Hari - 0 “Pada suatu malam, tiba-tiba saja sekelompok orang dari berbagai latar belakang yang berbeda diculik oleh orang-orang misterius.” Gadis itu mulai bercerita dengan nada yang dibuat serendah. Karena dia menggunakan mic, kami masih dapat mendengar suaranya dengan jelas. “Mereka semua dibuat tak sadarkan diri, lalu dibawa ke sebuah gedung tua yang sudah lama tak digunakan sehingga tak ada satupun orang yang mengetahui dimana mereka sebenarnya berada, saat mereka tersadar, mereka sudah berada di dalam gedung yang terkunci tersebut.” Aku menelan ludahku saat mendengar ceritanya. “Tentu saja mereka semua panik dan mencoba mencari jalan keluar dari gedung tersebut, tapi sayangnya mereka tak bisa menemukannya sama sekali... meski mereka mencoba memecahkan kaca yang ada di gedung itu dengan berbagai cara, mereka tetap tak bisa melakukannya... tak ada yang bisa keluar dari gedung itu!” Cerita tentang orang-orang yang terkurung di dalam gedung tanpa adanya jalan keluar. Hal seperti
Hari - 0 “Maaf... Asraf... waktu itu... Aku tidak tahu... bahwa kau adalah... orang yang mau... menolongku.” Itu adalah respon pertama dari Ria, setelah Aku selesai menceritakan peristiwa yang kualami kemarin. “Tak usah dipikirkan, kau memang sulit berbicara dengan orang asing, jadi itu tak bisa dihindari... Aku juga minta maaf, karena tiba-tiba berbicara denganmu.” Gadis itu pasti merasa bersalah, karena tak menanggapi diriku dengan baik waktu itu. “Lebih penting lagi, ceritamu tadi malam... setelah dipikir-pikir lagi, ceritamu itu mirip dengan situasi kita saat ini, kan? Meski tak sama persis, tapi inti ceritanya sama saja... kenapa kau bisa mengetahui cerita seperti itu?” Bagas bertanya dengan nada menuduh pada Crona. “Apa kau tidak mendengarkan ceritaku dengan baik? Aku berkata bahwa itu hanyalah rumor yang kubaca di internet... Aku sendiri tak menyangka bahwa cerita itu akan benar-benar terjadi pada kita... jika Aku tahu hal seperti ini akan terjadi, Aku tidak akan mencerit
Hari - 1 [Pengumuman-pengumuman!] Kami dengan tegang menantikan apa yang akan dikatakan oleh pengumuman itu. [Ini adalah waktunya makan siang, semua tamu harap segera ke ruang makan, sebelum makan siang atau kalian akan dianggap tidak mau makan siang] Kami menghela napas lega saat mengetahui bahwa isi pengumuman itu bukanlah sesuatu yang buruk. Aku melihat ke jam tanganku, ini sudah jam 11:30, masih ada tiga puluh menit sebelum tengah hari. “Apa yang ingin kalian lakukan?” Aku bertanya pada yang lain. Mereka semua tampak bingung saat ini, kecuali Bagas yang masih mengawasi ketiga gadis di ruangan ini dengan tatapan tajam. “Nah, Asraf... menurutmu apakah Aku harus mengatakan apa yang baru saja kukatakan pada kalian?” “Apa maksudmu itu rahasiamu tadi?” Sarah menganggukkan kepalanya dengan lemah. “Kurasa kau lebih baik mengatakannya, mungkin ini akan berbahaya, karena mereka akan menyalahkanmu, tapi jika kau terus memendamnya, mungkin keadaan kita akan menjadi semakin memburuk..
Hari - 1 Kami semua melihat ke arah lelaki berkacamata. Lelaki itu tetap nampak tenang, meski kami semua melihat ke arahnya secara bersamaan. “Aku ingin kalian mengenakan tanda pengenal kalian apapun yang terjadi!” Dia berkata sambil membenarkan letak kacamatanya. “Kenapa kita harus melakukannya? Meskipun si Kakek menyuruh kita untuk memakainya, tapi dia tak mengatakan kita akan mendapatkan hukuman, jika kita tak memakainya, kan?” Lelaki berbadan kecil kembali bertanya. “Alasannya sederhana...” “Makan siang segera disiapkan....” “Semuanya harap duduk di kursi masing-masing...” “Jika tidak, kalian tak akan kebagian makanan...” “Tolong kerja samanya.” Saat lelaki berkacamata itu ingin menjelaskan alasannya, tiba-tiba saja kedua pelayan itu memotong ucapannya. Lelaki berkacamata itu menatap mereka dengan kesal, tapi dia tak mengatakan apapun. Semua orang yang belum mendapatkan tempat duduk, segera menempati kursi yang kosong. Setelah semua kursi terisi, pintu ruang makan terbu
Hari - 1 Ruang makan langsung berubah menjadi tegang dengan perkataan Rock barusan. Semua orang yang tak langsung sadar maksud dari perkataan Adrian, sekarang mengerti apa yang dia bicarakan. Aku tak bisa menyalahkan mereka, jika mereka merasa takut dengan Adrian sekarang. “Kenapa kau jadi tegang begitu? Bukankah ini adalah peraturan dari permainan ini?” “Permainan katamu!? Apakah kau berpikir bahwa sesuatu hal yang bisa menghilangkan nyawa seseorang adalah suatu permainan?!” “Aku hanya memakai istilah yang mereka pakai, Aku tidak benar-benar menganggap bahwa ini adalah permainan.” Adrian berkata sambil melirik ke arah Haruka dan Alice berdiri. Eksrpesi wajah mereka berdua masih sama saja, meskipun suasana ruangan ini mulai memanas. “Adrian, Aku memang tak tahu apa yang kau rencanakan, tapi jika kau ingin melakukan pembunuhan, Aku tak akan ikut dengan rencanamu!” “Jika begitu, kau bisa saja menjadi yang terbunuh selanjutnya!” “Apa katamu!?” Rock berdiri dari kursinya dan bersi
Hari - 1 Aku bisa melihat 5 orang yang mengangkat tangan mereka, termasuk Adrian. Jumlahnya memang tidaklah banyak, tapi orang-orang yang mengangkat tangan mereka adalah orang-orang yang kukenal. “Bagas, bisa kau jelaskan kenapa kau mengangkat tanganmu?” Bagas yang sudah menurunkan tangannya menjawab pertanyaanku tanpa meliha ke arahku. “Asraf, Aku setuju denganmu tentang ide miliknya yang memang naif itu, tapi idenya tidaklah begitu buruk... dari pada menunggu di malam hari apakah kita akan dibunuh atau tidak, lebih baik kita memilih orang yang bisa mengacaukan suasana di tempat ini dan membuat tempat ini sedikit lebih aman... kau juga bisa melindungi dirimu sendiri, jika kita menggunakan idenya.” “Apa kau serius dengan perkataanmu?” “Kau pasti bisa menjaga sikapmu di sini, jadi seharusnya hal ini bukanlah hal yang sulit bagimu.” Jadi dia benar-benar serius dengan apa yang dia katakan. “Kau!” Rock mencoba untuk menyerang Bagas, tapi Aku menghentikannya dengan gerakan tanganku
Hari - 1 “Apa yang ingin kau katakan?” Adrian berkata dengan tenang. Sepertinya dia sudah menenangkan dirinya, setelah sebelumnya sempat emosian. Sarah tak langsung menjawab pertanyaannya. Dia menutup matanya, lalu menghela napasnya. Dia nampak bersiap-siap mengatakan sesuatu. Orang-orang yang tak tahu apa yang ingin dikatakan oleh Sarah nampak gugup oleh sikapnya. “Pertama-tama Aku ingin meminta maaf.” “Meminta maaf? Apa kau melakukan suatu kesalahan?” “Ya... bisa dikatakan begitu...” Setelah itu Sarah menceritakan semua rahasia yang telah dia ceritakan padaku, Bagas, Crona dan Ria pada semua orang yang berada di ruangan ini. Meskipun ada kedua pelayan yang kemungkinan adalah musuh kami, tapi dia tetap menceritakan semua rahasianya. Karena di antara kita memang ada seorang pengkhianat, nampaknya hal itu memang tidaklah penting. Aku bisa melihat kemarahan dari berbagai orang di ruangan ini yang mendengar ceritanya. Aku sudah menduga hal ini, begitu juga dengan Sarah, jadi kami
Hari - 1 Aku mengalihkan perhatianku ke arah orang yang ditunjuk oleh Adrian. Di sana kami melihat Maria yang sedang terkejut dengan bola mata yang membesar. “Tunggu, kau mencurigai Maria? Apa itu karena dia adalah pembawa acara sewaktu di dalam bis?” “Bagus kau bisa tanggap di saat seperti ini... ya, itu adalah salah satu alasan utamaku!” Adrian kali ini tersenyum senang pada Rock yang berhasil menebak alasannya mencurigai Maria. “Bagaimana, Maria? Apa kau memiliki pembelaan?” Maria menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Adrian. “Aku bukanlah si pengkhianat! Aku tahu jika diriku memang mencurigakan, karena Aku terpilih sebagai pembawa acara, tapi jika itu adalah alasanmu, seharusnya James juga sama mencurigakannya denganku, kan?” “Tunggu dulu, Maria! Aku juga bukan pengkhianat!” James berdiri dari kursinya dan memukul meja dengan kedua tangannya. Dia nampak sangat tidak terima dengan perkataan Maria. “Kau memang benar, kalian berdua memang mencurigak
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k