Pesawat asing itu semakin mendekat. Adam bisa melihat struktur dan bentuk pesawat itu dengan jelas. Sebuah pesawat tua dengan 2 mesin pendorong berupa baling-baling ‘propeller’ yang tergantung di kedua sisi sayapnya. Masih pesawat sejarah peninggalan zaman perang dunia ke dua yang beroperasi puluhan tahun silam. Napas tertahan. Mata terpelotot tajam. Jantung deg-degan berdetak kencang. Ingrid dan Devi semakin tegang menyaksikan kemunculan salah satu pesawat asing yang mendekat begitu cepat menuju ke arah mereka. Ingrid berteriak. “Oh my God....., Adam.. watch out...! ........ya Tuhan..., Adam awas... hati-hati.....!” Devi menjerit. “Mas Adam... awas ada pesawat...!” Wajah mereka berdua berubah pucat. Darah mengalir cepat. Ingrid dan Devi cemas. Keduanya menutup wajah tak sanggup melihat keluar pesawat. Adam masih melihat. Mencoba mengidentifikasi jenis apa sebenarnya pesawat asing itu. “Hold on....!” ......berpegangan erat.....! Teriak Ada
Sejenak Adam menghentikan panggilannya. Pilot earpieces sedikit dia tekan ke telinga untuk mendengar suara-suara. Perwira itu menunggu beberapa saat. Namun...., tak ada tanggapan dari siapa pun yang dia dengar. Devi begitu penasaran. Tak sabar menunggu, dia langsung bertanya. “Bagaimana mas Adam, ada yang merespon nggak....?” Adam menggelengkan kepala. “Belum ada, sepertinya mereka tak mendengar panggilan..!” “Tapi seharusnya panggilan mayday-mayday pasti ada yang mendengar, iya kan mas?” Pramugari itu menyambung pertanyaannya. “Harusnya memang begitu, tapi saya akan coba lagi frekuensi lain, mudah-mudahan kali ini ada yang mendengar.” Terang Adam kemudian. Ingrid mendengar percakapan mereka berdua. “Adam.. is there any response from somebody?” .......Adam apakah ada seseorang yang menanggapi panggilan......? Tanya Ingrid penasaran. “There is no answere.” ......tak ada jawaban..... Adam menggelengkan kepala. Dilihatnya Ingrid gelisah mendengar t
Permukaan laut yang ada dalam penglihatannya tadi begitu jelas terlihat. Dia juga bisa melihat riak air berwarna keputih-putihan. Teriakan salah seorang pilot pesawat B-25 Mitchell itu juga bisa dia dengar dengan jelas. “Flight level..., ketingian pesawat....?” Perhatian Adam langsung tertuju pada ketinggian pesawat. Adam ingat, ketinggian pesawat-pesawat pembom B-25 Mitchell yang muncul dalam penampakannya tadi hanya berada pada ketinggian 1000 meter, atau lebih kurang 3.500 kaki di atas permukaan laut. Sangat rendah sekali. Diperhatikannya flight level indicator, di sana tertulis angka 2 dan angka 0. Berarti ketinggian pesawat berada di level 20.000 kaki saat itu. Pesawat terlalu tinggi. Level itu harus dia turunkan lagi agar dapat melihat permukaan laut lebih jelas seperti yang ada dalam penglihatannya tadi. “We will decend to three thousan five hundred to comunicate.” .... kita akan kembali turun ke level tiga ribu lima ratus kaki untuk bisa berkomunikasi
Sejenak kemudian komunikasi radio kembali terhenti setelah Adam menyebutkan dia baru saja berpapasan dengan lima unit pesawat ‘B-25 mitchell. Cukup lama Adam menunggu, namun dia tak juga mendengar suara. “Ada misteri apakah dibalik pesawat ‘B-25 mitchell’ itu...?” Pikir Adam kemudian. “ .... sergeant william .... are you still there....?” ......sersan william..., apakah anda masih mendengarkan saya......? “.... yes captain....” .....ya kapten..... “......so sergeant.., where were they heading to...? the five units B-25 mitchell...?” ......jadi Sersan..., ke manakah sebenarnya arah pesawat-pesawat itu... kelima unit pesawat B-25 mitchel maksud saya...... “......our five units of our B-25 mitchell light bombers just crossing english channel ten minutes ago ... they are heading to normandy now ... did you really see them...?” ......lima unit pesawat pembom B-25 mitchell milik kami baru saja melewati selat ingris, sekitar sepuluh menit yang lalu, me
Ingrid dan Devi mematung tak ingin lagi bicara. Pikiran kalut mengingat negara Normandia, nun jauh di eropa sana. Juga membayangkan suatu masa di saat berkecamuknya perang dunia ke dua. Puluhan tahun yang silam lamanya. Operasi overlord, tahun 1944 di Normandia. Di masa itulah kini mereka berada. Di tengah-tengah berkecamuknya perang dunia ke dua. Pasukan sekutu tengah menginvasi Jerman yang menguasai Eropa barat saat itu. Ingatan Devi yang ikut menemani Adam dalam ruang kokpit pesawat itu tiba-tiba menerawang jauh. Perasaannya seperti tersayat. Teringat olehnya akan wajah kedua orang tuanya nun jauh di sana. Rindu dia rasakan, namun Devi berpikir, dia tak akan mungkin bisa kembali bertemu dengan mereka. Lalu..... terbayang juga olehnya akan kampung halaman yang telah lama dia tinggalkan. Di suatu lembah yang diapit oleh dua buah gunung, merapi dan singgalang. Kampung yang indah dengan nuansa pegunungan. Di sanalah dia dulu dibesarkan. Dan kini, tak akan ada
Bergegas Adam meninggalkan kursi pilot. Namun langkahnya terhenti. Dia berdiri di balik pintu kokpit mengamati keadaan dalam ruang kabin penumpang. Cukup lama dia berdiri di balik pintu itu. Suara auman, mirip suara harimau lapar mengaum kembali terdengar dari dalam ruangan penumpang. Adam terlihat seperti bersiap-siap. Dia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Sepertinya akan ada pergulatan hebat dalam pesawat. Devi menunggu-nunggu cemas apa yang akan terjadi. Gadis itu menatap tajam-tajam pada Adam. Jelas sekali ketegangan terpancar dari wajahnya yang ayu. Adam memberi isyarat agar pramugari itu tetap diam, Namun Devi tak menghiraukannya. “Apa mas?” Devi malah bertanya. “Sssst…, diam….!” Adam memperingatkan Devi agar tetap diam.***** Mengerikan...! Makhluk-makhluk aneh berambut putih bermunculan. Wajah-wajah mereka yang hitam menyeramkan. Mulut yang bertaring panjang menganga lebar mengerikan. Seperti drakula yang haus akan darah mencari korban
Tak seorang pun yang menduga, tubuh pemuda yang berhasil mengambil alih kemudi pesawat itu mendadak terbakar dan berubah merah, menjadi sosok yang menyeramkan. Namun... dia tidak menakutkan. Penumpang yang berada di sekitar Adam berpindah tempat untuk menghindar. Tak ingin mereka jadi korban sasaran. Adam mengamuk. Gerakan kedua tangannya begitu lincah. Api berkobar. Tersembur dari ujung-ujung jarinya. Seperti cahaya halilintar menyilaukan mata yang menyambar puncak gedung pencakar langit. Sigap...., Adam langsung menyerang makhluk-makhluk iblis berkuku panjang yang mengerubunginya. Ruangan pesawat kini disuguhi adegan pergulatan yang menegangkan. Makhluk-makhluk iblis meraung-raung kepanasan tersembur cahaya panas dari jari-jari Adam. Mereka berputar dengan tubuh terbakar. Lalu jatuh tertelentang di gang pesawat. Makhluk-makhluk itu gosong berwarna hitam seperti arang. Sebahagian dari mereka masih ada yang mampu bertahan, lalu kembali berdiri dan menyerang. T
Di beberapa bahagian lain dalam ruang pesawat masih ada api yang menyala. Sebuah selimut terbuat dari bahan kain terbakar di atas sebuah kursi. Tak ada penumpang yang terlihat duduk di sana. Mungkin saja jasadnya sudah lenyap. Atau mungkin saja penumpangnya sudah berpindah tempat. Tak jauh dari sana, beberapa kantong plastik yang teronggok di atas sebuah kursi dan tas sandang milik penumpang juga terbakar. Dan itu pasti karena terkena percikan api yang tersembur dari tangan Adam tadi. Tak ada ventilasi dalam ruangan pesawat. Asap akan terus berputar-putar dan terjebak di sana. Jika dibiarkan, asap akan terus mengepul dan menebal. Dan itu tentunya menimbulkan bencana bagi semua orang ada dalam pesawat. Sebagai seorang tentara, sigap Adam bertindak. Pemuda itu mencari-cari sesuat untuk memadamkan api. Ada beberapa botol air minum mineral terlihat di kursi-kursi penumpang. Dengan cepat Adam menyambar botol-botol yang penuh berisi air itu. Langsung dibukanya.
Mendung kesedihan begitu gelapnya menimpa Ingrid, hingga meluluh lantahkan semua impian yang cukup lama terpendam. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, gadis itu hanya mampu menatap pilu dinding kaca yang membatasi ruangan perawatan, begitu berharapnya dia sesosok pemuda menyerupai Adam itu muncul di sana kembali menampakkan senyumannya. Namun sayang...., sebegitu lamanya dia menatap ke sana tapi pemuda yang dia impi-impikan itu tak kunjung terlihat jua dalam pandangannya. Pupuslah sudah kini setetes harapan yang masih tersisa, hingga membuat dirinya tak mampu lagi menahan tetesan air mata. Mata yang memerah kini tak bisa lagi dia pejamkan, penglihatan gadis itu kemudian berserakan tak menentu mencoba mengurai kegelisahan yang melanda perasaan. Kedua bola matanya kemudian berputar ke sudut-sudut ruangan perawatan. Dipandanginya dinding-dinding kaca yang membentang yang membatasi ruangan, juga ditatapinya langit-langit kamar dengan sederetan lampu yang bercahaya tera
Lima hari setelah kecelakaan penerbangan XZ-1949 Lima hari sudah Ingrid terbaring lemah di salah satu ruang isolasi perawatan khusus sebuah rumah sakit ternama. Cidera yang dialami oleh gadis itu dalam musibah kecelakaan pesawat Airbus A320 lima hari yang lalu ternyata cukup parah. Dari hasil analisa tim dokter yang menangani kesehatannya, Ingrid baru akan bisa pulang ke negara asalnya paling cepat dalam waktu tiga minggu lagi. Setelah selamat dari musibah kecelakaan pesawat Airbus A320, gadis cantik bermata biru yang berkecimpung dalam dunia astrofisika itu tak lagi seceria seperti dulu. Mendung kedukaan begitu membelenggu perasaannya mengetahui Adam belum juga ditemukan hingga di hari ke lima itu. Hari-hari dirawat di rumah sakit, Ingrid hanya bisa menunggu perkembangan berita melalui media masa dan televisi. Di manakah sebenarnya keberadaan Adam kini...? apakah pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu berhasil ditemukan...? Namun sayang..., apa yang ditunggu-tung
Waktu terus berjalan. Jarum jam berputar hingga dua kali keliling lingkaran. Malam pun sudah lama terlewatkan. Siang kini kembali datang. Langit biru terbentang luas tanpa awan. Matahari kembali bersinar terang. Panas yang terasa begitu garang. Ingrid setelah sehari semalam terkatung-katung di tengah-tengah lautan kini kembali siuman. Hawa panas dia rasakan menimpa seluruh anggota badannya. Mata terasa perih bagai terkena noda. Ingrid perlahan terjaga. Cahaya kuning kemerah-merahan dia rasakan menempel di balik kedua kelopak mata. Gadis itu kemudian mencoba membuka kedua matanya, namun apa daya dia tak bisa. Untuk sejenak, gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Beberapa saat kemudian, dia coba menggerakkan kedua tangannya, namun juga masih tak bisa. Seluruh tubuh terasa kaku bagai mati rasa. Jangankan mengangkat tangan, untuk menggerakkan kelopak matanya saja dia masih tak berdaya. Ingrid akhirnya menyerah kalah kembali tak ingat apa-apa. Ada ses
Segelintir manusia memakai baju pelampung terlihat terapung-apung di atas lautan buas. Pelampung itu menyebar tercerai berai terpisah satu sama lain menuju ke sebuah pulau hantu tak berpenghuni. Merekalah itulah para penumpang pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 yang berhasil selamat dari maut. Segelintir memang...., tapi itulah yang terjadi. Sebagian besar penumpang tenggelam sudah ke dasar lautan. Mereka kini hidup terkatung-katung di antara alam nyata dan alam gaib, puluhan orang jumlahnya. Mereka berada di alam lain dan kini hidup dalam kutukan. Merekalah....., para manusia yang selama hidup di dunia bergelimpangan dosa dan pesta-pora. Mereka para pembuat maksiat dan perusak yang tak pernah tobat. Penipu-penipu elit terselubung yang hidup mewah namun merajalela dalam kemunafikan. Semuanya itu kini tak ada lagi guna. Arwah-arwah mereka kini bergentayangan di dunia, disiksa oleh dosa-dosa yang tak berhingga. Mereka kini menjadi penghuni sebuah pulau
Terik matahari pagi di tengah-tengah lautan semakin ganas membakar. Namun sayang, Ingrid yang berada dalam keadaan cidera masih belum juga sepenuhnya sadar. Baju pelampung yang sedari tadi dikejar juga hanyut semakin menjauh. Keletihan yang luar biasa tak membuat Adam menyerah dengan begitu saja. Pemuda itu kembali berenang dan mengejar pelampung yang semakin hanyut. Tubuh Ingrid kembali dia seret dengan paksa. Gadis cantik itu merasakan tubuhnya menghempas di atas air ketika diseret Adam. Sakit dia rasakan di sekujur tubuhnya, hal itu merangsang sistem syarafnya untuk kembali terjaga. Kelopak matanya kemudian kembali terbuka, mulut bergerak komat-kamit seakan ingin berkata. Nyaris saja baju pelampung berhasil dicapai, namun Adam mendadak menghenti ayunan kakinya mendengar Ingrid mengerang kesakitan. Dilihatnya kelopak mata gadis itu kembali terbuka. “Ingrid, it is me Adam..., can you hear me...?” .......Ingrid, ini aku Adam, apakah kamu bisa mendengarkan aku......
Tenaga Adam terkuras habis, oksigen yang tersisa dalam dada juga semakin menipis, napas yang tersisa kini semakin kritis. Udara yang tadi terperangkap dalam ruang kokpit kini tak terlihat lagi, semuanya telah habis. Ada satu hal yang membuat Adam bertekad untuk tetap bertahan hidup, janji yang telah terlanjur dia ucapkan pada gadis itu untuk menyelamatkan nyawanya. Tak ingin Adam mati sebelum janji itu dia penuhi. Begitulah ikrar seorang tentara, pantang menyerah, pantang kalah. Nyawa Ingrid yang sekarat berada dalam dalam pelukannya harus dia selamatkan terlebih dahulu. Baju pelampung yang telah terpasang di badan Adam yang menghalangi pergerakannya dengan rela dia lepas agar bisa bergerak lebih bebas. Darah pemuda itu menggelegar di ujung napasnya yang terakhir, Adam bertahan di pintu kokpit beberapa detik. Tubuh Ingrid yang berada dalam pelukannya dia lepas sesaat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tubuh gadis itu dia dorong ke bawah keluar melalui pint
Tiga puluh orang lebih penumpang berhasil ke keluar dari jendela darurat setelah berjibaku adu otot. Beberapa orang lainnya tersangkut sebelum mencapai jendela darurat. Puluhan penumpang sudah terlebih dahulu tewas. Sebahagian lagi masih meregang nyawa tersangkut di antara kursi penumpang. Perjuangan curang berjibaku adu jotos mereka sia-sia belaka. Sebahagian besar dari mereka itu mengapung tanpa baju pelampung. Dengan susah payah mereka berenang menantang ombak. Napas sesak, mata perih, hidung pedih, badan letih dan perut kembung terminum air. Apa yang terjadi kemudian, belasan orang yang mengapung tanpa baju pelampung akhirnya menyerah kalah tak sanggup berjuang. Gelombang air laut menghadang. Tubuh-tubuh mereka kembali tenggelam dan menghilang. Tak jauh kalah. Potongan bahagian belakang dan ekor pesawat yang terpisah kondisinya jauh lebih parah. Tiga perempat bagiannya tenggelam sudah. Sisanya han
Sesuatu hal yang tak berguna dan sangat fatal kini terjadi di antara penumpang. Masing-masing orang berlomba-lomba ingin secepatnya mengembangkan baju pelampung dalam ruangan pesawat. Tanpa pikir panjang tali warna merah disentak ke bawah. Baju pelampung pun mengembang. Dan kini.., apa yang terjadi.....? Semuanya berebutan, satu sama lain saling dorong ingin secepatnya menuju jendela darurat dengan kondisi baju pelampung yang sudah terkembang. Hal itu tentu saja memperburuk keadaan, gang pesawat di antara kursi-kursi penumpang yang sempit kini semakin berdesakan tak bisa dilewati. Padahal...., prosedur penggunaan baju pelampung selalu diperagakan oleh pramugari-pramugari cantik dalam setiap kali keberangkatan pesawat. Bahkan..., ada juga yang mendengarnya belasan kali dalam sebulan. Namun dalam situasi panik membuat pikiran jadi beku tak bisa berpikir. Semuanya kehilangan akal sehat tak peduli apa itu maksudnya dengan mengembangkan baju pelampung setelah berada di
........Bahagian ini menceritakan kejadian yang mengerikan. Kebijaksanaan pembaca diperlukan (kalau takut jangan dibaca ya)......... ***** Penglihatan Adam tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan sebuah pulau misterius yang terlihat di tengah-tengah lautan. Pulau yang muncul itu menyeramkan, terlihat tandus dipenuhi gunung-gunung batu tanpa pepohonan. Banyak terlihat bangunan-bangunan aneh mirip tembok besar di cina, piramida atau candi yang menghiasi sebahagian besar permukaan pulau itu. “Pulau itu lagi...? mustahil.!” Mata Adam terbelalak tak percaya. Adam masih ingat, pulau itulah yang pernah dia saksikan enam bulan yang lalu. Begitu angker terlihat, pulau itulah yang membawa bencana bagi Adam enam bulan yang lalu. Hanya beberapa detik setelah Adam menyaksikan kemunculan pulau itu, pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dia piloti meledak di angkasa dan hancur berkeping-keping sebelum tercebur ke dalam lautan. Tak ada firasat apa-apa yang dirasakan ol