Share

Bab 25

Penulis: Ichageul
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 13:58:23

"Soal yang kulakukan padamu beberapa hari yang lalu. Maaf aku sudah menamparmu. Aku terbawa emosi waktu itu."

Tidak ada jawaban dari Daffa. Pria itu tiba-tiba saja mendorong tubuh Fauzia sampai punggung wanita itu merapat ke tembok. Lalu tanpa diduga, dia langsung membenamkan bibirnya ke bibir ranum Fauzia.

"Mas.."

Lamunan Daffa buyar ketika mendengar panggilan Fauzia. Pria itu berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu. Sepertinya Daffa masih ingin mencicipi bibir Fauzia lagi.

"Apa katamu tadi?"

"Aku minta maaf karena sudah menamparmu. Aku.. aku hanya terbawa emosi. Maaf Mas."

"Tidak apa, lupakan saja. Apa kedatanganmu hanya untuk mengatakan ini?"

"Tidak juga. Sebenarnya ada hal lain yang mau kubicarakan."

"Ayo duduklah."

Daffa mengajak Fauzia menuju sofa yang ada di ruang kerjanya. Keduanya duduk berhadapan. Fauzia kemudian menceritakan tentang saham Angga yang sekarang sudah dialihkan atas namanya.

"Jujur aja Mas, sebenarnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Mulyani
wooooww giliran di sun lagi baru mau kawin sama abang daffa,,, rasain rafi kamu dah ditolak sama uzi ,, lanjut teh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 26

    Atas permintaan Daffa, Gunawan terus menyelidiki kasus kematian Angga. Sampai sejauh ini mereka belum menemukan apa-apa. Semuanya terhenti sampai kematian Andika. Pihak kepolisian juga menemukan jalan buntu. Untuk sementara mereka menyimpulkan kalau Andika adalah pembunuh Angga. Selama menyelidiki kasus Angga, Gunawan tetap berkoordinasi dengan temannya yang bertugas menyelidiki kasus tersebut. Jika ada informasi baru, keduanya kerap berbagi informasi. Temannya itu menjanjikan jika ada perkembangan baru, dia akan membuka kasus Angga lagi. Bersama dengan anak buahnya, Gunawan kembali ke tempat awal kasus bermula. Gunawan dan Beni pergi ke Desa Banjarsari menggunakan mobil. Mereka memutuskan kembali ke sana, untuk menyelesaikan penyelidikan dari awal. Siapa tahu mereka bisa mendapatkan petunjuk baru. Setelah memarkirkan kendaraan di dekat lapangan bola, Gunawan dan Beni berjalan menuju warung kopi yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari lapangan. Mereka sengaja menuju ke sana. Beb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 27

    "Warna merah ini sepertinya bercak darah," ujar Beni seraya menunjuk noda merah tersebut.Gunawan mengambil cotton bud yang sedikit dibasahi agar lembab, kemudian dia menggosokkan cotton bud tersebut ke noda merah yang sudah mengering. Kemudian dimasukkan cotton bud tersebut ke dalam plastik ziplock."Aku akan langsung pergi menemui Fajar untuk menguji ini. Kalau benar ini adalah noda darah dan cocok dengan darah Angga, maka bisa dipastikan di sinilah TKP pembunuhan Angga. Kamu terus awasi Badri, jangan sampai dia masuk ke sini lagi.""Siap, Bang."Gunawan segera bersiap. Pria itu mengambil kunci mobil lalu melajukannya. Sepeninggal Gunawan, Beni membuat kopi lalu membawanya keluar rumah. Dia duduk santai di teras sambil melihat lalu lalang orang di depan rumahnya.Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang menjual jajanan pasar melintas menggunakan sepeda ontel. Dari arah rumah Kokom, Badri keluar kemudian memanggil penjual tersebut. Beni ikut mendekati sang penjual sambil berpur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 1

    Udara di sore hari terasa lebih sejuk. Panasnya terik matahari yang terus menunjukkan keganasannya sejak siang tadi kini perlahan mulai meredup seiring dengan sang fajar yang beranjak menuju peraduannya. Seorang wanita keluar dari sebuah bangunan yang dijadikan kantor . Di depan bangunan terdapat plang nama bertuliskan KOPERASI SUMBER MAKMUR. Wanita bernama Fauzia itu adalah salah satu pegawai di sana. Sudah dua tahun lamanya dia bekerja di sana sebagai staf keuangan. Dengan tas bahunya wanita itu berjalan menyusuri jalan yang kanan dan kirinya dipenuhi pepohonan dan persawahan. Sudah tiga tahun ini dia tinggal di desa yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Mencari ketenangan dan kenyamanan hidup. "Uzi!" Kepalanya menoleh ketika mendengar suara memanggilnya. Senyum mengembang di wajahnya melihat seorang pria berjalan mendekatinya. Dia adalah Angga, suami sekaligus lelaki yang paling dicintainya di dunia ini. Fauzia dan Angga menikah sejak tiga tahun lalu. Setelah menikah, An

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 2

    "Uzi.. aku boleh minta minum?" Fauzia yang sedang menyiram tanaman dikejutkan dengan suara seorang lelaki. Tiba-tiba saja Andika sudah berada di belakangnya. Tanpa mempedulikan permintaan Andika, Fauzia melanjutkan pekerjaannya. Dia sudah malas menanggapi Andika. Terkadang pria itu bersikap aneh dan membuat beberapa rekan kerja Fauzia salah paham padanya. Pernah satu kali atasan Fauzia menegurnya. Menurut sang atasan sikap Fauzia kurang pantas karena selalu memberi respon pada Andika. Padahal jelas-jelas wanita itu sudah bersuami. Tentu saja Fauzia dibuat bingung. Selama ini dia merasa tidak pernah menanggapi Andika namun kenapa semua orang bersikap seolah-olah dirinya bermain api dengan Andika. "Uzi.. aku haus. Masa minta minum saja tidak boleh." Fauzia menghela nafasnya lalu melihat pada Andika. Wajah pria itu berkeringat dan nampak lelah. Entah apa yang sudah dilakukannya. "Tunggu di sini." Karena tak tega, akhirnya Fauzia masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan minuma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 3

    "Ini darah apa?" gumam Fauzia pelan. Untuk sesaat wanita itu masih terlihat bingung sampai teriakan Kokom kembali terdengar, mengembalikan kesadaran Fauzia pada tempatnya. "Uzi!!!" TOK TOK TOK "Iya, Bu! Sebentar!!" Fauzia bergegas beranjak dari kasur. Dia langsung menuju kamar mandi untuk mencuci bersih tangannya dari noda darah. Kemudian mengganti pakaiannya. Dimasukkannya pakaian yang terdapat noda darah tersebut ke dalam plastik hitam kemudian menyembunyikannya di laci lemari. Wanita itu merapihkan penampilannya sebentar sebelum membukakan pintu. Nampak Kokom berdiri di depan pintu. Matanya langsung menelisik ke dalam rumah, seolah-olah sedang mencari sesuatu. "Bu Kokom ada apa ke sini pagi-pagi?" tegur Fauzia yang merasa keberatan dengan kedatangan tetangganya itu. "Angga mana?" Fauzia lebih dulu melihat jam yang tergantung di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. "Kang Angga sudah berangkat ke sekolah," bohong Fauzia. Sebenarnya dia s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 4

    "Angga!" Usep berteriak kencang ketika melihat wajah Angga yang pucat ketika ikatan plastik terbuka. Bersama yang lain, Usep berusaha mengeluarkan tubuh Angga yang sudah dingin dan kaku. "Innalillahi wa innailaihi rojiun." "Ayo kita bawa mayatnya Angga ke rumahnya. Yusuf, kamu cepat cari Pak RT." "Siap, Pak." Usep bersama dua orang lainnya menggotong Angga yang sudah menjadi mayat. Darah kering nampak di pakaian yang dikenakan pria itu. Dapat Usep dan yang lainnya lihat ada beberapa luka tusukan di perut Angga. Suasana rumah Angga langsung heboh ketika Usep datang sambil menggotong mayat Angga. Ketiga pria itu menaruh mayat Angga di tengah-tengah rumah. Fauzia syok melihat suaminya sudah terbujur kaku menjadi mayat. Wanita itu langsung menghambur mendekati suaminya. "KANG ANGGA!!" Tangis Fauzia langsung pecah. Wanita itu meraung menangis suaminya yang sudah tidak bernyawa. Dipeluknya tubuh Angga yang sudah kaku. Baru semalam mereka berbincang. Angga juga memberikan kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 5

    "Fauzia? Ada apa dengannya?" "Dia ditahan di kantor polisi atas tuduhan pembunuhan suaminya." "Apa?" "Papa harus pergi sekarang." "Tapi sekarang sudah malam. Apa Papa ngga bisa menunggu besok? Lagipula di luar sedang hujan deras." "Fauzia membutuhkan Papa sekarang." "Kalau begitu aku ikut." "Kamu di sini saja. Takutnya Papa akan sibuk mengurus Fauzia. Kamu di sini gantikan Papa membantu Daffa." Reza hanya bisa menuruti apa kata Papanya. Dia mengantarkan Faisal menuju garasi. Pria paruh baya itu segera masuk ke dalam mobil dan menjalankan kendaraan roda empat itu keluar dari pekarangan rumahnya. Cukup lama Reza berada di teras sepeninggal sang Papa. Sebenarnya dia cemas melepaskan Faisal pergi sendiri. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Pria itu buru-buru mengusir perasaan buruknya. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Dia pun segera masuk ke dalam rumah. Reza mengambil ponselnya, dia ingin mencari tahu kasus yang menimpa Fauzia. Siapa tahu kasus tersebut diberitakan ol

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 6

    Sepasang insan tengah meleburkan diri bersama. Mencoba mencari kehangatan dari dinginnya malam. Faisal tidak bisa menolak tawaran manis yang diberikan Kelana padanya. Tak peduli apa yang dilakukannya melabrak norma agama, etika, sosial dan hukum. Bersenggama dengan istri dari Kakaknya adalah haram hukumnya secara agama. Dalam hukum pun akan terkena pasal perzinahan. Namun peduli setan, Faisal tetap memuaskan hasratnya, memacu tubuhnya di atas tubuh Kelana. Desahan dan lenguhan wanita itu semakin membuatnya bersemangat untuk terus memberikan kenikmatan pada wanita hamil tersebut. Tubuh Kelana terkulai lemas ketika Faisal berhasil mengantarkannya meraih puncak kenikmatan lebih dulu. Faisal sendiri tidak mengendurkan serangan. Dia terus memacu tubuhnya, mengejar kenikmatannya yang belum sampai. Punggung pria itu sudah lembab dengan keringat. Kelana bukanlah wanita pertama yang ditiduri olehnya. Sejak Kelana menikah dengan Kakak kembarnya, Faisal yang patah hati menutup diri dari s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 27

    "Warna merah ini sepertinya bercak darah," ujar Beni seraya menunjuk noda merah tersebut.Gunawan mengambil cotton bud yang sedikit dibasahi agar lembab, kemudian dia menggosokkan cotton bud tersebut ke noda merah yang sudah mengering. Kemudian dimasukkan cotton bud tersebut ke dalam plastik ziplock."Aku akan langsung pergi menemui Fajar untuk menguji ini. Kalau benar ini adalah noda darah dan cocok dengan darah Angga, maka bisa dipastikan di sinilah TKP pembunuhan Angga. Kamu terus awasi Badri, jangan sampai dia masuk ke sini lagi.""Siap, Bang."Gunawan segera bersiap. Pria itu mengambil kunci mobil lalu melajukannya. Sepeninggal Gunawan, Beni membuat kopi lalu membawanya keluar rumah. Dia duduk santai di teras sambil melihat lalu lalang orang di depan rumahnya.Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang menjual jajanan pasar melintas menggunakan sepeda ontel. Dari arah rumah Kokom, Badri keluar kemudian memanggil penjual tersebut. Beni ikut mendekati sang penjual sambil berpur

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 26

    Atas permintaan Daffa, Gunawan terus menyelidiki kasus kematian Angga. Sampai sejauh ini mereka belum menemukan apa-apa. Semuanya terhenti sampai kematian Andika. Pihak kepolisian juga menemukan jalan buntu. Untuk sementara mereka menyimpulkan kalau Andika adalah pembunuh Angga. Selama menyelidiki kasus Angga, Gunawan tetap berkoordinasi dengan temannya yang bertugas menyelidiki kasus tersebut. Jika ada informasi baru, keduanya kerap berbagi informasi. Temannya itu menjanjikan jika ada perkembangan baru, dia akan membuka kasus Angga lagi. Bersama dengan anak buahnya, Gunawan kembali ke tempat awal kasus bermula. Gunawan dan Beni pergi ke Desa Banjarsari menggunakan mobil. Mereka memutuskan kembali ke sana, untuk menyelesaikan penyelidikan dari awal. Siapa tahu mereka bisa mendapatkan petunjuk baru. Setelah memarkirkan kendaraan di dekat lapangan bola, Gunawan dan Beni berjalan menuju warung kopi yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari lapangan. Mereka sengaja menuju ke sana. Beb

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 25

    "Soal yang kulakukan padamu beberapa hari yang lalu. Maaf aku sudah menamparmu. Aku terbawa emosi waktu itu." Tidak ada jawaban dari Daffa. Pria itu tiba-tiba saja mendorong tubuh Fauzia sampai punggung wanita itu merapat ke tembok. Lalu tanpa diduga, dia langsung membenamkan bibirnya ke bibir ranum Fauzia. "Mas.." Lamunan Daffa buyar ketika mendengar panggilan Fauzia. Pria itu berdehem untuk menghilangkan kegugupannya. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu. Sepertinya Daffa masih ingin mencicipi bibir Fauzia lagi. "Apa katamu tadi?" "Aku minta maaf karena sudah menamparmu. Aku.. aku hanya terbawa emosi. Maaf Mas." "Tidak apa, lupakan saja. Apa kedatanganmu hanya untuk mengatakan ini?" "Tidak juga. Sebenarnya ada hal lain yang mau kubicarakan." "Ayo duduklah." Daffa mengajak Fauzia menuju sofa yang ada di ruang kerjanya. Keduanya duduk berhadapan. Fauzia kemudian menceritakan tentang saham Angga yang sekarang sudah dialihkan atas namanya. "Jujur aja Mas, sebenarnya

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 24

    Begitu pintu terbuka, Fauzia terkejut melihat Daffa yang hanya mengenakan handuk yang dililit di bagian pinggang, sementara bagian atasnya dibiarkan terbuka. Tetesan air yang membasahi dadanya membuat pria itu terlihat semakin seksi. Jantung Fauzia berdetak lebih kencang melihat penampilan Daffa. Wanita itu meneguk ludahnya kelat. Untuk sesaat dia hanya terbengong saja. "Ada apa?" suara Daffa membangunkan Fauzia dari lamunannya. "Makan malam sudah siap, Mas." "Aku pakai baju dulu." Fauzia bergegas meninggalkan Daffa. Wanita itu heran sendiri kenapa dia sering terlibat dengan situasi canggung bersama Daffa. Fauzia kembali ke meja makan. Di sana Faisal sudah duduk untuk menikmati makan malam. Terdengar dering ponsel Fauzia dari arah kamar. Wanita itu bangun dari duduknya kemudian menuju kamar. Fauzia mengambil ponsel yang tergeletak di atas kasur. Dia langsung menjawab panggilan yang berasal dari Murni. "Halo." "Halo Uzi, bagaimana kabarmu?" "Baik. Teteh sendiri gimana?" "Baik

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 23

    Karena tidak menemukan Fauzia di lantai dasar, Daffa pun menuju lantai dua. Pandangannya langsung mengedar ke setiap sudut ruangan di sana. Kemudian dia menangkap Fauzia berdiri di dekat ruangan yang dibatasi oleh tirai.Ketika Daffa mendekat, matanya menangkap langkah kaki mendekati tirai. Salah seorang yang berada dalam ruangan, bermaksud keluar. Sementara Fauzia semakin mendekatkan tubuhnya untuk mencuri dengar lebih jelas.Dengan cepat Daffa menghambur pada Fauzia. Ditariknya tubuh wanita itu sedikit menjauh dari tirai lalu mendorongnya hingga punggung Fauzia menyentuh tembok di belakangnya. Masih terkejut dengan tindakan Daffa, tiba-tiba saja bibir pria itu sudah menempel di bibirnya.Untuk sejenak Fauzia terdiam. Kesadarannya berhamburan ketika Daffa memagut bibirnya dengan lembut. Ketika kesadarannya kembali, wanita itu bermaksud untuk melepaskan diri, namun dia melihat ada yang keluar dari ruangan. Tak ingin ketahan tengah menguping, Fauzia pun urung mendorong tubuh Daffa. Bah

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 22

    Salim segera dilarikan ke rumah sakit setelah jatuh pingsan. Dokter segera memberikan pertolongan cepat. Dari gejalanya, pria itu disinyalir mengalami keracunan tetrodotoksin. Itu adalah jenis racun yang terdapat dalam ikan buntal. Karena mendapat penanganan yang tepat, nyawa Salim bisa diselamatkan namun pria itu harus menjalani perawatan dan pemantauan serius dari pihak medis. Anita dan Imron memilih menyembunyikan kasus ini dan tidak melaporkannya pada polisi. Namun Rafi bersikeras untuk melaporkan hal tersebut. Setahunya sang ayah tidak pernah mengkonsumsi ikan buntal. Polisi segera datang ke rumah sakit untuk penyelidikan. Mereka juga datang ke rumah. Makanan dan alat makan yang digunkan Salim terakhir kali tidak diperbolehkan untuk dibuang, dibersihkan atau disentuh. Petugas polisi itu membawa semuanya untuk diperiksa. "Kenapa kamu melaporkan hal ini ke polisi?" tanya Anita pada Rafi. "Coba Mama pikir, kapan Papa pernah memakan ikan buntal? Selama ini juga Papa selalu menjag

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 21

    "Selama aku menguraikan kode ini, bisakan kamu bawakan makan siang untukku?" Daffa menolehkan kepalanya, melihat pada Fauzia. Menunggu persetujuan wanita itu agar mau melakukan permintaannya. Jujur saja, Daffa sudah candu dengan rasa masakan Fauzia yang lezat. "Tidak masalah. Mas mau makan apa? Nanti aku masakan." "Terserah kamu saja. Aku bukan orang pemilih. Aku juga suka pedas." "Ehm.. baiklah. Besok aku akan membawakanmu makan siang. Tapi tolong katakan pada sekretarismu kalau akan datang untuk mengantarkan makan siang. Dia sepertinya tidak menyukaiku." "Feli?" "Iya. Sepertinya dia menyukaimu." "Jangan membuat gosip." "Siapa yang membuat gosip? Aku ini perempuan, tentu saja aku tahu kalau perempuan itu menyukaimu." Daffa tidak mempedulikan ucapan Fauzia. Di matanya Felicia tidak lebih hanyalah seorang sekretaris saja. Selama pekerjaannya baik, dia akan tetap mempertahankan wanita itu. "Kalau begitu, aku pulang dulu." "Tunggu, biar aku antar. Kebetulan aku ada meeting di

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 20

    "Kang Angga.." Mata Fauzia nampak berkaca-kaca saat melihat wajah suaminya di layar laptop. Wanita itu terus melihat ke layar laptop tanpa berkedip. "Hai sayang.. kalau kamu lihat video ini, berarti aku sudah tidak bersamamu lagi." Airmata Fauzia jatuh menetes mendengar kata-kata pertama yang diucapkan dalam video. Faisal merengkuh bahu keponakannya itu lalu merangkulnya. "Maafkan aku, sayang. Maaf kalau aku tidak bisa menemanimu lagi. Inginku bisa terus bersamamu sampai menua bersama. Tapi satu hal yang aku syukuri, aku beruntung memilikimu sebagai istri. Terima kasih sudah menemaniku selama ini. Mungkin alasan Tuhan belum memiliki keturunan, agar kita mempunyai waktu bersama lebih lama lagi." Nampak Angga menjeda ucapannya. Pria itu menghapus buliran bening yang membasahi pipinya. Airmata Fauzia semakin deras bercucuran. "Waktu Papa meminta bantuanku mengaudit perusahaan, sejak saat itu aku mulai merasakan kalau aku berada dalam bahaya. Aku merasa seperti ada yang tenga

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 19

    Suasana di ruang perawatan Faisal sesaat menjadi sunyi. Fauzia masih belum menanggapi cerita Faisal tentang masa lalu dirinya bersama Faidhan, saudara kembar sekaligus ayah dari Fauzia."Om tahu, kamu pasti membenci Om. Tapi tolong jangan pergi. Biarkan Om menebus kesalahan Om dengan menjagamu. Kamu satu-satunya keluarga yang Om miliki selain Reza. Kamu anak Faidhan dan Kelana, sudah kewajiban Om untuk menjagamu."Wajah Faisal nampak sendu ketika mengatakan itu semua. Walau waktu sudah berlalu lebih dari 25 tahun, namun kesalahan yang dulu dilakukan olehnya masih membekas sampai sekarang. Perasaan menyesal terus menggelayuti dirinya. Bahkan pria itu tidak ada keinginan untuk berumah tangga dan hanya fokus merawat Reza saja.Fauzia bangun dari duduknya, kemudian dia mendekati ranjang Faisal. Mendudukkan diri di sisi ranjang, kemudian meraih tangan pria itu. Tatapan matanya begitu lembut dan menenangkan. Sebuah senyuman diberikan olehnya."Apa yang Om katakan, itu hanyalah cerita masa l

DMCA.com Protection Status