Beranda / Thriller / Misteri Asmara Bella / 22. Pesan Tersirat

Share

22. Pesan Tersirat

Penulis: Ervin Warda
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-02 19:59:55

Gerakan tangan Luna yang akan membuka pintu mobil terhenti saat matanya tidak sengaja melihat ke seberang jalan. Dia memaksa otak kecilnya untuk berpikir, berusaha mengingat siapa laki-laki yang tengah menatapnya itu.

"Lo yakin pernah mencium aroma itu?" tanya Maya entah yang ke berapa kali. Rasa penasarannya menggebu-gebu. Pasalnya Bella tidak terlalu suka parfum, tetapi tadi tiba-tiba berkata bahwa aroma itu tidak asing.

Galih memasukkan tangannya ke saku celana. Tatapannya tidak lepas dari wajah Bella. "Coba lo ingat-ingat lagi. Di mana dan siapa yang pakai parfum kayak tadi."

"Sayangnya gue lupa. Gue sama sekali enggak ingat, tetapi gue benar-benar enggak asing sama aromanya," ungkap Bella menggaruk pelipisnya kesal.

"Yaudah kalau enggak ingat, mau gimana lagi. Lebih baik sekarang kita pulang aja dulu. Untuk masalah Iko kita lanjut nanti kalau udah istirahat." Davin membuka suara saat melihat Maya

Ervin Warda

Happy reading ❤️ Kira-kira siapa ya yang dimaksud Beni?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Misteri Asmara Bella   23. Hukuman

    Mendengar ucapan Davin, sontak ketiga sahabatnya mengikuti arah pandangnya. Matanya membulat sempurna dengan tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering. Kecuali Galih yang memang sudah tahu. Perlahan Maya menoleh ke arah Bella dengan wajah khawatirnya. "Bel, gimana?" Bella tersadar dan langsung menormalkan raut wajahnya. Senyum manis terukir di wajah cantiknya. Berharap bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa khawatir sahabatnya. "Enggak papa, May. Gue pasti baik-baik aja. Semarah-marahnya orang tua gue, mereka enggak mungkin melakukan kekerasan," ucap Bella memenangkan. Mobil berhenti di depan gerbang rumah Bella, tepat di samping pria paruh baya yang memasang wajah datar dengan tatapan tajam. "Kabur aja yuk! Gue ngeri lihat tatapannya," ajak Luna cemas. Davin membalikkan badannya ke belakang. Tatapan teduh yang memancarkan kekhawatiran dia lemparkan kepada Bella. Senyum Bella semakin mengembang. Dia menatap sahabatnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Misteri Asmara Bella   24. Mencurigai Beni

    "Davin?" Mata Bella membulat sempurna saat melihat sahabatnya berada di balkon kamarnya. Dengan tergesa-gesa Bella membuka pintu balkonnya dan melangkah mendekati Davin. Sebelum kembali menutup pintunya, dia menengok ke belakang untuk memastikan kalau pintu kamarnya masih terkunci. "Lo ngapain di sini?" tanya Bella dengan suara sepelan mungkin. "Gue khawatir sama lo. Apalagi tadi bokap lo kayak yang marah banget," jawab Davin dengan suara yang tidak kalah pelan. Bella mengintip ke dalam kamarnya lalu menarik Davin untuk sedikit jauh dari tembok pembatas. "Astaga, Davin. Sekarang udah jaman modern, lo 'kan bisa chat atau telfon gue," ujar Bella menggeleng tidak percaya. Sumpah demi apa pun, saat ini jantungnya berdebar kencang. Bahkan tangannya sudah berkeringat dingin sangking takutnya. Nyali Davin patut diacungi jempol. Sudah tahu papa Dion sedang marah, tetapi masih nekat memanjat balkon. Astaga! "Gue enggak tenang kalau engg

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Misteri Asmara Bella   25. Pingsan

    Dengan langkah pelan tanpa menimbulkan suara orang bertopeng keluar dari ruangan. Rahangnya mengeras. Siapa yang telah berani menganggu kesenangannya? Dia harus musnah. Ya, karena selama ini tidak ada orang yang berani mendekati tempatnya. Baru sekarang dan parahnya lagi seorang perempuan. Sangat terdengar jelas dari suaranya. "Woi, lo hantu ya? Kok udah enggak ketawa lagi?" tanya orang dari luar. Lebih tepatnya di samping jendela ruangan, tempat orang bertopeng tadi. Tanpa takut dia mendekatkan wajahnya pada jendela, berusaha mengintip ke dalam ruangan. "Gelap banget, enggak ke-" Brak! Perkataannya seketika terhenti dengan tubuh yang mendadak kaku. Sebuah batu melayang tepat di dinding sebelahnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Alarm bahaya di otaknya berbunyi, menyuruhnya untuk segera pergi dari sini. Namun apalah daya, kaki dan seluruh tubuhnya seakan mati ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Misteri Asmara Bella   26. Mendatangi Rumah Mereka

    Kening Bella dan Davin tampak mengernyit. Terlihat jelas bahwa keduanya sedang dilanda kebingungan. "Maksudnya Luna bukan pingsan di sini apa ya, Tan? Cerita detailnya gimana? Soalnya otak Bella panas nih." Bella meringis tidak enak membuat Mami Lila terkekeh kecil. "Tadi, waktu tante lagi arisan tiba-tiba dapat telepon dari bibi dan bilang kalau Luna pingsan. Tante panik dong, karena 'kan anak tante ini jarang sakit apalagi sampai pingsan. Tante takut dia sakit parah kayak di film-film gitu, makanya tante langsung telepon dokter," jelas Mami Lila penuh semangat. Sebisa mungkin Davin dan Bella menahan tawa melihat ekspresi dan cara bicara dari ibu sahabatnya itu. Luna adalah duplikat Mami Lila. Selalu semangat dan ceria. "Terus dokternya bilang, Luna cuma shock. Tante lega luar biasa, karena Luna enggak sakit parah apalagi sampai meninggal." Mami Lila mengambil napas sejenak. "Waktu tante tanya ke bibi, katanya, Luna ditemuin pingsan di dekat pembuang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • Misteri Asmara Bella   27. Anak Pak Wiyo?

    Davin mengangguk kecil mengiyakan saran Galih. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat rumah mana yang gerbangnya buka. Namun nihil, semuanya tertutup rapat. Bahkan tidak ada satu orang pun yang berkeliaran. "Di sini sepi banget sih, kayak komplek kosong," gumam Davin pelan tetapi masih dapat didengar yang lain. Maya ikut melihat sekitar. Di dalam hatinya dia mengiyakan perkataan Davin. Semakin lama di sini dia semakin merasa tidak nyaman. "Galih, lo ngapain? Kalau ada yang lihat entar kita dikira mau maling," celetuk Bella yang sedari tadi melihat Galih berkutat dengan gembok. Galih menoleh kemudian mengangkat tangannya yang memegang gembok. "Anjir, lo ngapain? Galih, kenapa lo copot itu gemboknya? Astaga, nanti kalau yang punya rumah tau bisa mampus kita!" seru Bella heboh membuat Davin dan Maya menoleh. Keduanya melongo tidak percaya. Bahkan matanya sudah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-22
  • Misteri Asmara Bella   28. Fakta Pertama

    Melihat wajah Bella yang seakan bertanya siapa dirinya membuat laki-laki tersebut tersenyum tipis. "Kamu lupa sama aku?" "Ha? Em, maaf, apa kita pernah ketemu?" tanya Bella hati-hati. Pandangannya tidak lepas dari wajah tampan laki-laki di depannya. Berusaha mengingat apakah mereka saling kenal atau pernah bertemu, sampai laki-laki tersebut bertanya seperti itu. Namun nihil, Bella sama sekali tidak ingat. Bahkan dia merasa ini pertama kalinya mereka bertemu. "Ah, ternyata kamu sudah lupa. Enggak papa, enggak usah dipikirin. Sekarang kita kenalan aja," ucap laki-laki tersebut menyodorkan tangannya ke hadapan Bella. "Aku Gery." Bella menatap wajah dan tangan berurat laki-laki yang bernama Gery itu bergantian. Perlahan dia menjabat tangan Gery dengan diiringi senyum manisnya. "Gue Bella," balas Bella ceria. Senyum Bella menular kepada Gery. Dia merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Misteri Asmara Bella   29. Iko dan Bima

    Mereka masih terdiam, berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan Bundanya Iko. Sedangkan Bella berpindah tempat ke samping Bunda Ina saat melihat wanita paruh baya tersebut semakin terisak. Tangannya bergerak pelan mengusap punggung Bunda Ina, berharap bisa membuatnya tenang. "Saya ... saya tidak sanggup hidup tanpa Iko. Dia anak saya satu-satunya," ucap Bunda Ina menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tangisnya semakin keras, terdengar begitu pilu membuat hati mereka yang mendengarnya terasa sesak. "Tante, tenang. Ikhlasin Iko supaya dia bisa pergi dengan tenang," tutur Bella dengan suara bergetar menahan tangis. Bella saja yang hanya seorang teman tanpa pernah bertemu merasa sakit hati, apalagi Bunda Ina yang merupakan Ibunya. Terlebih lagi Iko anak tunggal. Hati orang tua mana yang tidak hancur? "Tante, apa Iko pernah cerita kalau punya musuh?" tanya Galih tiba-tiba yang mendapat tatapan tajam dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Misteri Asmara Bella   30. Taman

    Bukan hanya Bella, tetapi semua yang berada di dalam mobil ikut menoleh ke arah Maya. "Ternyata semuanya namanya Bella," sindir Maya mengalihkan pandangannya ke samping. Sedangkan yang disindir hanya menunjukkan senyum lebarnya. "Kenapa, May?" tanya Bella. Mereka kompak menyibukkan diri tetapi memasang telinga selebar mungkin. Sifat Maya yang galak dan susah ditebak membuat mereka merasa takut. Namun, rasa penasaran lebih mendominasi. Tidak ada cara lain selain mendengarkan dalam diam. "Sini!" titah Maya menyuruh Bella untuk mendekat. Meskipun bingung, Bella tetap menuruti perkataan sahabatnya. "Kenapa?" "Lo harus hati-hati. Gue enggak mau lo kenapa-napa," bisik Maya sepelan mungkin supaya hanya bisa didengar oleh Bella. "Lo keluarga gue, adik kesayangan." Luna yang kebetulan duduk sejajar dengan kedua sahabatnya pun berusaha mendekatkan diri. Kenin

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01

Bab terbaru

  • Misteri Asmara Bella   59. Gue Khawatir, Bella

    "Gue ngga pernah nyangka bakal ngalamin hal kayak gini," celetuk Bella memecah keheningan di antara dirinya dan Davin. Saat ini mereka berdua berada di halaman belakang rumah Bella. Duduk berdua di atas rumput dengan memandang ribuan bintang yang menghiasi langit malam.Tadinya, Davin merasa sangat khawatir kepada Bella. Mengingat wajah gadis itu yang berubah pucat setelah keluar dari rumah nomor dua puluh itu. Hatinya sedikit lega saat melihat wajah Sahabatnya yang jauh lebih baik.Namun, hal itu tidak mengurungkan niat Davin yang akan mengajak Bella mencari ketenangan. Terlebih dia sendiri sudah membawa gitar."Semuanya emang ngga bisa diprediksi," sahut Davin menunduk, menata kedua tangannya yang saling memilin. "Bohong kalau semua ini ga bikin gue takut. Orang gila yang sedang kita cari itu bisa ada di mana aja. Karena nyatanya, kita ngga punya petunjuk penting yang mengarah ke ciri fisik dia."Bella memutar duduknya hingga menghadap ke arah Davin. "Maafin gue. Setelah kejadian t

  • Misteri Asmara Bella   58. Kamar Nayya

    Hal yang mereka lihat kali ini bukan lagi sebuah foto, melainkan seorang mayat yang digantung dalam keadaan terbalik. Tentu, siapa yang tidak akan terkejut dan takut saat melihat pemandangan itu begitu membuka pintu?Yuda, orang pertama yang bisa menetralkan degup jantungnya mencoba melangkah pelan agar lebih masuk ke ruangan itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar, tidak ada apa pun di sana selain mayat itu dan berbagai macam senjata tajam.Tunggu, senjata tajam? Jantung Yuda yang tadinya sudah berdetak normal kini kembali berdetak kencang, bahkan jauh lebih kencang daripada tadi.Jadi, rumah ini sudah sering dipakai untuk mengeksekusi seseorang. Entah musuhnya atau bagaimana, Yuda tidak bisa berpikir jernih.Perlahan kakinya melangkah mundur lalu berbalik sambil mendorong Galih yang menghalangi pintu. Kemudian dia menutup pintunya."Ke ruangan lain aja," ucap Yuda pelan.Dia menggeleng lalu melangkah mendahului yang lain. Entah dosa apa yang dia perbuat sampai bisa berakhir di

  • Misteri Asmara Bella   57. Puluhan Foto

    "Kenapa kalian bisa di sini?" tanya seseorang itu lagi. Galih adalah orang pertama yang menoleh, diikuti yang lain tetapi dengan mata yang tertutup rapat. Tanpa sadar Galih menelan salivanya kasar saat melihat sosok di depannya. Seorang pria tua dengan rambut gimbal gondrong dan baju lusuh yang sudah sobek-sobek. Kakinya pun tidak memakai alas, sangat kotor. Mirip seperti orang gila. "Hei!" sentak pria tua. Matanya melotot, membuat kelima remaja yang menutup mata di depannya terkejut. Sedangkan Galih menggigit pipi bagian dalamnya untuk tidak mengumpat. "Anu ... ehem, kami nyari rumah, Kek," jawab Yuda gugup. "Rumah siapa?" tanya pria tua dengan wajah seramnya. "Kalau dilihat dari pakaian kalian, sepertinya kalian bukan orang sini. Apalagi tempat ini jarang dikunjungi orang, meskipun di sini ada saudara atau rumah dulu mereka tinggal." Bella yang tadinya takut kini melangkah lebih ke depan. Merasa ada yang aneh dengan kalimat yang dilontarkan

  • Misteri Asmara Bella   56. Mencari Rumah

    "Gery, lo ngapain di sini?" tanya Davin sesaat setelah Gery selesai bernyanyi dan semua orang pergi, menyisakan dirinya bersama sahabatnya serta Gery.Gery meletakkan gitarnya di atas kursi yang tadi dia duduki. Melangkah mendekati keenam remaja yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Senyum ramah dia lemparkan untuk menyapa."Aku udah biasa main ke sini sejak kecil. Kayak yang kalian lihat tadi, aku ngehibur pengunjung taman dengan bernyanyi," jawab Gery dengan nada lembut seperti biasanya.Mendengar jawaban Gery, mata Maya, Galih dan Davin tidak bisa untuk tidak memicing curiga."Emangnya rumah lo di sekitar sini?" tanya Bella setelah tersadar dari kekagumannya. Matanya menjelajah ke sekitar taman yang sangat berbeda dengan taman bermain lainnya.Masih dengan senyum ramahnya, Gery menggeleng. "Enggak. Rumah aku satu komplek sama Maya."

  • Misteri Asmara Bella   55. Cemburu

    "Jebakan atau bukan, yang penting besok kita ke sana," putus Maya tegas."Mending sekarang kita makan," celetuk Davin yang memang sudah merasa sangat lapar. Tatapannya beralih kepada Bella yang terlihat melamun. "Bel, lo mau mandi dulu apa makan?"Sedangkan yang diberi pertanyaan tetap diam dengan pikiran yang ke mana-mana. Jangankan menjawab, Bella saja tidak mendengarkan apa yang dibicarakan sahabat-sahabatnya.Luna yang berada di samping Bella pun menggoyang lengannya pelan. "Bel!"Bella tersadar dan menatap linglung sekitarnya. Setelah beberapa detik, dia menormalkan ekspresinya saat merasa banyak pasang mata yang menatap dirinya bingung."Lo kenapa? Ada yang lo pikirin? Apa orang itu bukan cuma nyuruh kita ke taman, tapi juga ngancem elo?" tanya Maya khawatir. Galih tersebut miring samar melihat itu. Kemudian melenggang pergi, kembali ke meja makan. Me

  • Misteri Asmara Bella   54. Mimpi

    Di tengah ramainya taman bermain, terdapat anak perempuan berusia enam tahun sedang menangis dengan mata yang mengedar ke seluruh taman. Dia terpisah dari kakaknya.Tadinya, dia terlalu antusias melihat badut-badut yang sedang dikelilingi anak seumurannya. Hingga tanpa sadar telah melepaskan tautan tangannya dengan sang kakak.Air matanya semakin mengalir deras. Teriakannya yang memanggil-manggil kakaknya tidak mampu menumbuhkan rasa iba orang-orang yang berlalu lalang. Semuanya hanya menoleh tanpa bertanya apalagi membantu."Jangan nangis, ada aku di sini. Semuanya baik-baik aja." Secara tiba-tiba tangan mungilnya digenggam oleh anak laki-laki seumurannya.Tangis yang awalnya kencang perlahan berhenti, terganti dengan senyum lebar penuh kelegaan dan kebahagiaan. Apalagi saat matanya menangkap keberadaan dua anak kecil yang berdiri di samping anak yang menggenggam tangannya.

  • Misteri Asmara Bella   53. Taruhan

    "What? Ini serius?" Luna menatap isi ponselnya tidak percaya. "Woi, cepet lihat ini! Ayo cepet ke sini!" Maya dan Bella yang sibuk membaca buku berdecak pelan. Namun tak ayal mengikuti perintah Luna untuk mendekat. Begitu juga dengan Davin, Galih dan Yuda yang berbincang santai di balkon, menikmati udara pagi. Mereka melingkar mengelilingi Luna yang masih heboh dengan ponselnya. "Ada apa?" tanya Davin merangkul Yuda yang berada di sampingnya. "Ini, lihat ini! Tiga orang yang kebakar kemarin ternyata taruhan sama Iko!" seru Luna heboh menunjukkan ponselnya kepada mereka. Bella merampas pelan ponsel Luna karena tidak dapat melihat dengan jelas. Ternyata sebuah postingan dari i*******m seseorang yang katanya teman ketiga laki-laki kemarin. Seseorang itu menulis bahwa ketiga temannya itu sempat taruhan dengan Iko untuk mendapatkan Bella. Di sana juga ditulis permintaan maaf kepada Bella karena keempat laki-laki itu sudah meninggal. "Taruha

  • Misteri Asmara Bella   52. Saling Melindungi

    Di rumahnya masing-masing tampak keenam remaja yang sama-sama fokus pada ponselnya. Mereka sedang membicarakan sesuatu melalui grup yang mereka buat. Bella yang sedang duduk di meja belajar menatap ponselnya serius. Dia sedang berpikir apakah harus bercerita kepada sahabatnya tentang Gery kemarin atau tidak. Setelah lumayan lama bergelut dengan pikirannya, akhirnya Bella memutuskan untuk memberi tahu saja. Mencari Pelaku. Sorry karena kemarin gue pergi gitu aja. Sebenarnya gue ke taman dan di sana ketemu Gery. Mayaa.Tapi lo nggak papa 'kan, Bel? Gery ada nyakitin lo nggak?

  • Misteri Asmara Bella   51. Butuh Ketenangan

    Masih dalam keadaan terkejut, mereka berlima membalikkan badan menghadap gerbang. Di sana sudah ramai dengan mahasiswa lain yang berbondong-bondong untuk melihat apa yang terjadi. Kelimanya saling pandang sejenak lalu mulai melangkah mengikuti yang lain. Sesampainya di tempat yang sudah ramai dengan kerumunan mahasiswa dan warga sekitar, mereka tidak dapat menyembunyikan wajah terkejutnya. Bahkan Luna sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sekitar lima belas langkah di depan mereka, terdapat sebuah mobil yang terbakar. Posisinya yang berada di pinggir jalan memudahkan para warga untuk memadamkan apinya. Galih mempertajam penglihatannya saat merasa tidak asing dengan mobil yang sedang dilahap kobaran api tersebut. Setelahnya, dia melebarkan matanya sejenak saat melihat sesuatu yang menempel di bagian belakang mobil yang tidak terdapat api. "Shit! Itu mobil mereka!" pekiknya tertahan. Bella menoleh cepat dengan wajah takut dan juga

DMCA.com Protection Status