Hari – 2.Aku menghela nafasku saat melihat ada lebih dari setengah dari kami yang mengangkat tangan. Aku tak begitu percaya diri saat menggunakan voting untuk meyakinkan Adrian, karena Aku tak tahu apa pendapat semua orang terhadap Lion. Meskipun dia bukan si pengkhianat, tapi bisa saja ada orang yang tak mengangkat tangan mereka, karena merasa tak suka dengan keberadaan Lion. Untung saja hal itu tak terjadi.Aku tersenyum saat melihat Lion yang sekali lagi menangis. Aku juga melihat Adrian yang mencoret nama Lion yang berada di papan tulis.“Aku terkejut saat kau ikut mengangkat tanganmu, jika kau percaya bahwa dia bukan si pengkhianat, kenapa kau tak setuju untuk menghapus namanya sejak awal?”Michael bertanya pada Adrian yang sedang menutup kembali spidol yang dia gunakan untuk mencoret nama Lion.Aku juga terkejut. Aku sama sekali tak menyangka bahwa Adrian akan mengangkat tangannya.“Bukannya Aku tak bisa memper
Hari – 2. “Karena kita tak memiliki banyak waktu, Aku hanya akan menjelaskannya secara singkat.” Kami semua melihat ke arah Adrian berdiri dan mendengarkannya dengan baik. “Pertama adalah Maria, seperti yang sudah pernah kukatakan, posisinya sebagai pembawa acara membuatnya mencurigakan, belum lagi dia memiliki informasi yang tak kita ketahui, lalu dia juga menyimpan sifat lain di balik topengnya... apa ada yang tak setuju dengan diriku?” Seorang gadis berkacamata mengangkat tangannya. “Jika hanya menjadi pembawa acara membuatnya mencurigakan, maka James juga sama, tapi dia baru saja meninggal, bukankah itu berarti dia bukanlah si pengkhianat? Maka itu artinya Maria mungkin juga bukan si pengkhianat.” Adrian membuat tatapannya menjadi dingin. “Justru karena James bukan si pengkhianat, maka pembawa acara yang satunya lagi adalah orang yang paling mencurigakan, bukan? Bisa saja dia membunuh James agar lelaki itu tak membocorkan informasi yang bisa mengungkapkan identitasnya.” “Ji
Hari – 2.Ada banyak orang yang saling berdiskusi satu sama lain, bahkan sampai ada yang pergi dari kursinya untuk bertanya pada yang lain. Mereka tampak bingung untuk memutuskan siapa yang mereka pilih. Kurasa mereka merasa berat untuk memutuskan siapakah sebenarnya si pengkhianat di antara kita.Hal itu tak bisa dihindari, karena bagaimanapun jika kita salah memilih, maka kita semua adalah pembunuh. Aku sendiri tak ingin memakai cara ini, tapi kami tak memiliki pilihan lain. Jika kita hanya membiarkan hari berlalu seperti kemarin, maka orang yang sudah dipastikan tak bersalah akan dibunuh.Sementara terjadi keributan di sekelilingku, Aku segera melipat kertas yang sudah kutulis agar tak ada yang mengetahui nama siapa yang kutulis. Aku merasa Bagas sempat melihat apa yang kutulis, tapi dia tak mengatakan apapun saat dia menulis nama di kertasnya. Sepertinya dia memilih nama orang yang sama denganku.“Bagas, apa kau yakin memilih orang yang sa
Hari – 2. Aku kembali ke tempat dudukku, begitu juga dengan Bagas. Lalu untuk suatu alasan para gadis juga ikut duduk di dekat kami berdua, padahal sebelumnya mereka duduk cukup jauh dari kami. “Kenapa kalian duduk di sini?” Bagas bertanya dengan kesal. “Tak apa-apa, kan? Lagi pula pemilik kursi ini sebelumnya nampak tak ingin duduk di sini lagi.” Apa yang dikatakan Crona benar. Entah sejak kapan kami sudah membentuk 3 kelompok di sini dan masing-masing anggota kelompoknya duduk saling berdekatan. Ada kelompok Rock ditambah Kevin dan Sebastian, lalu kelompok yang berisi para gadis, lalu kelompokku. Sementara itu Adrian dan Michael nampak berada di dekat papan tulis dan bertanggung jawab untuk menghitung perolehan voting kami. Hanya Jack yang nampak sendirian di sini. Aku tahu bahwa Aku tak sebaiknya memikirkan ini, tapi Jack sepertinya memang satu-satunya penyendiri sejati di sini. Bahkan Bagas yang juga tipe penyendiri masih memiliki seseorang yang bisa dia ajak bicara selain d
Hari – 2. “A-apa yang kau bicarakan?” Lion bertanya dengan wajah bingung. Bukan hanya dia yang nampak bingung, tapi banyak dari kami yang membuat wajah seperti itu, tak termasuk diriku tentu saja. Aku mengerti apa tujuan Adrian. “Seperti yang seharusnya kalian semua ketahui, kita melakukan pemilihan ini untuk menemukan siapakah si pengkhianat, bukan orang yang akan dikorbankan... Aku tak benar-benar mengetahui apakah kalian benar-benar berpikir bahwa Jack adalah si pengkhianat atau kalian memilihnya karena itu adalah pilihan yang mudah bagi kalian, tapi menurutku dia bukanlah si pengkhianat.” Apa yang sebenarnya dia bicarakan? Bukankah dialah yang membuat Jack menjadi salah satu orang yang paling mencurigakan, lalu sekarang dia dengan jelas mengatakan bahwa Jack bukanlah si pengkhianat? Apa dia serius dengan ucapannya itu? Meski Aku bisa sedikit menebak apa yang ingin dia capai. “Kenapa kau sekarang mengatakan itu? Bukankah itu bertolak belakang dengan apa yang kau katakan sebelum
Hari – 2.Setelah semua orang masuk ke dalam kamar, Aku segera menutup pintu, lalu menguncinya. Aku menyenderkan punggungku pada pintu, lalu merosotkan tubuhku ke lantai. Kami berhasil masuk ke dalam kamar di beberapa menit sebelum jam malam habis.Aku mengatur kembali napasku yang memburu. Kami berlari secepat kami ke kamar, jadi semua orang di sini kehabisan napas kami.Sebelum memasuki kamar, Aku sempat mengatur smartphone-ku untuk merekam apa yang terjadi di luar, lalu meninggalkannya di lorong. Begitu juga dengan Bagas dan yang lain, mereka meninggalkan smartphone mereka di berbagai tempat, termasuk di depan pintu masuk.Kami tahu bahwa kami seharusnya tak melakukan hal itu saat kami akan kehabisan waktu, tapi kami tak bisa begitu saja meninggalkan rencana kita. Bagaimanapun waktu sangat berharga di sini. Jika kita meninggalkan ide ini, maka kita harus menunggu satu malam lagi untuk melakukannya, itu sama artinya dengan menunggu satu orang lagi untuk meninggal.Kami tak bisa memb
Hari – 2.“Ria, ada apa?”Sarah yang berada di dapur segera kembali ke ruang utama untuk melihat keadaan Ria. Dia segera memeluknya dan mencoba untuk menenagkannya. Aku menjauh sedikit dari mereka untuk memberi mereka ruang.“Maaf... Maaf... Aku tak bermaksud berbuat buruk... Aku akan jadi anak baik, jadi maafkan Aku... Aku minta maaf!”“Tenanglah Ria! Tak apa! Tak apa! Tak akan ada hal yang buruk terjadi padamu... jadi tenanglah!”Sarah mengelus pelan punggung Ria dengan pelan hingga membuatnya tenang. Ria masih terisak di pelukan Sarah, meski dia sudah tak berteriak lagi.Aku mendekati sedikit ke arah mereka untuk melihat apakah Ria sudah baik-baik saja saat Aku tak mendengar suaranya lagi, lalu Aku melihat Ria yang sudah tertidur di pelakukan Sarah.“Anu... apa yang terjadi?”Aku bertanya dengan bingung. Kenapa Ria tiba-tiba histeris seperti tadi? Seharusnya apa yang baru
Hari – 2.“Karena dia selalu nampak memperhatikan setiap gerakan kita... mungkin ini hanya firasatku semata, tapi dia nampak senang saat dia melihat pertengkaran di antara kita.”Kuharap ini hanya firasatku saja. Membayangkan salah satu di antara kami ada yang menikmati situasi saat ini sudah cukup membuatku ketakutan. Entah apa yang akan dia perbuat untuk membuat situasi di sini menjadi semakin memanas, jika dia memang menyukai apa yang terjadi saat ini.“Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”Aku agak bingun untuk menjawab pertanyaan Fiona tadi. Seperti yang kukatakan, itu hanyalah firasat. Jika ditanya dari manakah firasat itu berasal, mungkin jawabannya adalah dari tatapan yang diberikan oleh Michael. Aku juga tak begitu yakin.“Hmmm.... bagaimana menjelaskannya... mungkin itu karena dia memberikan tatapan yang sangat tenang, bahkan saat terjadi pertengkaran di sekitarnya... saat dia datang ke sini bersama dengan Adrian, dia tetap menjaga ketenangannya, meskipun Adrian sudah mul
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k