Ochi tiba di sekolah pukul 07.45 WIB. Masih ada sisa waktu lima belas menit lagi sebelum bell berbunyi. Ochi sebenarnya merasa risih sekali karena Lando terus saja mengikuti segala kegiatannya dalam diam. Rekan-rekan guru yang lain sudah tahu kalau Ochi sekarang dikawal karena menjadi seorang saksi kunci.
Masalahnya sekarang adalah, pengawalnya yang seganteng Orlando Bloom beneran ini membuat mereka semua menjadi tidak berkonsentrasi mengajar karena sibuk memodusi Lando dengan seribu satu alasan. Dari mulai meminta untuk sekedar wifie bersama, sampai ada yang dengan berani meminta nomor ponselnya. Tetapi tidak ada satu pun permintaan mereka yang digubris oleh Lando. Orlando ini memang benar-benar seorang raja tega.
"Selamat pagi calon istri. Sudah sarapan belum? Kalau belum, ini saya bawakan nasi goreng special. Mama sendiri lho yang memasaknya."
Ochi kaget saat masuk kedalam ruang guru sudah disambut oleh Raganda
"Sudah dong Pak Lando, tidak usah diulang-ulang lagi kejadiannya bisa tidak? Saya malu!!" Ochi dengan mata basah memelototi Orlando dengan kesal. Mana istri Elang sekarang ikut ngakak lagi."Maaf Bu Sean. Saya ditanya, jadi saya wajib menjawab pertanyaan atasan saya." Orlando menjawab kaku dengan posisi tubuh berdiri tegap ala militernya."Tapi kan tidak harus menjawabnya dengan kata-kata yang selugas itu? Bisa tidak kalau bahasanya di kondisikan?" Ochi masih ngotot menganggap kalau Orlando memang sengaja berniat untuk mempermalukannya."Saya belum menemukan sinonim kata alat kelamin selain peni*, Bu. Dan Saya memilih kata alat kelamin sebagai upaya agar lebih sopan untuk didengar. Apa Ibu lebih memilih saya untuk menggunakan opsi yang pertama?" Orlando memang berbicara dengan Ochi, tetapi pandangannya jauh kedepan menatap tembok.Ochi kali ini sudah tidak sanggup lagi untuk menjawab kata-kata Orl
Badai membaringkan tubuh Ochi yang pingsan di sofa panjang dan menaikkan kaki Ochi lebih tinggi sekitar 30 cm dari jantung. Cara ini akan mengembalikan aliran darahnya kembali ke otak."Lo berdua keluar dulu ya? Gue mau melonggarkan pakaian Ochi dulu biar lega." Badai bermaksud untuk membuka kemeja putih Ochi. Saking paniknya dia tidak berfikir bahwa dia belum boleh bertindak sejauh itu dengan Ochi yang belum menjadi siapa-siapanya." Maaf Pak KomJen. Apa tidak sebaiknya kita memanggil Bu Elang atau Mbok yang bekerja di rumah ini saja untuk menyalin pakaiannya Bu Sean?" Orlando tampak memandang tidak rela pada tangan Badai yang sedang berupaya untuk melepas kancing pertama kemeja Ochi."Anda ini siapa berani memerintah-merintah saya?" Badai langsung menyalak. "Saya ini polisi, sama seperti Bapak juga. Walaupun pangkat kita jauh berbeda.
"Ternyata memang benar-benar JK lah pelakunya. Saya sama sekali tidak menyangka, polisi yang dulunya begitu santun, taat dan berbakat seperti dia, bisa berubah sampai sejauh ini. Saya sungguh tidak habis pikir. Kalau dulu katakanlah itu semua demi biaya pengobatan ibunya, itu masih masuk akal. Dia terpaksa melakukannya walau pun itu tidak dibenarkan sama sekali. Tetapi sekarang untuk apa coba?"Timor Bandung I nya terlihat sangat kecewa. Badai mengerti, dulu atasannya ini sangat mengandalkan mereka bertiga. Dia, JK dan Elang memang menonjol dalam kesatuan mereka masing-masing. Mereka memiliki keistimewaan diatas rata-rata teman seangkatan mereka lainnya. Makanya prestasi mereka dengan cepat mengangkat sistem kepangkatan mereka dibanding rekan-rekan se letting nya."Tugas anda akan menjadi lebih berat lagi Pak Badai. Karena ini bisa dikatakan dengan kasus hantu yang hidup lagi. Disatu sisi kita harus mengungkapkan kebenara
Orlando terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Tetapi pendidikan di Diktuk telah membentuknya menjadi pribadi yang jujur dan taat pada perintah atasan. Bismillahirrahmanirrahim!"Ya, Pak Komjen. Saya masih mencintai Bu Sean hingga saat ini!"Badai mengepalkan kedua tangannya pada sisi tubuhnya. Sementara Elang menatap wajah Orlando seakan-akan dia memiliki tanduk di kepalanya. Gile bener ini AKBP, berani ngomong selugas dan setegas itu di depan hidung ini Badai puting beliung."Anda menganut prinsip sebelum janur kuning melengkung, Anda akan terus berjuang. Begitu maksud Anda AKBP Orlando?""Tidak Pak KomjenPol! Saya berprinsip selama namanya belum tertulis di batu nisan, selama itu juga saya akan berjuang!"Savagee! Kali ini Elang bahkan langsung menarik tubuh Badai yang seketika ingin menerjang ke arah Orlando. Kejujuran Orlando malah seperti bensin yang menyambar
Ochi berjalan dengan pikiran linglung. Semua kesadarannya lenyap diserap habis oleh ciuman dahsyat Badai di dalam ruangan Raga tadi. Ochi tidak menyangka bahwa dibalik sifat kaku militer Badai, ternyata ada darah panas yang tersimpan juga di sana. Bibir Ochi sampai terasa bengkak dan menebal karena di habisi dengan ganas tadi. Pacaran sembilan hari paling cuma dicium di kening dan pipi. Ini sekalinya dicium dibibir. Malah live show di depan orang lain. Pak Polisinya ini memang benar-benar sesuatu sekali."Kenapa kamu diam saja, sayang? Kurang ciumannya? Mau nambah lagi? Oke, sini." Badai menarik tubuh Ochi merapat pada dadanya saat mereka sudah sampai di tempat parkir."Udah dong Pak, malu!" Ochi menepis wajah Badai yang sudah mendekati wajahnya dan langsung saja masuk kedalam mobil."Malu kenapa?""Masih nanya lagi? Malu karena Bapak mencium saya dengan sepanas itu di hadapan orang lain.
"Ibu sehat Mas, tapi ayah sekarang duduk di kursi roda. Ayah mengalami kelumpuhan. Sekarang sih sudah mulai sering ikut terapi. Kalau sedang ada rezeki berlebih, batin Ochi. Mas Raka kenapa bisa ada di sini?" "Ya bisalah. Mas Raka kan suami saya!" Tari bangkit dari sofa dan menggelayuti lengan Raka. Tatapannya semakin tidak bersahabat saja kepada Ochi."Mas kenal sama guru TK ini? Kenal di mana, Mas? Udah lama kenalnya?" Tari tampak begitu penasaran melihat kedekatan suaminya dengan Ochi."Kenal sekali. Mas tetangga lama Ochi. Rumah kontrakan mas dulu satu dinding dengan rumah Ochi. Kami semua dekat sekali bagai keluarga sendiri. Apalagi di keluarga Pak Darmawan tidak ada laki-laki. Hanya beliau sendiri. Mas sudah dianggap beliau sebagai putra sendiri."Lo kenal sama Lando juga dong, Rak?" Kali ini Badai langsung siap siaga berdiri disamping Ochi. Dia tida
Ochi merasa banyak sekali suara-suara berdengung di sekitar kepalanya. Seperti ada beberapa orang yang sedang bercakap-cakap secara bersamaan. Ochi ingin sekali melihat siapa saja orang-orang itu. Ochi juga rasanya ingin sekali membuka matanya. Tetapi entah mengapa matanya amat sangat sulit untuk terbuka. Ochi mengerahkan seluruh kekuatannya, mencoba untuk bangun. Tetapi tetap saja dia tidak kuasa. Ochi seperti mendengar suara seseorang yang terus saja memanggil-manggil namanya. Dia mendengarnya. Tetapi dia tidak bisa untuk menjawabnya. Semua tubuhnya sakit dan kaku, Dia tidak bisa bergerak sama sekali."Guh, ini pacar gue kenapa nggak sadar-sadar sih? Kita bawa ke rumah sakit aja ya? Nanti kalau dia kenapa-kenapa gimana coba? Lo mau tanggung jawab?"Badai kesal sekali saat Dokter Teguh terlihat santai-santai saja sementara wajah Ochi sudah mulai membengkak dan memar-memar semua. Bibirnya luka-luka terkena bogem mentahnya. Hidungnya yang p
"Seperti nya lo dan team Combat 1 mulai mencampuri area gue dan Reinhard ya, Dai? Lo nggak ada kapok-kapoknya ya walau udah diperingatin sama Timor Bandung I?" Elang yang tidak suka kalau masalah pekerjaannya diintervensi mulai menyalak."Gue minta maaf ya, Lang. Masalahnya di sini, kasus lo kan menyangkut pacar gue juga. Gue mohon banget Lang, biar gue dan combat 1 membantu lo diam-diam. Nggak usah sampai atasan kita tahu. Gue nggak enak makan dan nggak nyenyak tidur sebelum pembunuh itu tertanggap dan kasus ini di nyatakan clear. Masalah JK atau bukan yang meneror Ochi dan Banyu, itu bukan masalah. Yang penting orang nya tertangkap. Tapi gue yakin 100 % kalau orang ini JK. Combat 1 tidak pernah asal dalam beroperasi. Gue udah mengantongi bukti. Gue mohon pengertian lo ya, Lang?"Elang berdecih. Si Badai ini kalau lagi ada maunya aja mulutnya manis banget kayak gula. Coba kalau nggak ada kepent
"Mas, nasib Rahayu bagaimana ini? Kasihan dia, Mas. Ayah kandung sudah lama meninggal. Ini ibu dan paman rasa ayahnya juga sudah tidak ada. Kasihan Ayu, Mas. Bisa tidak kita mengadopsinya?" Ochi merasa tidak tenang saat mengingat Rahayu Jaya Krisna, muridnya yang masih begitu kecil dan harus hidup sebatang kara karena semua keluarga nya semua tidak bersisa. Ochi masih teringat pada wajah imut yang menangis meraung-raung memanggil nama ayahnya saat JK di makamkan. Anak yang baru berusia lima tahun itu terlihat ketakutan dan kebingungan saat melihat ayahnya pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Bola matanya kosong dan ia juga tidak mau diajak berbicara. Walaupun JK memang bersalah, tapi bagi Ayu, ayahnya adalah segalanya. Ia ingat pembicaraan terakhirnya dengan muridnya itu di pemakaman. "Bu Guru, kenapa ayah Ayu di tembak? Ayah Ayu salah apa? Ayu sudah tidak punya ibu, sekarang Ayu juga sudah tidak punya ayah. Jadi Ayu hidup dengan siapa? Mengapa polisi-pol
"Saya terima nikah dan kawinnya Oceania Samudra binti Darmawan Samudra dengan mas kawin 555 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Badai dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?"Tanya Pak Penghulu."SAHHHHH!!!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ochi untuk keluar dan duduk disamping suaminya. Setelah itu Ochie mencium punggung tangan Badai yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Pak Darmawan tampak mencium kening putri b
"Dapattt!!! Posisi terakhir mereka ada di perkebunan kelapa sawit kira-kira 14 kilometer dari sini. Kadang gue heran, si JK ini emang kelewat pinter sampai jadi bodoh atau emang bodoh yang kebetulan aja nasibnya beruntung?!!"Elang mengelus-elus dagunya. Ciri khas nya kalau sedang berfikir."Maksud lo?""Lah dia entah sengaja entah lupa tidak mematikan ponsel Ochi. Kan jadi terlalu mudah bagi kita untuk melacaknya.""Lo salah Lang. Dia bukan bodoh, tapi dia sengaja. Dia mau menancing kita kesana. Dia ingin menyiksa perasaan gue, batin gue, pikiran gue melalui satu hal, Ochie. Dia terlalu mengenal gue seperti juga gue terlalu mengenal dia. Dia ingin gue juga merasakan apa yang dia rasakan. Kehilangan orang tercinta, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa.Oke, mari kita ikuti semua keinginannya. Kita adu otak, adu taktik dan adu sabar aja. Kita lihat saja siapa yang membuat kesalahan dul
Ochi memandangi jam dipergelangan tangan tangan kiri nya. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk menunggu kedatangan Badai. Urusan dengan KUA sudah selesai. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan Badai untuk mengambil pakaian yang akan digunakan untuk ijab kabul mereka besok pagi.Uang memang maha segala bila di gunakan untuk hal-hal yang mendesak seperti ini. Ibu Ajeng membayar mahal butik yang mendesign pakaian yang akan di kenakan oleh nya dan Badai karena semuanya di kerjakan hanya dalam kurun waktu lima hari!Menurut pemilik butik semua pekerjanya termasuk dirinya sendiri lembur sampai pagi, demi selesainya kebaya indah bertaburan batu swarovski itu. Makanya Ochi sudah tidak sabar untuk melihatnya.TINN!! TINN!!! TINN!!!Akhirnya yang di tunggu datang juga. Ochi yang sejak semalam memang menginap di rumah orang tuanya bergegas berdiri. Setelah menyalim tangan kedua orang tuanya, tubuh Ochi lang
Ochi meringis saat merasa begitu tidak nyaman dengan keadaan dirinya sendiri. Tubuhnya yang memang sudah sakit-sakit akibat bom di Mapolres tadi, kini di tambah lagi dengan pegal-pegal dan rasa nyeri di pusat dirinya. Untuk menggerakkan tubuhnya saja rasanya Ochi kesusahan. Apalagi saat ingin berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Ochi merasa tubuh nya lengket oleh keringat nya yang telah bercampur dengan keringat Badai dan hal-hal lainnya. Sesuatu yang hangat terasa mengalir di paha bagian dalamnya dan terasa lengket. Sepertinya dia memang harus segera membersihkan dirinya.Ada butiran air bening yang mengaliri pipi mulusnya. Ochi kesakitan, sedih dan merana. Badai yang katanya mencintainya, kini malah dengan tega menodainya. Titik air mata Ochi yang mengalir pelan pelan, makin lama makin deras seiring isakan-isakan yang mulai terdengar disegenap penjuru kamar. Badai menghela nafas panjang. Tahu bahwa dia telah melak
"Dai, Bu Ochi. Syukurlah kalian berdua selamat. Hebat lo Dai, main solo tapi berhasil mengevakuasi sebegitu banyaknya manusia dengan begitu cepat tanggap. Noh! Itu Pak Fatah ngeliatin adegan romantis sedih plus berdarah-darah kalian dari pinggir jalan. Gue nggak tahu juga sih maksud yang ada dihati dia itu apa. Ya kita kan juga udah pada tahu, dia itu makhluk species bunglon. Keberpihakannya tidak terduga dan bisa nemplok dimana aja.Tapi satu hal yang pasti, lo pasti bakal naik pangkat, Man!!! Selamat ya?!!"Elang menepuk-nepuk punggung Badai dengan keras. Salut dengan keberanian dan totalitas Badai terhadap tugas yang diembannya sebagai polisi pelindung masyarakat."By the way, koq lo bisa-bisanya sih buat adegan TOP GUN ala ala Tom Cruise and Kelly McGillis yang legendaris itu ditengah kekacauan begini? Kalau di film-film hollywood sana udah dibuat scene slowmotion dengan lat
"Kenapa Ochi? Ochi?!! Kamu kenapa sih Sayang?"Badai heran saat melihat Ochi seperti orang ketakutan dan menatap ngeri pada sebuah kertas origami berbentuk burung. Origami berbentuk burung? Astaga!! Jangan-jangan?!!"Berikan origami itu, Ochi." Saat origami berpindah tangan, otak Badai langsung berpikir cepat. Ingatan photografinya langsung bekerja. Potongan kilasan-kilasan masa lalu mulai bermunculan di benaknya.Kalo suatu hari gue kesel sama senior-senior dan atasan-atasan songong ini, bakalan gue bom mereka ini semua pada saat lagi ngumpul rame-rame. Biar matinya berjamaah. Hahahaha...Gue benci banget tuh sama orang-orang TNI dan segala angkatannya. Seperti mereka saja yang bisa perang. Dari mulai doktrin Catur Dharma Eka Karma sampai doktrin Tri Dharma Eka Karma, kelakuan mereka semua itu sama saja. Asal ngomong pasti tugas merekalah yang paling mulia dibandingkan dengan kita. Karena mer
"Lang, lo masih di mall kan sekarang?"Iya. Untung aja si Gading mempercayai kata-kata gue. Gila bener itu si Arini. Kalau bukan perempuan, udah gue ratain tuh mukanya!"Bagus deh. Lang, sekarang lo secepatnya kearah perempatan jalan dekat restaurant kakak ipar gue. Orlando diikuti OTK sejak dari parkiran mall."Ck! Lo lupa siapa Orlando? Mengendarai tank Leopard 2 dengan mesin twin turbo V12 MTU MB 873 Ka-501 seberat 62,3 ton aja dia khatam, apalagi cuma mobil doang. Berasa naik bom bom car aja dia itu, Bro. Santai aja nggak usah panik gitu."Kalau cuma Orlando didalam mobil itu nggak masalah, Kampret. Ada Ochi didalamnya dan... anak lo, Nuri."Bajiruttttt!!! Oke apa rencana lo! Cepetan!!! "Orlando akan berkendara ke a
"Adek mau langsung pulang ya ini? Atau mau singgah ke mall dulu beli kado untuk acara ulang tahun murid adek tanggal 16 nanti?"Orlando menyetir dengar hati-hati. Walaupun dia sedang berbicara, tapi pandangannya tetap lurus kedepan, berkonsentrasi penuh dijalur lalu lintas. Memang lah Orlando ini polisi yang lurus selurus-lurusnya."Oh iya, ke mall depan dulu ya, Bang. Adek mau beli boneka buat Deasy sebentar."Tanggal 16 besok, anak didiknya ada yang berulang tahun disalah satu gerai makanan siap saji. Sebagai gurunya tentu saja Ochi diundang dan dia pasti akan datang. Daisy berkali-kali mengingatkannya untuk datang, karena nanti ada badut sulap katanya.Badai dan Elang hari ini sangat sibuk karena kantor mereka akan mengadakan acara tahunan HUT TNI. Aneh bukan acara HUT TNI tapi diadakan dikantor polisi? Ternyata acara seperti ini memang sengaja diadakan sebagai bentuk apresiasi sinergi