan curiga padanya, jika dia tiba-tiba menghilang.”Mereka mulai mendiskusikan dengan orang yang berada di dekat mereka tanpa menyuarakannya dengan kencang dan jelas. Beberapa hal yang mereka bicarakan cukup masuk akal.“Bagaimana menurutmu, Asraf? Apa kau menemukan jawaban yang bagus?”Aku menaruh tanganku di atas daguku.
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k