Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Nyawa di Ujung Tangan

Share

Nyawa di Ujung Tangan

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Farhan, apa yang akan kita lakukan?" tanya Suci dengan suara bergetar saat mereka berdiri di depan pintu yang tertutup rapat, dikelilingi oleh kegelapan yang semakin pekat. Bayangan-bayangan di dalam ruangan tampaknya bergerak dengan pola yang semakin rumit, hampir seperti tarian yang menakutkan.

Farhan memandang pintu itu dengan wajah tegang. "Kita harus menemukan cara untuk membuka pintu ini. Tapi bagaimana caranya?" katanya sambil memeriksa dinding di sekeliling mereka yang penuh dengan simbol kuno yang bersinar samar dalam kegelapan.

Di saat yang sama, suasana di sekitar mereka berubah menjadi semakin menekan. Bayangan-bayangan di ruangan mulai mengeluarkan suara-suara menyeramkan, seperti bisikan dari kedalaman yang sangat jauh. Lampu-lampu yang terpasang di langit-langit ruangan berkedip-kedip, seolah-olah merasakan ketegangan yang mengisi udara. Farhan dan Suci bisa merasakan hawa dingin yang semakin meresap ke dalam tubuh mereka.

"Ini tidak akan lama lagi," ujar Suci, suarany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Misteri Di Balik Mata   Rahasia yang Terkubur

    "Farhan, kita tidak bisa terus seperti ini," kata Suci, suaranya bergetar meski penuh tekad. Mereka berdiri di tengah ruangan gelap yang penuh dengan debu dan kegelapan, menatap buku-buku kuno dan artefak yang tersimpan di rak-rak kayu tua. "Kita harus tahu lebih banyak tentang ritual gelap yang berhubungan dengan Arman. Hanya dengan cara itu kita bisa mengakhirinya."Farhan mengangguk, wajahnya tampak lelah dan penuh luka. "Setuju. Tapi kita harus berhati-hati. Setiap langkah kita tampaknya semakin memperburuk situasi."Mereka memulai pencarian di perpustakaan tua yang dilindungi oleh jaring laba-laba tebal dan lampu-lampu redup yang hampir tidak menerangi ruangan. Rak-rak kayu yang berderit di bawah berat buku-buku kuno ini memancarkan suasana yang dingin dan menekan. Suci membuka sebuah buku tua yang penuh debu, dan tampaknya berisi catatan dan gambar-gambar kuno tentang ritual-ritual gelap."Ini dia," kata Suci, menunjuk pada gambar-gambar simbol

  • Misteri Di Balik Mata   Di Bawah Cahaya Bulan

    Suci dan Farhan berjalan perlahan di bawah cahaya bulan purnama yang terang, bayangan mereka sendiri memanjang di tanah di depan mereka. Ketegangan menyelimuti udara, dan setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat. Setelah apa yang mereka hadapi di ruang rahasia itu, mereka tahu bahwa pertarungan belum selesai. Kegelapan yang mereka rasakan kini seolah menebal di sekitar mereka, seakan bayangan yang pernah mereka kalahkan hanya menunggu kesempatan untuk bangkit kembali."Farhan, ada sesuatu yang tidak beres," bisik Suci, matanya terfokus pada lingkungan sekitar yang tiba-tiba terasa asing. Bayangan pepohonan yang semula biasa, kini tampak hidup, bergerak-gerak perlahan seiring dengan hembusan angin."Kita harus tetap waspada," jawab Farhan dengan nada rendah namun tegas. Ia merasakan hal yang sama—bahwa ada sesuatu yang mengintai mereka, sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Saat mereka terus berjalan, tanpa sadar langkah mereka membawa

  • Misteri Di Balik Mata   Jejak Berdarah

    “Farhan, lihat!” seru Suci, suaranya bergema di malam yang sunyi. “Ada jejak darah di sini!”Di bawah cahaya lampu senter yang bergetar, jejak-jejak itu terlihat jelas di tanah basah. Setiap jejak berwarna merah gelap, memudar seiring berjalannya waktu, seakan ada sesuatu yang telah terluka parah dan berusaha kabur. Suci menunduk, memeriksa jejak yang membentang di depan mereka, sementara Farhan berdiri di sampingnya, matanya berkeliling dengan waspada.“Jejak ini mengarah ke dalam hutan,” kata Farhan, menunjukkan arah dengan telunjuknya. “Kita harus mengikuti ini. Mungkin ini akan membawa kita ke pusat kekuatan bayangan.”Mereka melanjutkan perjalanan, jejak darah semakin jelas terlihat saat mereka mendekat. Jejaknya semakin luas dan menyebar, dengan bercak-bercak merah yang membekas di tanah. Kadang-kadang, jejak darah tampak mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya, seolah ada sesuatu yang sangat besar dan berbahaya yang bergerak melalui hutan ini.

  • Misteri Di Balik Mata   Kilas Balik Terakhir

    "Farhan, ada sesuatu yang tidak beres...," bisik Suci dengan suara gemetar. Mereka berdiri di tengah ruangan yang dingin dan sunyi, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang yang merembes dari jendela tua yang retak. Bekas jejak darah yang mereka ikuti masih segar di ingatan mereka, mengarah ke tempat yang penuh dengan misteri dan bahaya."Aku tahu, Suci. Tapi kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan," jawab Farhan dengan nada yang berusaha menenangkan, meskipun di dalam hatinya dia juga merasakan ketakutan yang sama. Langkah mereka terhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu jati yang sudah usang. Ukiran kuno yang penuh dengan simbol-simbol aneh tampak jelas di permukaannya, seolah-olah pintu itu menjadi penjaga rahasia yang telah lama terkubur. Namun, yang paling mengganggu mereka adalah jejak darah yang mengarah tepat ke pintu itu. Dengan hati-hati, Farhan menyentuh pegangan pintu, dan pada saat yang sama, Suc

  • Misteri Di Balik Mata   Dendam yang Membara

    Suara gemuruh bergema di sepanjang lorong sempit yang baru saja mereka lewati. Napas Suci terengah-engah, menyelaraskan dirinya dengan denyut nadi yang berdebar kencang. "Apa yang sebenarnya kita hadapi di sini?" bisiknya, mata terfokus ke bayangan yang berkelindan di sekitarnya. Farhan menatapnya dengan cemas, namun ia tak tahu harus berkata apa. Kegelapan yang sebelumnya mereka hadapi telah berubah menjadi sesuatu yang lebih jahat, lebih nyata.Sebuah desisan tajam terdengar, membuat Suci dan Farhan serentak memutar tubuh ke arah suara itu. Dari sudut ruangan yang tertutup debu, makhluk itu muncul. Tinggi, besar, dan bertanduk dengan mata yang memancarkan kemarahan tak terbendung. Bayangan di sekitarnya seakan-akan bergerak mengikuti irama napasnya, seolah mereka hidup dalam dendam yang membara.Makhluk itu bukan sekadar entitas dari dunia lain—ia adalah wujud dari rasa sakit dan dendam yang tertanam dalam. "Mereka menghancurkan hidupku... dan sekarang kalian aka

  • Misteri Di Balik Mata   Rencana yang Terungkap

    "Farhan, aku tidak bisa percaya ini... semua ini ada hubungannya dengan... kita," Suci terengah-engah, suaranya penuh ketegangan saat mencoba menyusun kembali semua potongan teka-teki yang mereka temukan.Farhan menatap simbol-simbol yang tertulis di buku kuno yang mereka temukan di reruntuhan gua. Cahaya senter yang redup membuat bayangan di wajahnya tampak lebih gelap, menambah kesuraman situasi. "Tidak mungkin, Suci. Jika ini benar, maka kita sudah terlambat."Mereka berdua berdiri di tengah ruangan kecil yang penuh dengan ukiran aneh. Simbol-simbol itu tak lagi tampak hanya sebagai hiasan kuno yang terlupakan, melainkan sebuah skenario mengerikan yang tengah terbentang di hadapan mereka. Udara dingin mulai memenuhi ruangan, membuat tubuh Suci merinding."Terlambat untuk apa?" Suci bertanya, meski dalam hatinya ia sudah tahu jawabannya.Mereka berdua kini dihadapkan pada kenyataan yang tak terhindarkan: bayangan jahat yang mengejar mereka sel

  • Misteri Di Balik Mata   Jejak di Dalam Kegelapan

    "Farhan... bangun! Kau tidak boleh menyerah sekarang!" Suci berteriak panik, mengguncang tubuh Farhan yang tergeletak di lantai batu dingin. Luka di dadanya yang dalam mengucurkan darah yang tidak berhenti mengalir, dan wajahnya memucat. Makhluk bayangan yang mereka hadapi telah pergi, namun rasa takut yang membelenggu belum juga sirna.Farhan mengerang pelan, matanya setengah terbuka, tapi tatapannya kosong. "Suci... aku... aku tidak bisa bergerak," katanya terputus-putus, suaranya lemah, seperti napas terakhir seorang prajurit yang kalah di medan perang.Suci menggigit bibirnya, menahan air mata. "Kita sudah sejauh ini, kau tidak boleh mati!" Suaranya pecah. Di sekeliling mereka, bayangan gelap masih menyelimuti, seolah menanti saat yang tepat untuk melancarkan serangan berikutnya.Mereka berada di ruangan besar yang gelap, dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran kuno yang tampak semakin jelas dalam cahaya redup lentera yang mulai meredup. Ruangan ini adalah p

  • Misteri Di Balik Mata   Misteri di Balik Dinding

    “Farhan, lihat!” Suci berteriak dengan suara yang bergetar. Tangannya menunjuk ke arah dinding yang tampak berbeda dari sisa ruangan. Dinding tersebut memiliki tekstur dan warna yang sedikit berbeda dari yang lainnya. Garis-garis halus membentuk pola misterius di bawah cahaya lentera mereka.Farhan, meski lelah dan hampir kehilangan tenaga, menatap dinding dengan saksama. “Ini berbeda,” katanya sambil mengusap matanya yang berat. “Ini pasti penting.”Suci mengangguk dengan penuh tekad. “Kita harus mencari tahu apa yang ada di balik dinding ini. Bisa jadi ini adalah kunci untuk mengalahkan bayangan.”Mereka berdua mendekati dinding dengan hati-hati. Suci memeriksa setiap inci, mencoba menemukan sambungan atau mekanisme tersembunyi. Dinding itu tampaknya lebih tebal dari yang mereka duga, dan tidak ada tanda-tanda bahwa itu bisa digeser atau dibuka dengan mudah.“Periksa sudut-sudutnya,” saran Farhan. “Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan.”

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

  • Misteri Di Balik Mata   Cahaya yang Menipu

    "Aku tidak yakin ini ide yang bagus, Suci," suara Farhan terdengar rendah, hampir berbisik, namun ketegangan di dalamnya jelas. "Cermin itu… apa pun yang kita lihat tadi, bukan hal yang normal."Suci tetap diam, pandangannya tajam menembus kegelapan rumah tua yang sekarang terasa lebih dingin dan suram. Cermin yang baru saja pecah kini berserakan di lantai, tetapi setiap pecahan seolah tetap hidup, memantulkan potongan-potongan bayangan masa lalu yang mengerikan. Suci tidak bisa melepaskan pikirannya dari sosok ibunya yang muncul di balik cermin itu."Ada sesuatu yang belum kita pahami," jawab Suci akhirnya, suaranya terdengar jauh, seperti dia sedang berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada Farhan. "Ibu… dia mencoba memberi tahuku sesuatu. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Tidak setelah semua yang aku lihat."Farhan melangkah mendekat, menyentuh lengan Suci dengan lembut. "Tapi kita bahkan tidak tahu apakah itu benar-benar ibumu. Bisa saja itu han

  • Misteri Di Balik Mata   Langkah Tak Terlihat

    "Apa yang kau temukan?" suara Farhan bergetar pelan, memecah kesunyian yang tegang di antara mereka.Suci duduk diam di kursi tua yang terletak di pojok ruangan, jari-jarinya bermain di atas permukaan meja kayu yang dingin dan berdebu. Matanya menatap kosong, seolah mencoba memahami sesuatu yang tak terjangkau. Dia tidak segera menjawab, mengabaikan pertanyaan Farhan sejenak."Suci," Farhan mendekat, nadanya memaksa kali ini. "Kau tahu lebih dari yang kau katakan. Apa yang terjadi? Apa yang sudah kau ingat?"Suci mengangkat pandangannya perlahan, matanya kini dipenuhi dengan kebingungan yang lebih dalam, namun di balik itu ada ketakutan yang sulit disembunyikan. "Aku tidak yakin, Farhan," bisiknya. "Ini... lebih dari sekadar ingatan. Ada sesuatu yang... salah. Sesuatu yang selalu bersembunyi di balik setiap langkahku."Farhan menelan ludah, mengamati perubahan ekspresi Suci. Dia tahu betul bahwa wanita ini adalah yang terkuat dari mereka berdua, d

  • Misteri Di Balik Mata   Bab 112: Selubung Masa Silam

    "Apa maksudmu dengan 'kegelapan itu ada di dalam dirimu'?" suara Farhan pecah di antara hening, gemetar dengan kepanikan yang sulit ia sembunyikan. Tangannya terulur, mencoba meraih Suci, namun sesuatu yang tak terlihat menahannya—sesuatu yang dingin dan kelam, seolah udara di antara mereka menjadi penghalang.Suci menoleh perlahan, pandangan matanya berubah. Tidak ada lagi kelembutan atau ketegasan yang biasa Farhan lihat. Mata Suci kini gelap, kosong, seperti cermin yang memantulkan kegelapan. "Aku tidak tahu, Farhan," suaranya bergetar, tapi bukan karena takut. Ada sesuatu yang lain di sana. "Mungkin ini bukan hanya tentang mereka. Mungkin... ini selalu tentang aku."Farhan terdiam, pikirannya berputar. “Suci, kita bisa keluar dari sini. Kau harus melawan ini. Ini semua manipulasi—mereka mencoba memecahmu, membuatmu percaya sesuatu yang tidak benar.""Manipulasi?" Suci tersenyum tipis, hampir sinis. "Bagaimana kalau kebenarannya memang tidak seperti yan

DMCA.com Protection Status