Share

Chapter 7

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2021-08-13 22:49:14

Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah Senja, air mata Ochi seperti tidak bisa berhenti mengalir. Banyu dengan Dania? Bagaimana bisa dua orang terdekatnya itu menghianatinya sampai sedemikian rupa? Ochi memejamkan mata. Ia tidak sanggup membayangkan adegan yang begitu intim yang biasanya hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami istri ternyata sanggup mereka lakukan di belakangnya. Betapa kejamnya mereka berdua!

Isakan-isakan kecil yang lolos dari bibir nya membuat Badai yang sedang menyetir merasa tidak tega. Sedu sedan Ochi makin lama makin membesar saat dia membayangkan persahabatan mereka bertiga, yaitu dirinya, Dania dan Farhani yang sudah mulai terjalin saat MOS mereka di SMU. Suka duka dan canda tawa mewarnai masa putih abu abu, kuliah hingga sekarang. Ochi ingat Dania lah yang terus saja mendesak dan menyemangati Ochi untuk menerima cinta Banyu dulu. Menurut Dania, Banyu itu paket lengkap. Kaya, ganteng dan mencintainya setengah gila. Karena bahkan sampai berani menentang kedua orang tuanya.

Badai yang tidak tahan mendengar tangisan kepedihan Ochi akhirnya menghentikan laju kendaraannya sejenak di ujung jalan.

"Jangan terus menangisi orang yang tidak layak untuk Anda tangisi, Bu Oceania. "

Mendengar kata-kata Badai, Ochi langsung melepaskan safety beltnya dan memeluk erat Sang Polisi. Saat ini, detik ini dadanya begitu sesak oleh kesedihan, kemarahan dan juga kekecewaan karena merasa dibodohi oleh dua orang terdekatnya. Sedih, malu, kecewa, sakit hati, semua bercampur baur menjadi satu dalam benaknya. Dia perlu pelampiasan saat ini. Dan hanya Badai seoranglah orang ada didekatnya. Perlahan Ochi mendengar bunyi klik tanda safety belt yang juga telah dilepas. Berikutnya dia merasakan dua lengan kuat melingkari tubuhnya. Bapak polisi kaku ini akhirnya memeluknya dalam diam. Ochi menumpahkan tangis frustasi nya di dada bidang Badai.

"Bapak tahu selama ini Banyu selalu meminta tanda bukti cinta saya dengan cara memberi dia kehangatan yang tidak bisa saya berikan. Dia berkata saya harus merubah semua prinsip kuno saya kalau saya memang benar-benar mencintainya. Mungkin karena dia tidak bisa mendapatkannya dari saya, makanya dia mencari kehangatan dari wanita lain. Tetapi kenapa harus dengan sahabat saya? Saya jadi bingung, katanya dia mencintai saya. Mencintai 'kan artinya menjaga saya sampai saya halal untuk dimilikinya lahir batin. Tetapi kenapa jadi malah seperti ini akhirnya? Apa saya juga salah dalam hal ini, Pak?"

Ochi mulai mengantuk-antukkan kepalanya ke dada Badai karena merasa frustasi. Dia masih belum bisa menerima kalau dia ternyata telah dikhianati. Badai refleks langsung menahan kening Ochi dengan punggung tangannya. Dia tidak ingin kening gadis ini lecet karena saling beradu dengan kancing-kancing dan badge namanya.

"Anda sama sekali tidak salah, Bu. Yang dia inginkan itu bukan cinta tetapi nafsu. Cinta terbaik adalah cinta yang membuat Anda menjadi diri Anda sendiri, tanpa keinginan untuk mengubah Anda menjadi pribadi yang lain. Toh sebelum berpacaran dengan Anda, Banyu sudah tahu prinsip hidup Anda bukan? Keinginan Anda untuk no sex before marriage itu sudah benar menurut hemat saya. Kalau bukan Anda yang menghargai tubuh yang Tuhan pinjamkan pada Anda, siapa lagi yang akan menghargainya bukan?" ungkap Badai datar. Ia selalu memberi nasehat sesuai dengan kenyataan. Ochi tidak menjawab. Namun isak tangisnya malah menghebat.

"Sudahlah, Bu. Berhentilah menangisinya. Oke?" Badai memeluk tubuh mungil Ochi semakin erat dan diam-diam menghirup aroma apel yang manis dari kerimbunan rambutnya.

"Mulai hari ini, jadilah sangat sibuk untuk mencintai hidup Anda. Sehingga Anda tidak mempunyai waktu untuk membenci, menyesal, ataupun kecewa. Setuju, Bu Guru?" Tanpa sadar Badai bahkan sudah mencium puncak kepala Ochi. Dan Badai pun ingin menyumpah-nyumpah setelahnya.

Come on, wake up Badai! Dia ini saksi yang harus lo lindungi. Bukannya lo cintai. Di mana sikap professional lo!

Ochi mulai cegukan setelah menangis cukup lama. Bukan masalah gagalnya pernikahannya yang dia tangisi. Tetapi perasaan kecewa karena dikhianati dan malunya itu yang belum bisa dia terima dengan ikhlas dan lapang dada. Badai kembali membuka air mineral dan meminumkannya pada Ochi demi meredakan cegukannya. Lama-lama Badai merasa bukan Ochi lah yang seorang guru TK di sini, melainkan dirinya. Bayangkan saja dalam waktu satu jam dia sudah dua kali memberi Ochi minum dan menghapus air matanya. Kalau tadi di kantor polisi dengan sapu tangannya, kali ini dengan tissue yang ada di mobilnya. Betapa cepatnya dia beralih professi bukan?

"Pak, egh kalau misalnya Bapak jadi pacar saya, apa Bapak akan meminta seks sebelum kita menikah egh juga?" Ochi yang masih belum bisa mengerti jalan pikiran Banyu, akhirnya mencoba membandingkan pemikiran Banyu dengan Badai ditengah cegukannya. Badai mengelus-elus punggung Ochi sebelum memberi jawaban yang logis namun jujur.

"Dengar, Bu guru. Terlalu munafik rasanya kalau saya mengatakan bahwa saya tidak mempunyai nafsu sama sekali terhadap wanita, khususnya pasangan saya. Tetapi hal itu tidak serta merta menjadikan saya menghalalkan segala cara demi untuk mereguk kenikmatan dunia tersebut sebelum tiba masanya." Badai menjawab sesuai dengan kenyataannya.

"Dania pernah mengatakan bahwa laki-laki dan binatang itu sama saja. Sama-sama mengejar nafsu syahwat. Punya istri cantik, baik dan sholeha, tetapi masih juga mencari- cari wanita lain yang tidak lebih baik dari istrinya di luar sana. Makanya ada pepatah yang mengatakan kalau laki-laki itu sama dengan anjin* dan juga buaya darat. Benarkah egh... egh... begitu, Pak? Nanti jikalau saya menikah dengan siapapun itu, akankah saya juga diduakan, tigakan dan seterusnya?"

Ochi terus menerus mencecar Badai ditengah-tengah cegukan hebatnya.

Badai terdiam sejenak. Wanita yang berada dipelukannya ini sedang krisis percaya diri dan trauma dengan kaumnya. Dia harus bisa memberi jawaban jujur tetapi tidak sampai menakutinya.

"Analoginya begini, Bu Ocenia. Manusia dan binatang memang diciptakan secara fitrah memiliki kecenderungan untuk memenuhi hawa nafsunya. Tetapi ada perbedaan mendasar dari keduanya dalam proses pemenuhan hawa nafsunya. Binatang, karena mereka tidak diberi akal, maka naluri pemenuhan hawa nafsunya ya sebatas fitrahnya saja. Kalau lapar, ya makan. Jika ingin melampiaskan nafsunya, ya kawin. Sesederhana itu.

Sedangkan manusia yang pada dasarnya diberi akal, maka dalam memenuhi kebutuhan biologisnya manusia bisa membedakan mana hak orang lain, mana hak mutlak dirinya. Mana yang boleh dia nikmati dan mana yang tidak boleh dia dinikmati karena memang bukan hak miliknya. Intinya bukan manusia yang seperti binatang. Tetapi manusia lah yang mengikuti sifat kebinatangan. Dan jangan lupa ya Bu, anjin* dan buaya darat juga ada yang betina bukan? Jadi jangan membuat pengandaian yang berat sebelah. Itu tidak fair namanya. Faham, Bu?"

Ochi mengangguk sambil mencoba menahan-nahan isakannya yang terkadang masih lolos sesekali.

"Ayolah, Bu. Jangan menyamaratakan semua laki-laki di dunia ini hanya karena seorang Banyu Biru Siliwangi, Oke? Ayah Anda juga laki-laki. Tetapi di mata Anda, beliau pria yang hebat bukan? Sekarang tolong hentikan tangis Anda ini. Telinga dan hati saya sakit mendengarnya." Mendengar kalimat terakhir Badai, Ochi menjadi kesal. Keluhannya membuat telinga polisi ini sakit rupanya.

"Kalau telinga Anda sakit, sumpal saja dengan head set ini. Kan bisa sekalian mendengarkan musik juga. Katanya polisi, bukannya bawa pistol di mobil, ini malah head set untuk ajep-ajep yang dibawa-bawa."

Ochi memanjangkan tubuh. Ia mencoba head set yang ditemukan di jok belakang, dan memasangkannya secara paksa pada telinga Badai. Dia kesal sekali karena di katain kalau tangisnya membuat telinga pak polisi ini sakit.

"Itu bukan head set, Bu guru. Tetapi Ear Muff Outdoor Shooting Ear, atau yang biasa disebut PELTOR. Yaitu pelindung telinga kedap suara saat menembak. Kalau pistol tentu saja setiap hari saya bawa. Baik pistol sungguhan yang berisi peluru, ataupun pistol bawaan badan yang isinya cairan tubuh. Ibu mau lihat yang mana? Tinggal sebutkan saja."

Badai mati-matian berusaha menahan tawa, saat melihat Ochi bengong sejenak sebelum akhirnya mengamuk dan mulai memukulinya secara serampangan.

"Dasar polisi mesum! Pervert! Jorok! tidak punya sopan santun!" Ochi mengamuk dan memukuli dada dan bahu Badai dengan kesal. Dia sejenak lupa akan kesedihan dan kemalangan nasib nya akibat kata-kata santai-santai mesum ala perwira polisi kampret ini.

Tawa Badai akhirnya meledak juga saat melihat betapa merahnya selebar wajah Ochi yang entah marah entah malu karena di candai ala ala humor polisi olehnya. Badai pun menahan kedua tangan Ochi yang memukulinya secara membabi buta, serta menahannya sejenak di dadanya.

"Nah begini dong. Sungguh saya lebih suka melihat Anda memukuli saya sambil marah-marah, daripada saya harus melihat dan mendengar Anda menangis-nangis seperti tadi. Dengar ya, Bu. Menangisnya hanya boleh sampai hari ini saja. Mulai besok, Ibu harus memiliki prinsip hidup seperti kereta api. Terus maju, tinggalkan yang tidak perlu. Tabrak semua yang menghalangi. Melangkahlah dijalur yang seharusnya. Dan berhentilah jika sudah sampai ke tujuan. Oke kah Bu?"

Berhentilah jika memang tujuan hidup mu itu saya, batin Badai.

Badai menangkup wajah Ochi dengan kedua belah tangan lebarnya. Menghapus sisa  air mata yang masih mengumpul di sudut bulu mata lentiknya dengan kedua jempolnya. Seperti terkena hipnotis, Ochi pun menggangguk kan kepalanya dengan takzim.

"Anak pintar." Badai mengusap kepala Ochi sambil terkekeh pelan dan memasang kan kembali safety beltnya. Mobil dinas Badai pun kemudian meluncur membelah jalan menuju keperumahan mewah kakak iparnya.

===================

Ochi yang sedang bersiap-siap pulang ke rumah Senja setelah jam mengajarnya selesai, heran saat mendengar tangis seorang anak kecil di sudut gerbang sekolah. Ada seorang gadis kecil yang merupakan murid baru pindahan dari daerah sedang menangis sambil meremas-remas dasinya dengan gelisah. Wajahnya bahkan sudah basah oleh air mata yang membanjir.

"Lho Kinanti kenapa menangis, sayang? Ayo sini duduk didekat ibu. Nah, sekarang coba Kinan bilang sama ibu, kenapa Kinan menangis?" Dan mulut gadis kecil itu pun kembali menjebi-jebi menahan tangis.

"Pak Lukman, belum menjemput Kinan, Bu? Padahal Kinan sudah menunggu lamaaaaa banget di sini. Teman-teman Kinan yang lain bahkan sudah pulang semua. Kinan takut, Bu." Gadis kecil itu kini mulai menggesek-gesek kedua kakinya dengan gelisah. Wajah imutnya tampak sedih dan resah.

"Oh... belum dijemput ya? Sebentar ya, Ibu akan ke TU dulu mencari nomor telepon orang tuamu. Kinan mau menunggu di sini atau ikut dengani Ibu, Sayang?" Kinan tidak menjawab tetapi dia langsung meraih lengan Ochi, menandakan bahwa dia ingin ikut.

"Tapi mama dan papa Kinan  sedang ada di Belanda, Bu guru. Kemarin mereka berangkat kesana karena Granpa meninggal."

"Oh begitu ya? Kinan tahu tidak alamat rumah Kinan? Biar Ibu guru saja yang mengantarkan Kinan pulang. Mau?"

"Mau, Bu guru. Kinan nggak tahu alamat rumah Kinan, Bu. Kinan baru pindah ke rumah baru ini seminggu yang lalu, Bu." Wajah imut itu kembali terlihat seperti ingin menangis lagi. Ochi sendiri juga bingung. Dia sendiri saat ini juga sedang menumpang di rumah orang. Masa iya dia membawa Kinan ke sana juga?

"Tapi Kinan ingat nama kantor Om Raga, Bu. Minggu lalu Kinan ikut papa singgah ke kantor barunya Om Raga."

"Om Raga itu siapa Kinan?"

"Om Raga itu adiknya papa, Bu guru." Ochi pun menarik nafas lega. Akhirnya ada jalan keluar juga.

"Oh ya? Apa nama kantornya Kinan? Biar Ibu antarkan Kinan kesana aja ya, Sayang?" Mata bulat itu menggangguk dan tersenyum gembira. Wajahnya mulai cerah karena akan segera bertemu dengan Om nya.

"Nama kantor Om Raga itu P.T Bangun Griya Persada, Bu. Ibu tahu tidak kantornya?" Mata bulat bening itu terlihat harap-harap cemas menunggu jawaban Ochi.

"Tenang saja, Sayang. Ibu tahu kok alamatnya. Ayo kita berangkat. Sebentar, Ibu pesan taksi online dulu ya, Sayang?" Kinanti terlihat sangat gembira. Dia langsung menarik tangan Ochi saat melihat taksi online tiba di gerbang gedung sekolah.

==================

"Selamat siang, Bu. Saya ingin bertemu dengan Bapak Raganda Perdana bisa Bu?" Ochi dan Kinanti yang sudah tiba di kantor omnya pun segera menghubungi sekretaris yang terlihat duduk di meja depan.

"Anda sudah membuat janji temu terlebih dulu, Bu?" Sang sekretaris berwajah cantik tanpa cela itu bertanya dengan suara ramah dan professional.

"Belum, Bu. Tetapi saya ada keperluan yang sangat mendesak  untuk bertemu dengan beliau, Bu."

"Maaf ya Ibu. Pak Raga sedang ada wawancara dengan media. Ibu buat janji saja dulu, agar bisa saya kondisikan apabila ibu memang memiliki keperluan untuk bertemu dengan beliau. Kalau boleh saya tahu, nama ibu siapa dan ada keperluan apa dengan Pak Raga?"

Tiba-tiba saja Kinanti memberi isyarat agar Ochi sedikit membungkuk, supaya Kinan bisa membisikinya. Mata Ochi membelalak saat Kinan memberinya ide agar mengaku sebagai calon istri Om nya saja. Dengan begitu mereka berdua pasti akan diizinkan masuk. Karena mamanya juga pernah menggunakan trik yang sama sewaktu ingin menemui om nya di kantor nya yang lama.

"Sa—Saya calon istri nya P—Pak Raga, Bu." Dengan amat sangat terpaksa dan terbata-bata Ochi pun akhirnya mengikuti usul Kinanti.

Cekrek! Cekrek!

Tiba-tiba saja begitu banyak kilatan lampu blitz yang memotret Ochi berkali-kali, berikut kerumunan wartawan yang mulai merubunginya dan Kinanti.

"Oh jadi Anda ini adalah calon istrinya, Pak Raga? Sudah berapa lama kalian berdua saling berhubungan? Mengapa selama ini Pak Raga terkesan sangat rapat menyimpan rahasia kehidupan asmaranya?"

Wajah Ochi memucat saat cecaran pertanyaan wartawan terus saja bertubi-tubi tertuju kepadanya.

"Ah, Sayang kamu sudah sampai rupanya. Selamat datang di kantor baru saya ya, sayang."

"Om Ragaaaa!"

Matilah aku kali ini. Batin Ochi dengan wajah memucat yang seakan sudah tidak dialiri boleh darah sama sekali.

Related chapters

  • Misteri Cinta   Chapter 8

    " Jadi benar gadis ini calon istri Anda, Pak Raga? Wah pertama kali go public ya? Namanya siapa, Pak Raga?"Para kerumunan pewarta itu terus maju. Mereka mendesak Ochi yang tengah berdiri di samping meja, hingga ia nyaris jatuh tersungkur. Untung saja ada sepasang tangan kuat yang menahan punggungnya. Tangan Pak Raga ternyata!Ochi mencoba menggeser-geser tubuhnya, menjauhi lengan Raga. Namun ia kalah cepat dengan Raga. Karena lengan Raga kini malah melingkari pinggulnya di hadapan para pewarta. Para kuli tinta itu terlihat sangat anthusias karena akan mendapat berita terkini.Kilatan lampu blitz yang terus menerus menerpa wajahnya, membuat Ochi risih. Ia berupaya memalingkan wajah, sambil meper meper kearah kursi tunggu. Situasi ini begitu tidak mengenakkan baginya. Namun lagi-lagi, Raga menahan langkahnya."Nama kamu siapa, Sayang? Ayo dong kasih tahu mereka? Tadi aja kamu deng

    Last Updated : 2021-08-13
  • Misteri Cinta   Chapter 9

    "Sa-Saya Saya minta maaf. Ta-tadi ponsel saya kehabisan daya. Dan saya baru tahunya sewaktu di kantor omnya murid saya. Jadi baru saya charge di sana. Makanya pas tadi Bapak telepon sudah aktif lagi kan ponsel sa-saya?"Ochi memandang Badai takut-takut. Dia memang sudah melakukan kesalahan yang amat besar."Keadaan rumah di Kemang bagaimana ya, Pak? Apa-apakah semuanya baik-baik saja?" Badai menghela nafas panjang. Melindungi saksi kunci seperti Ochi bisa semakin memendekkan usianya sepertinya."Kalau Anda hanya ingin tahu keadaan Banyu tetapi gengsi untuk menanyakannya pada saya, saya akan menjawab rasa penasaran Anda sekarang juga. Mas Banyumu itu baik-baik saja. Puas? Ada hal lain yang ingin Anda tanyakan?"Ochi terdiam. Ia mengenali suasana hati Badai dari panggilannya pada dirinya. Kalau hatinya sedang baik, maka Badai akan memanggilnya bu guru atau kamu. Tetapi kalau Badai

    Last Updated : 2021-08-18
  • Misteri Cinta   Chapter 10

    "Kalau analogi lo seperti itu, mari kita luruskan. Status gue memang hanya polisi yang kebetulan mendapat tugas untuk melindungi saksi. Lantas status lo apa terhadap saksi gue? Dibilang pacar? Bukan? Dibilang suami? Bukan juga. Jadi mulai hari ini, berhenti untuk menghubung-hubungi saksi gue lagi. Ngerti lo?!" bentak Badai tegas. Walau hanya berbicara melalui ponsel, Badai tetap menujukkan ketegasannya pada Banyu. Laki-laki modelan Banyu ini memang perlu untuk dicuci otaknya.Badai terkadang heran dengan orang yang sudah jelas-jelas salah, tapi masih saja bersikap playing victim seperti Banyu. Apa lagi itu dilakukan oleh kaumnya sendiri yang katanya berego tinggi. Tidak malu apa dengan burung garuda segede gambreng?"Emang lo siapanya sampe berani ngelarang-larang gue menghubungi pacar gue? Ayahnya?""Lebih tepatnya calon imamnya, insyaallah!" Dan Bada

    Last Updated : 2021-08-18
  • Misteri Cinta   Chapter 11

    "Bapak nggak mau masuk dulu sebentar? Nggak enak kalau Bapak cuma nunggu di mobil. Nggak sopan, Pak. Saya akan menyusul ke depan sekalian berpamitan.""Oke. Saya akan menunggu di teras."Setelah Badai mematikan panggilannya, Ochi mencoba memutar otak agar bisa terbebas dari suasana tidak mengenakkan ini tetapi dengan cara yang sopan."Ehm, Tante. Saya permisi pulang dulu ya, Tan? Soalnya saya sudah dijemput."Empat kepala langsung menoleh. Mereka menatapnya dengan pemikiran yang berbeda-beda. Belum sempat Tante Marini menjawab, ponselnya berbunyi. Satpam memberitahukan ada orang yang ingin menjemput Oceania, dan meminta izin masuk. Tante Marini membolehkan, karena

    Last Updated : 2021-08-19
  • Misteri Cinta   Chapter 12

    Sepanjang lorong menuju kamar jenazah rumah sakit, Badai terus saja menggenggam telapak tangan Ochi. Sebenarnya Badai tidak tega membawa Ochi untuk melihat jenazah orang bunuh diri. Apalagi dengan cara menembak kepalanya sendiri. Sudah pasti penampakannya tidak manusiawi, dengan kepala bolong dan otak yang berceceran. Tetapi apa boleh buat, tugas tetaplah tugas. Semakin cepat benang merahnya ditarik, maka semakin cepat pula kasus terkuak. Di depan pintu yang bertuliskan kamar jenazah, suhu yang mendadak terasa sangat dingin. Tampak Elang Pramudya telah berdiri di sana bersama dengan AKBP Reihard Ratulangi, reserse devisi kriminal. "Ayo kita langsung saja mengidentifikasi jenazah. Mudah-mudahan saja Ibu dapat mengenalinya. Tolong beri kami satu clue saja, Bu." Elang mensejajari langkah Ochi di sebelah kiri, sedangkan Badai di sebelah kanannya. Dalam diam mencoba memberi kekuatan dalam genggaman tangannya.

    Last Updated : 2021-08-19
  • Misteri Cinta   Chapter 13

    "Ini ceritanya Bapak mau melamar saya atau bagaimana?" dengkus Ochi kesal."Ya kamu dong niatnya tadi bagaimana? Minta gaji saya setiap bulan 'kan? Ya kalau begitu konsekuensinya kamu harus mengurus kebutuhan lahir batin saya juga setiap bulannya? 'Kan semua uang saya, sudah saya alokasikan keseluruhannya buat kamu?" sahut Badai datar. Ochi melirik ke samping. Ia bingung dalam mengartikan. kata-kata Badai. Badai ini susah ditebak. Terlebih lagi air mukanya tidak membiaskan apapun yang ada dalam hatinya.Karena Ochi tidak menjawab, Badai mulai menekan persnelling dari posisi P ke posisi D. Mobil pun mulai kembali melaju membelah kepadatan lalu lintas di sore hari yang mendung itu.Penasaran, Badai melirik Ochi yang terdiam sambil memainkan tali tote bagnya. Gadis ini terlihat biasa- biasa saja setelah ditembak eh lebih tepatnya dibom oleh pernyataan seriusnya tadi. Tidak ada sedikitpun ta

    Last Updated : 2021-08-19
  • Misteri Cinta   Chapter 14

    "Jadi pada tanggal 20 Desember Anda sedang berada di mana Pak Singgih?" Elang Pamudya menumpangkan kedua tangannya ke paha. Sedangkan tubuhnya sedikit dicondongkan kearah Singgih dengan tatapan menyelidiknya. Elang memang terkenal dengan tatapan setajam elangnya. Kadang para pesakitan nyaris tidak kuasa untuk menatap matanya, apabila sedang berbohong."Saya ada di Fifth Avenue, Pak. Untuk membeli hadiah ulang tahun istri saya." Singgih masih berupaya mempertahankan alibi lamanya.Lo jual gue beli deh! Batin Elang."Benar begitu, Ibu Gendis?" Elang mengalihkan pandangan pada Gendis."Begitulah menurut pengakuan suami saya tercinta saat ini," sahut Bu Gendis kalem.Ibu Gendis menjawab singkat tetapi penuh dengan makna. Emak-emak kalau sudah dalam keadaan emosi, telur digenggaman pun bisa matang, terkena panasnya amarah."

    Last Updated : 2021-08-19
  • Misteri Cinta   Chapter 15

    "Dai, gue ada di Timor Kupang Pati 8-1-10. Satu Bandung Umar Solo berisi tiga puluh empat anak yang akan rekreasi, berangkat dari sekolah. Satu orang masih dalam keadaan 8-1-1. Semua organ dalam lenyap. Sayatan halus dan rapi khas JK. Gue butuh lo untuk memastikan jenis pisau dan sayatannya. Kita berhadapan dengan orang gila kedua setelah JK ini sepertinya, Dai. Orang ini pasti anak buahnya JK. Gila, sudah mati pun ternyata dia masih menyusahkan kita juga.""Gue penasaran dengan kasus ini. Bukannya gue bermaksud merebut lahan lo. Tapi gue merasa ini adalah sisa-sisa tugas gue yang masih ada buntutnya. Ini pertarungan gue, Lang. Kali ini gue yang akan turun. Gue yang akan mohon sendiri ke Timor Bandung Satu. Walaupun gue seharusnya nggak mengurusi hal-hal seperti ini lagi, tapi khusus kasus human trafficking dan penjualan organ tubuh ini, gue yang akan maju. Gue seperti punya hutang pribadi yang harus dituntaskan

    Last Updated : 2021-08-19

Latest chapter

  • Misteri Cinta   Extra part

    "Mas, nasib Rahayu bagaimana ini? Kasihan dia, Mas. Ayah kandung sudah lama meninggal. Ini ibu dan paman rasa ayahnya juga sudah tidak ada. Kasihan Ayu, Mas. Bisa tidak kita mengadopsinya?" Ochi merasa tidak tenang saat mengingat Rahayu Jaya Krisna, muridnya yang masih begitu kecil dan harus hidup sebatang kara karena semua keluarga nya semua tidak bersisa. Ochi masih teringat pada wajah imut yang menangis meraung-raung memanggil nama ayahnya saat JK di makamkan. Anak yang baru berusia lima tahun itu terlihat ketakutan dan kebingungan saat melihat ayahnya pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Bola matanya kosong dan ia juga tidak mau diajak berbicara. Walaupun JK memang bersalah, tapi bagi Ayu, ayahnya adalah segalanya. Ia ingat pembicaraan terakhirnya dengan muridnya itu di pemakaman. "Bu Guru, kenapa ayah Ayu di tembak? Ayah Ayu salah apa? Ayu sudah tidak punya ibu, sekarang Ayu juga sudah tidak punya ayah. Jadi Ayu hidup dengan siapa? Mengapa polisi-pol

  • Misteri Cinta   Epilog

    "Saya terima nikah dan kawinnya Oceania Samudra binti Darmawan Samudra dengan mas kawin 555 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Badai dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?"Tanya Pak Penghulu."SAHHHHH!!!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ochi untuk keluar dan duduk disamping suaminya. Setelah itu Ochie mencium punggung tangan Badai yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Pak Darmawan tampak mencium kening putri b

  • Misteri Cinta   Chapter 46(end)

    "Dapattt!!! Posisi terakhir mereka ada di perkebunan kelapa sawit kira-kira 14 kilometer dari sini. Kadang gue heran, si JK ini emang kelewat pinter sampai jadi bodoh atau emang bodoh yang kebetulan aja nasibnya beruntung?!!"Elang mengelus-elus dagunya. Ciri khas nya kalau sedang berfikir."Maksud lo?""Lah dia entah sengaja entah lupa tidak mematikan ponsel Ochi. Kan jadi terlalu mudah bagi kita untuk melacaknya.""Lo salah Lang. Dia bukan bodoh, tapi dia sengaja. Dia mau menancing kita kesana. Dia ingin menyiksa perasaan gue, batin gue, pikiran gue melalui satu hal, Ochie. Dia terlalu mengenal gue seperti juga gue terlalu mengenal dia. Dia ingin gue juga merasakan apa yang dia rasakan. Kehilangan orang tercinta, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa.Oke, mari kita ikuti semua keinginannya. Kita adu otak, adu taktik dan adu sabar aja. Kita lihat saja siapa yang membuat kesalahan dul

  • Misteri Cinta   Chapter 45

    Ochi memandangi jam dipergelangan tangan tangan kiri nya. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk menunggu kedatangan Badai. Urusan dengan KUA sudah selesai. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan Badai untuk mengambil pakaian yang akan digunakan untuk ijab kabul mereka besok pagi.Uang memang maha segala bila di gunakan untuk hal-hal yang mendesak seperti ini. Ibu Ajeng membayar mahal butik yang mendesign pakaian yang akan di kenakan oleh nya dan Badai karena semuanya di kerjakan hanya dalam kurun waktu lima hari!Menurut pemilik butik semua pekerjanya termasuk dirinya sendiri lembur sampai pagi, demi selesainya kebaya indah bertaburan batu swarovski itu. Makanya Ochi sudah tidak sabar untuk melihatnya.TINN!! TINN!!! TINN!!!Akhirnya yang di tunggu datang juga. Ochi yang sejak semalam memang menginap di rumah orang tuanya bergegas berdiri. Setelah menyalim tangan kedua orang tuanya, tubuh Ochi lang

  • Misteri Cinta   Chapter 44

    Ochi meringis saat merasa begitu tidak nyaman dengan keadaan dirinya sendiri. Tubuhnya yang memang sudah sakit-sakit akibat bom di Mapolres tadi, kini di tambah lagi dengan pegal-pegal dan rasa nyeri di pusat dirinya. Untuk menggerakkan tubuhnya saja rasanya Ochi kesusahan. Apalagi saat ingin berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Ochi merasa tubuh nya lengket oleh keringat nya yang telah bercampur dengan keringat Badai dan hal-hal lainnya. Sesuatu yang hangat terasa mengalir di paha bagian dalamnya dan terasa lengket. Sepertinya dia memang harus segera membersihkan dirinya.Ada butiran air bening yang mengaliri pipi mulusnya. Ochi kesakitan, sedih dan merana. Badai yang katanya mencintainya, kini malah dengan tega menodainya. Titik air mata Ochi yang mengalir pelan pelan, makin lama makin deras seiring isakan-isakan yang mulai terdengar disegenap penjuru kamar. Badai menghela nafas panjang. Tahu bahwa dia telah melak

  • Misteri Cinta   Chapter 43

    "Dai, Bu Ochi. Syukurlah kalian berdua selamat. Hebat lo Dai, main solo tapi berhasil mengevakuasi sebegitu banyaknya manusia dengan begitu cepat tanggap. Noh! Itu Pak Fatah ngeliatin adegan romantis sedih plus berdarah-darah kalian dari pinggir jalan. Gue nggak tahu juga sih maksud yang ada dihati dia itu apa. Ya kita kan juga udah pada tahu, dia itu makhluk species bunglon. Keberpihakannya tidak terduga dan bisa nemplok dimana aja.Tapi satu hal yang pasti, lo pasti bakal naik pangkat, Man!!! Selamat ya?!!"Elang menepuk-nepuk punggung Badai dengan keras. Salut dengan keberanian dan totalitas Badai terhadap tugas yang diembannya sebagai polisi pelindung masyarakat."By the way, koq lo bisa-bisanya sih buat adegan TOP GUN ala ala Tom Cruise and Kelly McGillis yang legendaris itu ditengah kekacauan begini? Kalau di film-film hollywood sana udah dibuat scene slowmotion dengan lat

  • Misteri Cinta   Chapter 42

    "Kenapa Ochi? Ochi?!! Kamu kenapa sih Sayang?"Badai heran saat melihat Ochi seperti orang ketakutan dan menatap ngeri pada sebuah kertas origami berbentuk burung. Origami berbentuk burung? Astaga!! Jangan-jangan?!!"Berikan origami itu, Ochi." Saat origami berpindah tangan, otak Badai langsung berpikir cepat. Ingatan photografinya langsung bekerja. Potongan kilasan-kilasan masa lalu mulai bermunculan di benaknya.Kalo suatu hari gue kesel sama senior-senior dan atasan-atasan songong ini, bakalan gue bom mereka ini semua pada saat lagi ngumpul rame-rame. Biar matinya berjamaah. Hahahaha...Gue benci banget tuh sama orang-orang TNI dan segala angkatannya. Seperti mereka saja yang bisa perang. Dari mulai doktrin Catur Dharma Eka Karma sampai doktrin Tri Dharma Eka Karma, kelakuan mereka semua itu sama saja. Asal ngomong pasti tugas merekalah yang paling mulia dibandingkan dengan kita. Karena mer

  • Misteri Cinta   Chapter 41

    "Lang, lo masih di mall kan sekarang?"Iya. Untung aja si Gading mempercayai kata-kata gue. Gila bener itu si Arini. Kalau bukan perempuan, udah gue ratain tuh mukanya!"Bagus deh. Lang, sekarang lo secepatnya kearah perempatan jalan dekat restaurant kakak ipar gue. Orlando diikuti OTK sejak dari parkiran mall."Ck! Lo lupa siapa Orlando? Mengendarai tank Leopard 2 dengan mesin twin turbo V12 MTU MB 873 Ka-501 seberat 62,3 ton aja dia khatam, apalagi cuma mobil doang. Berasa naik bom bom car aja dia itu, Bro. Santai aja nggak usah panik gitu."Kalau cuma Orlando didalam mobil itu nggak masalah, Kampret. Ada Ochi didalamnya dan... anak lo, Nuri."Bajiruttttt!!! Oke apa rencana lo! Cepetan!!! "Orlando akan berkendara ke a

  • Misteri Cinta   Chapter 40

    "Adek mau langsung pulang ya ini? Atau mau singgah ke mall dulu beli kado untuk acara ulang tahun murid adek tanggal 16 nanti?"Orlando menyetir dengar hati-hati. Walaupun dia sedang berbicara, tapi pandangannya tetap lurus kedepan, berkonsentrasi penuh dijalur lalu lintas. Memang lah Orlando ini polisi yang lurus selurus-lurusnya."Oh iya, ke mall depan dulu ya, Bang. Adek mau beli boneka buat Deasy sebentar."Tanggal 16 besok, anak didiknya ada yang berulang tahun disalah satu gerai makanan siap saji. Sebagai gurunya tentu saja Ochi diundang dan dia pasti akan datang. Daisy berkali-kali mengingatkannya untuk datang, karena nanti ada badut sulap katanya.Badai dan Elang hari ini sangat sibuk karena kantor mereka akan mengadakan acara tahunan HUT TNI. Aneh bukan acara HUT TNI tapi diadakan dikantor polisi? Ternyata acara seperti ini memang sengaja diadakan sebagai bentuk apresiasi sinergi

DMCA.com Protection Status