Hari – 8.Tidak, jangan terburu-buru. Aku masih belum mengatahui banyak hal tentang dewan ini. Jadi Aku harus mencari tahu lebih banyak tentang mereka sebelum membuat keputusan. Kalau tidak salah Aku tadi melihat ada judul tentang Dewan di daftar isi.Aku kembali ke daftar isi, lalu mencari bab yang berjudul Dewan. Setelah menemukannya, Aku segera mencari halaman tersebut.Dewan adalah orang-orang yang paling berpengaruh di Desa Tanpa Nama, bahkan jabatannya hampir setara dengan Kepala desa. Mereka memiliki banyak wewenang yang dapat mereka gunakan dengan kehendak hati mereka. Seperti menikahi siapapun yang mereka mau dari warga desa. Mereka juga bisa mempekerjakan orang-orang yang mereka sukai untuk melayani mereka.Akan tetapi wewenang atau tugas mereka yang paling penting bagi desa adalah, sebagai berikut :Membuat peraturan yang harus ditaati oleh setiap warga desa.Menentukan hukuman bagi siapapun yang melanggar peraturan yang belaku.Menentukan pekerjaan bagi para warga desa yan
Hari – 8.Di buku ini sepertinya tak tertulis alasan kenapa dan bagaimana mereka bisa menciptakan permainan di dalam menara ini. Jadi sepertinya hal tersebut tercantum di buku yang satunya lagi. Yah, lagi pula permainan ini kuat kaitannya dengan menara ini, jadi wajar jika hal tersebut tertulis pada buku yang satu ini.Aku kembali membuka buku yang satunya lagi dan mulai mencari bagian yang menjelaskan tentang permainan.“Tuan Asraf, apakah tak sebaiknya kau istirahat dulu?”Aku mendengar suara Anna yang memanggilku dari belakang. Aku melihat ke arahnya, lalu menggelengkan kepalaku.“Tak perlu! Masih ada hal yang perlu kubaca di sini!”“Tapi wajahmu terlihat pucat... apa kau tak apa?”Apakah wajahku sudah mulai menjadi pucat? Mungkin karena Aku sudah terlalu banyak membaca hal-hal menyeramkan dan membuat kepalaku pusing. Mungkin Aku memang lebih baik istirahat sejenak, tapi karena Aku sudah ta
Hari – 8.Aku membuka kaleng kopi yang masih belum kusentuh sampai beberapa saat yang lalu, kemudian meminum sedikit isinya. Sebetulnya masih banyak hal yang belum kubaca dari 2 buku ini, tapi kepalaku sudah terlalu pusing untuk memproses semua informasi yang baru kudapatkan. Belum lagi Aku juga harus meringkas semua yang kudapatkan di sini dan menyampaikannya pada semua orang.Sebetulnya Aku memiliki keraguan untuk menyampaikan hal-hal yang baru kutemukan di 2 buku ini. Meski begitu Aku sudah memutuskan untuk percaya pada mereka, jadi Aku harus menyampaikan informasi yang baru kudapatkan ini.“Tuan Asraf, apa ada hal yang sedang kau pikirkan?”Tanya Anna saat dia melihatku yang sedang berpikir.“Ya, maaf... Aku sedang memikirkan sesuatu.”“Jika boleh tahu... apa yang sedang kau pikirkan?”“Bukan sesuatu yang penting... Aku hanya berpikir bagaimana Aku menyampaikan semua yang baru kutemu
Hari – 8.Saat Aku kembali ke ruang makan, sudah ada banyak orang yang berkumpul di sana.“Apa kalian tak pergi kemana-mana, setelah Aku pergi?”Tanyaku pada mereka saat Aku berjalan ke meja makan.“Seharusnya kami yang bertanya padamu! Kenapa kau bersama dengan kedua gadis itu?”Tanya Andika yang nampak heran dengan keberadaan Haruka dan Alice yang berjalan di belakangku seperti seorang pengawal.“Ada banyak hal yang terjadi.”Kataku sambil duduk di salah satu bangku. Aku juga meletakkan buku yang kubawa di atas meja.“Kepala desa menyuruh kami untuk mengikuti Tuan Asraf!”“Dan Tuan Asraf mengatakan kami bisa mengikutinya!”“Hmm... kurasa kau bisa menyingkat ceritanya seperti itu.”Haruka, Alice dan Aku berkata saling bergantian. Semua orang masih nampak bingung dengan penjelasan yang kami berikan.“Dari pada itu, sebetulnya buku apa yang kau bawa itu?”Tanya Crona yang nampak tak begitu peduli dengan keberadaan Haruka dan Alice. Sepertinya mereka sama sekali tak berniat untuk menjaw
Hari – 8.“Jadi Asraf, kau pasti sudah membaca isi kedua buku itu, kan? Apa pendapatmu setelah membacanya?”Tanya Crona sambil meletakkan buku yang ada di tangannya ke atas meja. Kami saat ini sedang makan malam, tapi kami sudah mulai mengobrol sebelum menghabiskan makan malam kami. Ini menunjukkan bahwa waktu sangat berharga saat ini.“Nah, Crona... apa kau percaya dengan yang namanya kutukan?”Tanyaku dengan nada serius padanya.“Kutukan, ya.... kurasa hal tersebut hanya dipercaya oleh orang bodoh atau tak berpengetahuan, tapi mengingat kejadian yang sudah kita alami, kurasa hal semacam itu bisa saja terjadi pada kita saat ini.”Aku menganggukkan kepalaku. Aku sangat setuju dengan dirinya. Jika Aku tak datang ke sini dan mengalami segala hal aneh yang ada di sini, Aku pasti tak akan mempercayai hal aneh yang bernama kutukan.“Lalu apa hubungan antara kutukan dengan situasi kita saat ini?”Tanya Crona dengan senyuman menantang di wajahnya. Aku kemudian menceritakan semua hal yang kuk
Hari – 8.“Jadi apa itu artinya kau akan memasukkan namamu ke dalam kotak itu?”Tanya Crona dengan nada menantang.Michael membalasnya dengan menggelengkan kepalanya.“Aku menarik kembali perkataanku! Aku bukanlah si pengkhianat itu!”“Kalau begitu, tutup saja mulutmu dan lihat sampai akhir!”Setelah mengatakan itu, Crona berhenti melihat ke arah Michael, begitu juga sebaliknya.“Tapi apakah Michael benar-benar bukan si pengkhianat?”Tanya Robert dengan nada agak ragu.“Kalau begitu, apa kau ingin memasukkan namanya ke dalam kotak itu?”Robert langsung menggelengkan kepalanya, begitu menerima pertanyaan dari Crona.“Sejujurnya, akibat pertemuan baruku, Aku menjadi sangat sulit untuk menyempitkan pilihan siapakah si pengkhianat yang sebenarnya... bahkan Aku sebetulnya menyimpan keraguan apakah Michael benar-benar si pengkhianat atau bukan.”Aku memberikan pendapatku mengenai Michael.“Eh! Jadi kau sempat berpikir bahwa Aku adalah si pengkhianat, ya.”“Aku tak bisa mengatakan dengan pas
Hari – 8.“Orang yang membawa banyak kematian bagi orang yang berada di dekatnya? Apa yang sebenarnya kau bicarakan?”Tanya Andika yang masih tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Crona.“Seperti yang kukatakan... si pengkhianat itu pasti adalah orang yang dekat dengan orang-orang yang sudah meninggal saat ini!”Jawab Crona dengan penuh kepercayaan.“Tapi Crona... semua orang yang meninggal sejauh ini tak terlihat dekat dengan satu orang, kan?”Balas Andika yang masih terlihat bingung.Aku juga berpikir hal yang sama dengannya. Contohnya saja Selena dan Adrian, mereka berdua jelas memiliki lingkaran pertemanan yang berbeda dan Aku yakin bahwa teman-teman mereka tak dekat satu sama lain. Yah, meskipun satu-satunya orang yang bisa dianggap sebagai teman Adrian adalah Michael yang pada akhirnya malah mengkhianatinya.“Mungkin Aku harus merubah sedikit apa yang kukatakan tadi... maskudku adalah... si orang-orang yang meninggal pasti pernah bertemu dengan si pengkhianat tersebut, seb
Hari – 8.Aku membuka mataku lebar-lebar saat melihat apa yang terjadi tepat di depan mataku. Aku tak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi tepat di depan mataku.“Bagas!”Aku meneriakan nama sahabatku yang berdiri di depanku untuk melindungiku dari tusukan seseorang. Dia bertidak dengan sigap dengan menyingkirkan Aku dari laju tusukan itu dan menerima tusukan tersebut sebagai gantinya,Meskipun Aku tak bisa melihat bagian depan tubuhnya dari posisiku saat ini, tapi dari darah yang terus menetes ke lantai, Aku bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya.Aku melihat ke arah orang yang mencoba menusukku dengan tatapan membunuh.“Angelica! Kenapa kau melakukan ini!?”Tanyaku dengan marah.“Kenapa dia bisa?”“Aku sama sekali tak bisa merasakan kehadirannya.”Tapi bukannya mendapatkan jawaban dari Angelica, Aku malah mendengar sesuatu yang mengejutkan dari dua gadis pelayan yang ada di dekatku.Belum sempat Aku memproses apa yang terjadi, tiba-tiba Aku mendengar suara pukulan ya
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k