Hari – 8.Aku membuka mataku lebar-lebar saat melihat apa yang terjadi tepat di depan mataku. Aku tak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi tepat di depan mataku.“Bagas!”Aku meneriakan nama sahabatku yang berdiri di depanku untuk melindungiku dari tusukan seseorang. Dia bertidak dengan sigap dengan menyingkirkan Aku dari laju tusukan itu dan menerima tusukan tersebut sebagai gantinya,Meskipun Aku tak bisa melihat bagian depan tubuhnya dari posisiku saat ini, tapi dari darah yang terus menetes ke lantai, Aku bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya.Aku melihat ke arah orang yang mencoba menusukku dengan tatapan membunuh.“Angelica! Kenapa kau melakukan ini!?”Tanyaku dengan marah.“Kenapa dia bisa?”“Aku sama sekali tak bisa merasakan kehadirannya.”Tapi bukannya mendapatkan jawaban dari Angelica, Aku malah mendengar sesuatu yang mengejutkan dari dua gadis pelayan yang ada di dekatku.Belum sempat Aku memproses apa yang terjadi, tiba-tiba Aku mendengar suara pukulan ya
Hari – 8.Aku menggaruk bagian belakangku dengan ekspresi bingung. Bukan karena Aku benar-benar tak mengetahui apa yang harus kulakukan, tapi lebih karena Aku bingung bagaimana Aku harus menyampaikannya pada semua orang.“Asraf, kau tak perlu ragu seperti itu! Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, kan?”Kata Crona sambil menunjukkan seringai kepadaku. Sejujurnya Aku sangat tak suka dengan ekspresinya itu. Itu bukan ekspresi anak kecil seperti dirinya harus miliki. Yah, Aku hanya satu tahun lebih tua darinya, jadi Aku tak benar-benar berhak memanggilnya anak kecil.“Asraf... apa yang kau rencana lakukan!?”Tanya Lisa yang terlihat ketakutan atas hukuman yang mungkin kuberikan pada Angelica.Aku menundukkan kepalaku, karena tak sanggup melihat ekspresinya.“Jika tak ada yang meninggal hari ini, maka besok akan ada salah satu dari kita yang akan dibunuh oleh si pengkhianat secara acak, jadi kita m
Hari – 8.Aku terus menangis di kamarku. Aku tak tahu apa yang ada di kepalaku. Aku tak tahu kenapa Aku bisa begitu membenci Asraf. Aku tak tahu apa yang membuatku sangat ingin membunuhnya.Lisa dan Jasmine yang memaksa untuk datang ke kamar dan menginap di sini sedang melihatku dengan pandangan khawatir dan nampak tak tahu apa yang harus mereka lakukan.Aku sendiri tak mengerti. Kenapa mereka masih peduli pada orang sepertiku!? Kenapa mereka masih mau menemaniku di sini!? Padahal Aku adalah orang yang sangat buruk dan berhati hitam.“Maaf! Maaf!”Kataku meminta maaf entah pada siapa. Aku tahu bahwa seharusnya meminta maaf pada Asraf, tapi Aku tak sanggup melakukannya saat Aku masih berada di ruang makan bersamanya. Jadi sekarang Aku hanya bisa mengatakan maaf secara berulang-ulang.“Angelica... anu...”Aku melihat ke arah Lisa yang memanggil namaku dan meletakkan tangannya di bahuku.“Maaf.”Mataku melebar saat mendengar kata itu dari mulut Lisa.“Ini semua gara-garaku! Jika saja wak
Hari – 8.Kami membawa tubuh Bagas menggunakan tandu yang diambil oleh Haruka dan Alice dari ruang kesehatan. Rock dan yang lain menawarkan bantuan mereka untuk membawa Bagas, tapi Aku menolaknya, karena Aku ingin mereka fokus mengamankan Angelica dan membawanya ke kamarnya.Karena Angelica yang nampak tak berdaya, jadi Aku memutuskan untuk membiarkan kamarnya tak terkunci. Aku juga membiarkan Lisa dan Jasmine untuk berada di kamarnya untuk mengawasinya supaya mencegah hal yang terjadi pada Satria terulang kembali.“Nah, Sarah... apa yang kau katakan tentang orang yang paling tak berguna di antara kami yang akan menjadi korban dari si pengkhianat itu benar?”Tanyaku tepat setelah membaringkan tubuh Bagas ke atas kasur.“Ya, itu benar... dari hasil penyelidikanku, Aku berhasil membuat kesimpulan itu... meski Aku tak tahu apakah Angelica memang benar-benar orang yang tak berguna di antara kita atau tidak.”“
Hari – 8.“Tidak, Aku tak menuliskan nama Angelica di kertas itu!”Kata Crona dengan senyum jahil di bibirnya.“Apa katamu!? Lalu nama siapa yang kau tulis di sana!?”Tanya Rina dengan nada yang sangat panik, tapi Crona malah masih mempertahankan senyum jahilnya dan menanggapinya dengan enteng.“Tenang saja! Kau tak perlu panik begitu!”Jawab Crona sambil mengibaskan tangannya ke kiri dan kanan. Rina nampak cemberut saat menerima jawaban tersebut.“Aku memang tak menuliskan nama Angelica pada kertas itu, tapi bukan berarti Aku menuliskan nama orang lain sebagai gantinya.”“Jadi apa itu artinya?”“Ya, Aku tak menuliskan nama siapapun di kertas itu!”Jawaban Crona berhasil membuat Rina tenang untuk saat ini.“Sudah kuduga.”Gumam Bagas yang membuatku menoleh ke arahnya.“Sudah kuduga? Apa jangan-jangan kau sudah mengetahui hal tersebut?”Tanyaku dengan tatapan curiga. Bagas langsung menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku.“Ya, begitulah... Aku tak melihatnya menuliskan sesu
Hari – 8.Aku berada di ruangan yang serba hitam. Di sini hanya ada satu orang, selain diriku. Aku saat ini sedang berjalan menuju orang itu. Orang yang sedang duduk berjongkok sambil membelakangiku.“Apa kau masih tak ingin mati juga?”Tanya orang itu saat Aku berada tepat di belakangnya.“Aku tak ingin mati!”Kataku dengan tegas.“Kenapa?”“Karena ada hal yang perlu kulakukan!”“Hal yang perlu kau lakukan? Padahal kau sudah membunuhku, tapi kau tetap ingin hidup? Bukankah kau sudah bertindak terlalu sombong?”“Mungkin saja.”“Apa kau tak memiliki penyesalan lagi?”“Kenapa Aku harus menyesal?”Saat Aku menanyakan itu, tubuh orang yang berada di depanku bergetar dengan hebat. Bukan karena marah ataupun sedih, melainkan karena menahan tawanya.“Hehehehehe!”Pada akhirnya dia tak bisa menahan tawanya dan suara tawanya meledak hingga memenuhi seluruh ruangan ini.“Hehehehehehehehe! Kau sudah bisa berbicara seperti itu, ya.”Dengan hanya menengokkan kepalanya ke arahku, dia menunjukkan se
Hari – 9.Aku terbangun dari tidurku, begitu Aku mendengar pengumuman. Aku tertidur sambil bersender pada kasur yang digunakan oleh Bagas, jadi pagi ini terasa sangat berat bagiku.“Oh, pagi, Asraf!”Sapa Sarah yang menyadari bahwa Aku sudah bangun tidur.“Pagi, Sarah... apa semua orang sudah bangun?”Tanyaku sambil melihat ke sekelilingku. Sudah ada banyak orang yang pindah dari posisi terakhir mereka saat kami tidur.“Karena kau sudah bangun, sekarang hanya tinggal Bagas yang masih tertidur.”Aku kemudian melihat ke arah Bagas yang tertidur di belakangku. Dia tidak terlihat bergerak sedikitpun dari posisi dia tidur kemarin. Dia dapat bernapas dengan teratur, jadi seharusnya keadaannya baik-baik saja.“Dimana yang lain?”Tanyaku yang tak melihat beberapa orang di sini.“Mereka sedang membersihkan diri di kamar mandi dan mengambil minuman di dapur... apa kau ada urusan dengan mereka?”“Tidak, Aku hanya ingin memastikan semua orang baik-baik saja.”Kataku sambil mengusap matanya yang m
Hari – 9. Aku masuk ke dalam kamar mandi di lantai 1 untuk memeriksa keadaan Sebastian. Saat Aku menemuinya, Aku melihat dirinya yang sedang membasuh wajahnya di westafel. Aku tak memanggilnya dan hanya melihatnya sampai dia selesai dengan urusannya. “Maaf, karena terlah membuatmu khawatir.” Kata Sebastian saat dia berjalan mendekatiku. “Jadi bagaimana dengan perasaanmu?” Tanyaku sambil memeriksa dirinya dari atas kepalanya sampai ke bawah kakinya. “Ya, seperti yang bisa kau lihat, Aku baik-baik saja... setidaknya fisikku... hahahaha.” Sebastian mengeluarkan tawa kering yang sama sekali tak menyenangkan. Aku bahkan tak bisa menertawakan tawa tersebut. “Ayo pergi!” Kataku yang ingin mengajak Sebastian untuk meninggalkan kamar mandi. Sebastian segera menganggukkan kepalanya, lalu mengikutiku dari belakang. Saat kami sampai di ruang makan, sudah hampir semua orang berkumpul di ruangan tersebut. Hanya ada Rock, Andika dan Robert yang belum memasuki ruangan ini. Aku juga melihat a
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k