"Ibu sehat Mas, tapi ayah sekarang duduk di kursi roda. Ayah mengalami kelumpuhan. Sekarang sih sudah mulai sering ikut terapi. Kalau sedang ada rezeki berlebih, batin Ochi. Mas Raka kenapa bisa ada di sini?"
"Mas kenal sama guru TK ini? Kenal di mana, Mas? Udah lama kenalnya?" Tari tampak begitu penasaran melihat kedekatan suaminya dengan Ochi.
"Kenal sekali. Mas tetangga lama Ochi. Rumah kontrakan mas dulu satu dinding dengan rumah Ochi. Kami semua dekat sekali bagai keluarga sendiri. Apalagi di keluarga Pak Darmawan tidak ada laki-laki. Hanya beliau sendiri. Mas sudah dianggap beliau sebagai putra sendiri.
"Lo kenal sama Lando juga dong, Rak?" Kali ini Badai langsung siap siaga berdiri disamping Ochi. Dia tida
Ochi merasa banyak sekali suara-suara berdengung di sekitar kepalanya. Seperti ada beberapa orang yang sedang bercakap-cakap secara bersamaan. Ochi ingin sekali melihat siapa saja orang-orang itu. Ochi juga rasanya ingin sekali membuka matanya. Tetapi entah mengapa matanya amat sangat sulit untuk terbuka. Ochi mengerahkan seluruh kekuatannya, mencoba untuk bangun. Tetapi tetap saja dia tidak kuasa. Ochi seperti mendengar suara seseorang yang terus saja memanggil-manggil namanya. Dia mendengarnya. Tetapi dia tidak bisa untuk menjawabnya. Semua tubuhnya sakit dan kaku, Dia tidak bisa bergerak sama sekali."Guh, ini pacar gue kenapa nggak sadar-sadar sih? Kita bawa ke rumah sakit aja ya? Nanti kalau dia kenapa-kenapa gimana coba? Lo mau tanggung jawab?"Badai kesal sekali saat Dokter Teguh terlihat santai-santai saja sementara wajah Ochi sudah mulai membengkak dan memar-memar semua. Bibirnya luka-luka terkena bogem mentahnya. Hidungnya yang p
"Seperti nya lo dan team Combat 1 mulai mencampuri area gue dan Reinhard ya, Dai? Lo nggak ada kapok-kapoknya ya walau udah diperingatin sama Timor Bandung I?" Elang yang tidak suka kalau masalah pekerjaannya diintervensi mulai menyalak."Gue minta maaf ya, Lang. Masalahnya di sini, kasus lo kan menyangkut pacar gue juga. Gue mohon banget Lang, biar gue dan combat 1 membantu lo diam-diam. Nggak usah sampai atasan kita tahu. Gue nggak enak makan dan nggak nyenyak tidur sebelum pembunuh itu tertanggap dan kasus ini di nyatakan clear. Masalah JK atau bukan yang meneror Ochi dan Banyu, itu bukan masalah. Yang penting orang nya tertangkap. Tapi gue yakin 100 % kalau orang ini JK. Combat 1 tidak pernah asal dalam beroperasi. Gue udah mengantongi bukti. Gue mohon pengertian lo ya, Lang?"Elang berdecih. Si Badai ini kalau lagi ada maunya aja mulutnya manis banget kayak gula. Coba kalau nggak ada kepent
"Coba ceritakan lebih banyak lagi tentang JK ini, Pak." Ochi memejamkan matanya. Dia mencoba berkonsentrasi mengingat tatapan itu. Wajahnya Ochi yakin dia tidak familiar. Tetapi tatapannya Ochi yakin, sepertinya dia pernah melihatnya."JK berpostur tinggi dan ramping. Sekitar 185 cm dengan berat sekitar 88 kg. Dia ehm sangat tampan sehingga sangat banyak wanita yang menggilainya baik wanita dari latar belakang militer mau pun sipil.""Pantes sih. Ganteng banget mirip Nick Bateman, gitu." Ochi tidak sadar kalau dia sudah menyuarakan kata hatinya sendiri."Saya menyuruh kamu untuk mencoba mengingat dimana kamu mengenalnya, Sayang. Bukannya menyuruhmu untuk mengagumi ketampanannya. Paham Ochi?"Badai lama-lama bisa kena sakit liver gara-gara terus saja makan hati seharian ini. Ochi hanya mengangkat tangannya membentuk huruf V dengan maksud mengatakan peace pada Badai yang seharian ini uring-
Tok! Tok! Tok"Mbak Ochi, ada pak polisi tuh di ruang tamu. Mau ketemu sama mbak katanya." Suara Mbok Tatik samar-samar terdengar oleh Ochi yang masih ada didalam kamar mandi."Bilang saja saya masih tidur ya, Mbok. Saya lagi malas bertemu dengan beliau."Ochi yang masih menghanduki tubuhnya dari tetes-tetes air di kamar mandi menyahuti kata-kata Mbok Tatik dengan suara sedikit keras agar didengar oleh siMbok di luar sana. Sudah tiga hari ini dia menghindari Badai. Kata-katanya waktu itu amat sangat menohok harga dirinya. Pasti dimatanya Ochi juga sama materialistisnya dengan ibunya. Walaupun Ochi harus mengakui apa yang dikatakan Badai itu benar. Ibunya memang suka laki-laki berharta. Tetapi entah mengapa mendengarnya langsung dari mulut Badai, membuat rasa sakitnya beda. Mungkin karena dia sudah mulai main rasa dalam hatinya."SiMbok nggak berani membohongi polisi e Mbak. Nanti siMbok b
Cklek!Walaupun rasanya Ochi ingin mendem saja seharian dikamar karena malu luar biasa, tetapi dia tahu kewajibannya sebagai warga negara harus dilaksanakannya juga. Di ruang tamu duduk Elang dan Badai yang memang sedang menunggunya. Seketika saja wajah Ochi memerah hingga ke telinga-telinganya saat bersirobok pandang dengan Elang. Ochi dengan cepat kembali menundukkan wajahnya. Lidahnya mendadak kelu, tidak tahu harus mengatakan apa pada Elang."Sini Sayang. Badai dengan santai memanggil Ochi sambil menepuk-nepuk sofa disampingnya. Mengisyaratkan agar Ochi duduk disana. Heran ya, Badai kenapa tidak ada malunya setelah mereka berdua baru saja tercyduk? Padahal Ochi sudah gemetaran takut dimarahi oleh Elang. Bagaimanapun Elang adalah orang yang bertanggung jawab atas dirinya dirumah ini."Ibu Oceania. Saya yakin Anda sudah dewasa dan tahu mana hal yang baik dan mana yang buruk. Saya bukanlah orang
"Bisa dijelaskan secara lebih spesifik lagi Bu Oceania?" Kali ini Diego lah yang bersuara. Pak polisi ini mulai mengeluarkan kertas khusus untuk menggambar sketsa wajah berikut pensil nya."Sebentar. Saya harus berkonsentrasi terlebih dahulu untuk mengingat-ingat detail wajah Pak JK."Ochi mulai memejamkan matanya. Mengeluarkan nafasnya dari hidung dan mengeluarkannya perlahan-lahan melalui mulutnya. Ini adalah ciri khas Ochi jika dia ingin berkonsentrasi untuk mengingat-ingat ataupun untuk meredakan emosinya. Cara ini biasanya sangat efektif baginya."JK mempunyai alis mata lebat yang hampir menyatu di tengah. Bola matanya abu-abu gelap. Tatapan matanya begitu tajam. Sangat mengintimidasi. Hidungnya lurus dan mancung sekali."Ochi terdiam sejenak. Mencoba untuk lebih berkonsentrasi dalam mengingat. Dia bahkan kini sudah menggigit-gigit bibir bawahnya. Terus mencoba berfikir keras mengingat kelebatan detai
"Hallo Danti, file yang kemarin Gue kirim udah masuk kan ke ponsel lo?"Udah sepupu ganteng. Udah lengkap semuanya di ponsel gue. Makasih banget ya lo udah berhasil main detektif-detektif an."Kita memang harus bersatu padu untuk mencampakkan guru pelakor itu dari gebetan kita masing-masing. By the way, lo koq nggak bergerak bergerak sih? Keburu makin cinta nanti gebetan kita masing-masing sama itu si guru culun."Begini ini nih sikap lo yang nggak bisa menangin hati Raga dari zaman kuliahan dulu. Menghadapi laki-laki itu harus pake tak tik, Sis. Bukan pake emosi. Kita ikutin alur aja dulu, jangan buru-buru. Nih gue kasih tau ya Gin, laki-laki itu seberapa pun brengseknya mereka, ujung-ujungnya pasti mereka tetap akan mencari wanita baik-baik untuk menjadi ibu dari anak-anaknya. Kalau kita bersikap beringas
"Lho ada pak polisi juga ada disini? Silahkan duduk, Pak. Mau dipesankan apa? Kopi atau teh?" Pak Darmawan yang telah selesai menjalani terapi merasa senang melihat Badai ada diantara anaknya dan Raga."Tidak usah repot-repot Pak Darmawan, nanti biar saya pesan sendiri." Badai sedikit menundukkan kepalanya pada ayah Ochi."Ayo Ochi, itu calon suami mu disuruh duduk dulu."Bu Ranti menunjuk dua buah kursi kosong yang memang sepertinya disiapkannya untuk tempat duduk Ochi dan Raga."Ayo Pak, duduk disini." Ochi menarik lengan Badai dan mendudukkannya disamping nya."Lho Ochi, ibu menyiapkan kursi itu khusus untuk calon suamimu. Bukan untuk bapak polisi ini!" Bu Ranti mulai memperlihatkan raut wajah tidak suka."Ya berarti sudah benar dong Bu kursinya. Pak Polisi Badai Putra Alam inilah calon suami Ochi Bu, Yah."Ochi menjawab tegas. Tetapi tidak urung suaran
"Mas, nasib Rahayu bagaimana ini? Kasihan dia, Mas. Ayah kandung sudah lama meninggal. Ini ibu dan paman rasa ayahnya juga sudah tidak ada. Kasihan Ayu, Mas. Bisa tidak kita mengadopsinya?" Ochi merasa tidak tenang saat mengingat Rahayu Jaya Krisna, muridnya yang masih begitu kecil dan harus hidup sebatang kara karena semua keluarga nya semua tidak bersisa. Ochi masih teringat pada wajah imut yang menangis meraung-raung memanggil nama ayahnya saat JK di makamkan. Anak yang baru berusia lima tahun itu terlihat ketakutan dan kebingungan saat melihat ayahnya pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Bola matanya kosong dan ia juga tidak mau diajak berbicara. Walaupun JK memang bersalah, tapi bagi Ayu, ayahnya adalah segalanya. Ia ingat pembicaraan terakhirnya dengan muridnya itu di pemakaman. "Bu Guru, kenapa ayah Ayu di tembak? Ayah Ayu salah apa? Ayu sudah tidak punya ibu, sekarang Ayu juga sudah tidak punya ayah. Jadi Ayu hidup dengan siapa? Mengapa polisi-pol
"Saya terima nikah dan kawinnya Oceania Samudra binti Darmawan Samudra dengan mas kawin 555 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Badai dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?"Tanya Pak Penghulu."SAHHHHH!!!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ochi untuk keluar dan duduk disamping suaminya. Setelah itu Ochie mencium punggung tangan Badai yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Pak Darmawan tampak mencium kening putri b
"Dapattt!!! Posisi terakhir mereka ada di perkebunan kelapa sawit kira-kira 14 kilometer dari sini. Kadang gue heran, si JK ini emang kelewat pinter sampai jadi bodoh atau emang bodoh yang kebetulan aja nasibnya beruntung?!!"Elang mengelus-elus dagunya. Ciri khas nya kalau sedang berfikir."Maksud lo?""Lah dia entah sengaja entah lupa tidak mematikan ponsel Ochi. Kan jadi terlalu mudah bagi kita untuk melacaknya.""Lo salah Lang. Dia bukan bodoh, tapi dia sengaja. Dia mau menancing kita kesana. Dia ingin menyiksa perasaan gue, batin gue, pikiran gue melalui satu hal, Ochie. Dia terlalu mengenal gue seperti juga gue terlalu mengenal dia. Dia ingin gue juga merasakan apa yang dia rasakan. Kehilangan orang tercinta, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa.Oke, mari kita ikuti semua keinginannya. Kita adu otak, adu taktik dan adu sabar aja. Kita lihat saja siapa yang membuat kesalahan dul
Ochi memandangi jam dipergelangan tangan tangan kiri nya. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk menunggu kedatangan Badai. Urusan dengan KUA sudah selesai. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan Badai untuk mengambil pakaian yang akan digunakan untuk ijab kabul mereka besok pagi.Uang memang maha segala bila di gunakan untuk hal-hal yang mendesak seperti ini. Ibu Ajeng membayar mahal butik yang mendesign pakaian yang akan di kenakan oleh nya dan Badai karena semuanya di kerjakan hanya dalam kurun waktu lima hari!Menurut pemilik butik semua pekerjanya termasuk dirinya sendiri lembur sampai pagi, demi selesainya kebaya indah bertaburan batu swarovski itu. Makanya Ochi sudah tidak sabar untuk melihatnya.TINN!! TINN!!! TINN!!!Akhirnya yang di tunggu datang juga. Ochi yang sejak semalam memang menginap di rumah orang tuanya bergegas berdiri. Setelah menyalim tangan kedua orang tuanya, tubuh Ochi lang
Ochi meringis saat merasa begitu tidak nyaman dengan keadaan dirinya sendiri. Tubuhnya yang memang sudah sakit-sakit akibat bom di Mapolres tadi, kini di tambah lagi dengan pegal-pegal dan rasa nyeri di pusat dirinya. Untuk menggerakkan tubuhnya saja rasanya Ochi kesusahan. Apalagi saat ingin berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Ochi merasa tubuh nya lengket oleh keringat nya yang telah bercampur dengan keringat Badai dan hal-hal lainnya. Sesuatu yang hangat terasa mengalir di paha bagian dalamnya dan terasa lengket. Sepertinya dia memang harus segera membersihkan dirinya.Ada butiran air bening yang mengaliri pipi mulusnya. Ochi kesakitan, sedih dan merana. Badai yang katanya mencintainya, kini malah dengan tega menodainya. Titik air mata Ochi yang mengalir pelan pelan, makin lama makin deras seiring isakan-isakan yang mulai terdengar disegenap penjuru kamar. Badai menghela nafas panjang. Tahu bahwa dia telah melak
"Dai, Bu Ochi. Syukurlah kalian berdua selamat. Hebat lo Dai, main solo tapi berhasil mengevakuasi sebegitu banyaknya manusia dengan begitu cepat tanggap. Noh! Itu Pak Fatah ngeliatin adegan romantis sedih plus berdarah-darah kalian dari pinggir jalan. Gue nggak tahu juga sih maksud yang ada dihati dia itu apa. Ya kita kan juga udah pada tahu, dia itu makhluk species bunglon. Keberpihakannya tidak terduga dan bisa nemplok dimana aja.Tapi satu hal yang pasti, lo pasti bakal naik pangkat, Man!!! Selamat ya?!!"Elang menepuk-nepuk punggung Badai dengan keras. Salut dengan keberanian dan totalitas Badai terhadap tugas yang diembannya sebagai polisi pelindung masyarakat."By the way, koq lo bisa-bisanya sih buat adegan TOP GUN ala ala Tom Cruise and Kelly McGillis yang legendaris itu ditengah kekacauan begini? Kalau di film-film hollywood sana udah dibuat scene slowmotion dengan lat
"Kenapa Ochi? Ochi?!! Kamu kenapa sih Sayang?"Badai heran saat melihat Ochi seperti orang ketakutan dan menatap ngeri pada sebuah kertas origami berbentuk burung. Origami berbentuk burung? Astaga!! Jangan-jangan?!!"Berikan origami itu, Ochi." Saat origami berpindah tangan, otak Badai langsung berpikir cepat. Ingatan photografinya langsung bekerja. Potongan kilasan-kilasan masa lalu mulai bermunculan di benaknya.Kalo suatu hari gue kesel sama senior-senior dan atasan-atasan songong ini, bakalan gue bom mereka ini semua pada saat lagi ngumpul rame-rame. Biar matinya berjamaah. Hahahaha...Gue benci banget tuh sama orang-orang TNI dan segala angkatannya. Seperti mereka saja yang bisa perang. Dari mulai doktrin Catur Dharma Eka Karma sampai doktrin Tri Dharma Eka Karma, kelakuan mereka semua itu sama saja. Asal ngomong pasti tugas merekalah yang paling mulia dibandingkan dengan kita. Karena mer
"Lang, lo masih di mall kan sekarang?"Iya. Untung aja si Gading mempercayai kata-kata gue. Gila bener itu si Arini. Kalau bukan perempuan, udah gue ratain tuh mukanya!"Bagus deh. Lang, sekarang lo secepatnya kearah perempatan jalan dekat restaurant kakak ipar gue. Orlando diikuti OTK sejak dari parkiran mall."Ck! Lo lupa siapa Orlando? Mengendarai tank Leopard 2 dengan mesin twin turbo V12 MTU MB 873 Ka-501 seberat 62,3 ton aja dia khatam, apalagi cuma mobil doang. Berasa naik bom bom car aja dia itu, Bro. Santai aja nggak usah panik gitu."Kalau cuma Orlando didalam mobil itu nggak masalah, Kampret. Ada Ochi didalamnya dan... anak lo, Nuri."Bajiruttttt!!! Oke apa rencana lo! Cepetan!!! "Orlando akan berkendara ke a
"Adek mau langsung pulang ya ini? Atau mau singgah ke mall dulu beli kado untuk acara ulang tahun murid adek tanggal 16 nanti?"Orlando menyetir dengar hati-hati. Walaupun dia sedang berbicara, tapi pandangannya tetap lurus kedepan, berkonsentrasi penuh dijalur lalu lintas. Memang lah Orlando ini polisi yang lurus selurus-lurusnya."Oh iya, ke mall depan dulu ya, Bang. Adek mau beli boneka buat Deasy sebentar."Tanggal 16 besok, anak didiknya ada yang berulang tahun disalah satu gerai makanan siap saji. Sebagai gurunya tentu saja Ochi diundang dan dia pasti akan datang. Daisy berkali-kali mengingatkannya untuk datang, karena nanti ada badut sulap katanya.Badai dan Elang hari ini sangat sibuk karena kantor mereka akan mengadakan acara tahunan HUT TNI. Aneh bukan acara HUT TNI tapi diadakan dikantor polisi? Ternyata acara seperti ini memang sengaja diadakan sebagai bentuk apresiasi sinergi