Share

16. Mencari

Author: Ervin Warda
last update Huling Na-update: 2021-11-15 13:55:43

"Ini diacak," lanjut Galih.

Melihat tatapan bingung dari para sahabatnya, dia menghela napas pelan. Jika bukan karena keadaan yang mendesak, dia tidak akan mau berdiskusi dengan mereka yang cukup menyebalkan.

Ternyata yang benar-benar pintar di sini hanya dirinya.

"Enggak mungkin ada yang namanya iok. Ini diacak supaya kita mikir dan enggak mungkin juga sebuah clue semudah itu. Kita harus cepat, entah itu dari otak atau fisik. Karena, jika kita telat sedikit saja maka nyawa taruhannya," jelas Galih lalu mengambil napas. Tenggorokannya terasa kering karena berbicara lumayan panjang.

"Kalau diacak jadi apa? koi?" tanya Luna ragu.

"Itu nama ikan," sahut Maya membuat Luna tersenyum lebar.

Bella terdiam dengan mata terpejam, berusaha menggali ingatannya tentang nama teman sekampusnya yang terdiri dari tiga huruf, yaitu i, o dan k.

"Iko!" seru Bella membuka matanya dan tersenyum senang karena bisa menemukan nama orang itu.

"D

Ervin Warda

Halo, Kakak-kakak, happy reading ❤️ Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen yaa biar aku makin semangat.... Sayang kalian 🤗

| Like
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Misteri Asmara Bella   17. Kamu Peduli Orang Lain?

    Jika seorang ibu yang biasanya lemah lembut lalu angkat bicara dalam keadaan emosi, maka seorang anak tidak bisa berkutik lagi. Tidak ada yang dapat dilakukan selain diam dan mendengarkan. Sama halnya dengan Bella, sedari tadi dia hanya duduk dengan kepala menunduk. Mendengarkan semua ucapan Mamanya yang sedang marah. Bella takut jika Papanya marah, tetapi lebih takut lagi saat Mamanya yang marah. Apalagi melihat air matanya yang menetes seiring dengan bertambahnya emosi, membuat dadanya terasa sesak. "Apa yang ada di pikiran kamu, Bella? Kenapa kamu melakukan hal senekat ini?" tanya Mama Dea tidak habis pikir. Bella tidak menjawab, tetap pada posisinya yang menunduk. "Kamu pikir dengan melakukan hal kayak gini, kamu jadi jagoan? Apa kamu enggak mikirin perasaan mama sama Papa?" tanya Mama Dea lagi seraya menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir. Sakit rasanya saat anak yang sela

    Huling Na-update : 2021-11-19
  • Misteri Asmara Bella   18. Luna Beruntung

    "Iya, karena kalian enggak akan pulang kalau enggak penting," jawab Galih santai yang tanpa sadar menyentil hati Bunda Elsa. "Kalau sudah tahu kenapa kamu bikin ulah? Kamu tahu 'kan, kalau waktu kami sangat berharga?" tanya Ayah Ethan. Galih terkekeh kecil. "Tau. Bahkan saking berharganya kalian sampai enggak peduli sama aku." "Bicara apa kamu, Galih? Kami peduli sama kamu. Enggak ada orang tua yang enggak peduli sama anaknya," sahut Bunda Elsa dengan suara yang sedikit meninggi. Tentu saja dia tidak suka dengan kalimat yang dilontarkan anaknya itu. Bagaimana bisa, Galih berbicara dengan enteng kalau dia dan suami tidak peduli? "Bukannya pekerjaan lebih penting daripada anak?" Wajah Galih kembali datar dengan tangan terkepal. Brak! Ayah Ethan memukul meja dengan keras. "Kami bekerja juga untuk kamu. Kalau bukan karena kerja keras kami, hidup kamu en

    Huling Na-update : 2021-11-19
  • Misteri Asmara Bella   19. Terlambat?

    "Daripada Papi marah lebih baik do'ain Luna. Pi, kalau bukan karena nyawa orang lain yang sedang terancam, Luna juga enggak akan masuk ke dalam hal berbahaya gini. Sekarang, hanya kami yang bisa memecahkan kasus ini, Pi," sahut Luna panjang lebar. "Kenapa harus kalian? Ada pihak polisi 'kan yang lebih pengalaman?" tanya Mami Lila heran. Masih berat rasanya untuk membiarkan anaknya terlibat dalam hal mengerikan. Apalagi pelaku itu sudah menghilangkan dua nyawa dalam waktu dua hari. "Karena kami mempunyai clue, Mi," jawab Luna jujur. Baiklah, tidak ada cara lain selain jujur daripada orang tuanya terus menyidangnya dan itu membuat pergerakan mereka terhambat. Raut terkejut terlihat begitu jelas di wajah kedua orang tua Luna. Bahkan Papi Fathee langsung menatap mata anaknya intens, berusaha mencari kebohongan tetapi nihil. Wajah dan tatapan Luna begitu serius. "Ka - lian da - pat dari mana?" tanya Papi Fathee terbata-bata karena masih terkejut.

    Huling Na-update : 2021-11-22
  • Misteri Asmara Bella   20. Ditabrak

    Bella dan yang lain menoleh ke kanan dan kiri jalan, berharap Iko masih berada di sekitar sini. Meskipun banyak kendaraan yang lewat, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk menemukan laki-laki itu. "Vin, Iko pakai baju apa dan ciri-cirinya gimana?" tanya Maya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Pakai kemeja sama topi warna putih. Dia juga bawa tas," jawab Davin membasahi bibirnya yang terasa kering. "Ke sana aja yuk! Siapa tahu dia ke sana," ajak Luna menunjuk ke arah kanan. Tanpa membuang waktu mereka mulai berjalan ke kanan dengan perasaan yang semakin tidak karuan. Bahkan Bella melupakan pertengkarannya dengan orang tuanya dan pergi tanpa pamit. Yang ada di pikiran mereka saat ini hanya Iko, Iko dan Iko. Laki-laki pendiam yang sangat susah mereka temukan dan sekalinya bertemu, mereka justru kehilangan jejak. Brak! Suara seperti or

    Huling Na-update : 2021-11-24
  • Misteri Asmara Bella   21. Aroma Tidak Asing

    "Lebih cepat, sebelum kita keduluan sama polisi," celetuk Galih tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang menampilkan video kecelakaan tadi. Setelah Galih mengatakan bahwa Iko meninggal, mereka bergegas menghampiri tempat kejadian yang sudah terdapat beberapa polisi. Iko memang meninggal dikarenakan hantaman dari mobil yang begitu kuat. Ditambah kepala bagian belakangnya terhantam pembatas jalan. Awalnya Bella ingin mendatangi rumah Iko. Rasa bersalahnya begitu besar. Namun Galih dan Davin melarang, lebih tepatnya menunda. Karena yang lebih penting sekarang adalah mencari bukti untuk petunjuk selanjutnya. Dan ya, mereka meminta rekaman cctv dari toko yang berada di depan tempat kejadian. Ini gila, benar-benar gila. Di dalam cctv tersebut, sebuah mobil taksi yang menabrak Iko memang sengaja. Pasalnya, mobil yang awalnya berada di sebelah kanan tiba-tiba berbelok ke kiri, tepat posisi jalan Iko dan langsung menabrak dengan kecepatan penuh.

    Huling Na-update : 2021-11-28
  • Misteri Asmara Bella   22. Pesan Tersirat

    Gerakan tangan Luna yang akan membuka pintu mobil terhenti saat matanya tidak sengaja melihat ke seberang jalan. Dia memaksa otak kecilnya untuk berpikir, berusaha mengingat siapa laki-laki yang tengah menatapnya itu. "Lo yakin pernah mencium aroma itu?" tanya Maya entah yang ke berapa kali. Rasa penasarannya menggebu-gebu. Pasalnya Bella tidak terlalu suka parfum, tetapi tadi tiba-tiba berkata bahwa aroma itu tidak asing. Galih memasukkan tangannya ke saku celana. Tatapannya tidak lepas dari wajah Bella. "Coba lo ingat-ingat lagi. Di mana dan siapa yang pakai parfum kayak tadi." "Sayangnya gue lupa. Gue sama sekali enggak ingat, tetapi gue benar-benar enggak asing sama aromanya," ungkap Bella menggaruk pelipisnya kesal. "Yaudah kalau enggak ingat, mau gimana lagi. Lebih baik sekarang kita pulang aja dulu. Untuk masalah Iko kita lanjut nanti kalau udah istirahat." Davin membuka suara saat melihat Maya

    Huling Na-update : 2021-12-02
  • Misteri Asmara Bella   23. Hukuman

    Mendengar ucapan Davin, sontak ketiga sahabatnya mengikuti arah pandangnya. Matanya membulat sempurna dengan tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering. Kecuali Galih yang memang sudah tahu. Perlahan Maya menoleh ke arah Bella dengan wajah khawatirnya. "Bel, gimana?" Bella tersadar dan langsung menormalkan raut wajahnya. Senyum manis terukir di wajah cantiknya. Berharap bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa khawatir sahabatnya. "Enggak papa, May. Gue pasti baik-baik aja. Semarah-marahnya orang tua gue, mereka enggak mungkin melakukan kekerasan," ucap Bella memenangkan. Mobil berhenti di depan gerbang rumah Bella, tepat di samping pria paruh baya yang memasang wajah datar dengan tatapan tajam. "Kabur aja yuk! Gue ngeri lihat tatapannya," ajak Luna cemas. Davin membalikkan badannya ke belakang. Tatapan teduh yang memancarkan kekhawatiran dia lemparkan kepada Bella. Senyum Bella semakin mengembang. Dia menatap sahabatnya sa

    Huling Na-update : 2021-12-05
  • Misteri Asmara Bella   24. Mencurigai Beni

    "Davin?" Mata Bella membulat sempurna saat melihat sahabatnya berada di balkon kamarnya. Dengan tergesa-gesa Bella membuka pintu balkonnya dan melangkah mendekati Davin. Sebelum kembali menutup pintunya, dia menengok ke belakang untuk memastikan kalau pintu kamarnya masih terkunci. "Lo ngapain di sini?" tanya Bella dengan suara sepelan mungkin. "Gue khawatir sama lo. Apalagi tadi bokap lo kayak yang marah banget," jawab Davin dengan suara yang tidak kalah pelan. Bella mengintip ke dalam kamarnya lalu menarik Davin untuk sedikit jauh dari tembok pembatas. "Astaga, Davin. Sekarang udah jaman modern, lo 'kan bisa chat atau telfon gue," ujar Bella menggeleng tidak percaya. Sumpah demi apa pun, saat ini jantungnya berdebar kencang. Bahkan tangannya sudah berkeringat dingin sangking takutnya. Nyali Davin patut diacungi jempol. Sudah tahu papa Dion sedang marah, tetapi masih nekat memanjat balkon. Astaga! "Gue enggak tenang kalau engg

    Huling Na-update : 2021-12-08

Pinakabagong kabanata

  • Misteri Asmara Bella   59. Gue Khawatir, Bella

    "Gue ngga pernah nyangka bakal ngalamin hal kayak gini," celetuk Bella memecah keheningan di antara dirinya dan Davin. Saat ini mereka berdua berada di halaman belakang rumah Bella. Duduk berdua di atas rumput dengan memandang ribuan bintang yang menghiasi langit malam.Tadinya, Davin merasa sangat khawatir kepada Bella. Mengingat wajah gadis itu yang berubah pucat setelah keluar dari rumah nomor dua puluh itu. Hatinya sedikit lega saat melihat wajah Sahabatnya yang jauh lebih baik.Namun, hal itu tidak mengurungkan niat Davin yang akan mengajak Bella mencari ketenangan. Terlebih dia sendiri sudah membawa gitar."Semuanya emang ngga bisa diprediksi," sahut Davin menunduk, menata kedua tangannya yang saling memilin. "Bohong kalau semua ini ga bikin gue takut. Orang gila yang sedang kita cari itu bisa ada di mana aja. Karena nyatanya, kita ngga punya petunjuk penting yang mengarah ke ciri fisik dia."Bella memutar duduknya hingga menghadap ke arah Davin. "Maafin gue. Setelah kejadian t

  • Misteri Asmara Bella   58. Kamar Nayya

    Hal yang mereka lihat kali ini bukan lagi sebuah foto, melainkan seorang mayat yang digantung dalam keadaan terbalik. Tentu, siapa yang tidak akan terkejut dan takut saat melihat pemandangan itu begitu membuka pintu?Yuda, orang pertama yang bisa menetralkan degup jantungnya mencoba melangkah pelan agar lebih masuk ke ruangan itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar, tidak ada apa pun di sana selain mayat itu dan berbagai macam senjata tajam.Tunggu, senjata tajam? Jantung Yuda yang tadinya sudah berdetak normal kini kembali berdetak kencang, bahkan jauh lebih kencang daripada tadi.Jadi, rumah ini sudah sering dipakai untuk mengeksekusi seseorang. Entah musuhnya atau bagaimana, Yuda tidak bisa berpikir jernih.Perlahan kakinya melangkah mundur lalu berbalik sambil mendorong Galih yang menghalangi pintu. Kemudian dia menutup pintunya."Ke ruangan lain aja," ucap Yuda pelan.Dia menggeleng lalu melangkah mendahului yang lain. Entah dosa apa yang dia perbuat sampai bisa berakhir di

  • Misteri Asmara Bella   57. Puluhan Foto

    "Kenapa kalian bisa di sini?" tanya seseorang itu lagi. Galih adalah orang pertama yang menoleh, diikuti yang lain tetapi dengan mata yang tertutup rapat. Tanpa sadar Galih menelan salivanya kasar saat melihat sosok di depannya. Seorang pria tua dengan rambut gimbal gondrong dan baju lusuh yang sudah sobek-sobek. Kakinya pun tidak memakai alas, sangat kotor. Mirip seperti orang gila. "Hei!" sentak pria tua. Matanya melotot, membuat kelima remaja yang menutup mata di depannya terkejut. Sedangkan Galih menggigit pipi bagian dalamnya untuk tidak mengumpat. "Anu ... ehem, kami nyari rumah, Kek," jawab Yuda gugup. "Rumah siapa?" tanya pria tua dengan wajah seramnya. "Kalau dilihat dari pakaian kalian, sepertinya kalian bukan orang sini. Apalagi tempat ini jarang dikunjungi orang, meskipun di sini ada saudara atau rumah dulu mereka tinggal." Bella yang tadinya takut kini melangkah lebih ke depan. Merasa ada yang aneh dengan kalimat yang dilontarkan

  • Misteri Asmara Bella   56. Mencari Rumah

    "Gery, lo ngapain di sini?" tanya Davin sesaat setelah Gery selesai bernyanyi dan semua orang pergi, menyisakan dirinya bersama sahabatnya serta Gery.Gery meletakkan gitarnya di atas kursi yang tadi dia duduki. Melangkah mendekati keenam remaja yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Senyum ramah dia lemparkan untuk menyapa."Aku udah biasa main ke sini sejak kecil. Kayak yang kalian lihat tadi, aku ngehibur pengunjung taman dengan bernyanyi," jawab Gery dengan nada lembut seperti biasanya.Mendengar jawaban Gery, mata Maya, Galih dan Davin tidak bisa untuk tidak memicing curiga."Emangnya rumah lo di sekitar sini?" tanya Bella setelah tersadar dari kekagumannya. Matanya menjelajah ke sekitar taman yang sangat berbeda dengan taman bermain lainnya.Masih dengan senyum ramahnya, Gery menggeleng. "Enggak. Rumah aku satu komplek sama Maya."

  • Misteri Asmara Bella   55. Cemburu

    "Jebakan atau bukan, yang penting besok kita ke sana," putus Maya tegas."Mending sekarang kita makan," celetuk Davin yang memang sudah merasa sangat lapar. Tatapannya beralih kepada Bella yang terlihat melamun. "Bel, lo mau mandi dulu apa makan?"Sedangkan yang diberi pertanyaan tetap diam dengan pikiran yang ke mana-mana. Jangankan menjawab, Bella saja tidak mendengarkan apa yang dibicarakan sahabat-sahabatnya.Luna yang berada di samping Bella pun menggoyang lengannya pelan. "Bel!"Bella tersadar dan menatap linglung sekitarnya. Setelah beberapa detik, dia menormalkan ekspresinya saat merasa banyak pasang mata yang menatap dirinya bingung."Lo kenapa? Ada yang lo pikirin? Apa orang itu bukan cuma nyuruh kita ke taman, tapi juga ngancem elo?" tanya Maya khawatir. Galih tersebut miring samar melihat itu. Kemudian melenggang pergi, kembali ke meja makan. Me

  • Misteri Asmara Bella   54. Mimpi

    Di tengah ramainya taman bermain, terdapat anak perempuan berusia enam tahun sedang menangis dengan mata yang mengedar ke seluruh taman. Dia terpisah dari kakaknya.Tadinya, dia terlalu antusias melihat badut-badut yang sedang dikelilingi anak seumurannya. Hingga tanpa sadar telah melepaskan tautan tangannya dengan sang kakak.Air matanya semakin mengalir deras. Teriakannya yang memanggil-manggil kakaknya tidak mampu menumbuhkan rasa iba orang-orang yang berlalu lalang. Semuanya hanya menoleh tanpa bertanya apalagi membantu."Jangan nangis, ada aku di sini. Semuanya baik-baik aja." Secara tiba-tiba tangan mungilnya digenggam oleh anak laki-laki seumurannya.Tangis yang awalnya kencang perlahan berhenti, terganti dengan senyum lebar penuh kelegaan dan kebahagiaan. Apalagi saat matanya menangkap keberadaan dua anak kecil yang berdiri di samping anak yang menggenggam tangannya.

  • Misteri Asmara Bella   53. Taruhan

    "What? Ini serius?" Luna menatap isi ponselnya tidak percaya. "Woi, cepet lihat ini! Ayo cepet ke sini!" Maya dan Bella yang sibuk membaca buku berdecak pelan. Namun tak ayal mengikuti perintah Luna untuk mendekat. Begitu juga dengan Davin, Galih dan Yuda yang berbincang santai di balkon, menikmati udara pagi. Mereka melingkar mengelilingi Luna yang masih heboh dengan ponselnya. "Ada apa?" tanya Davin merangkul Yuda yang berada di sampingnya. "Ini, lihat ini! Tiga orang yang kebakar kemarin ternyata taruhan sama Iko!" seru Luna heboh menunjukkan ponselnya kepada mereka. Bella merampas pelan ponsel Luna karena tidak dapat melihat dengan jelas. Ternyata sebuah postingan dari i*******m seseorang yang katanya teman ketiga laki-laki kemarin. Seseorang itu menulis bahwa ketiga temannya itu sempat taruhan dengan Iko untuk mendapatkan Bella. Di sana juga ditulis permintaan maaf kepada Bella karena keempat laki-laki itu sudah meninggal. "Taruha

  • Misteri Asmara Bella   52. Saling Melindungi

    Di rumahnya masing-masing tampak keenam remaja yang sama-sama fokus pada ponselnya. Mereka sedang membicarakan sesuatu melalui grup yang mereka buat. Bella yang sedang duduk di meja belajar menatap ponselnya serius. Dia sedang berpikir apakah harus bercerita kepada sahabatnya tentang Gery kemarin atau tidak. Setelah lumayan lama bergelut dengan pikirannya, akhirnya Bella memutuskan untuk memberi tahu saja. Mencari Pelaku. Sorry karena kemarin gue pergi gitu aja. Sebenarnya gue ke taman dan di sana ketemu Gery. Mayaa.Tapi lo nggak papa 'kan, Bel? Gery ada nyakitin lo nggak?

  • Misteri Asmara Bella   51. Butuh Ketenangan

    Masih dalam keadaan terkejut, mereka berlima membalikkan badan menghadap gerbang. Di sana sudah ramai dengan mahasiswa lain yang berbondong-bondong untuk melihat apa yang terjadi. Kelimanya saling pandang sejenak lalu mulai melangkah mengikuti yang lain. Sesampainya di tempat yang sudah ramai dengan kerumunan mahasiswa dan warga sekitar, mereka tidak dapat menyembunyikan wajah terkejutnya. Bahkan Luna sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sekitar lima belas langkah di depan mereka, terdapat sebuah mobil yang terbakar. Posisinya yang berada di pinggir jalan memudahkan para warga untuk memadamkan apinya. Galih mempertajam penglihatannya saat merasa tidak asing dengan mobil yang sedang dilahap kobaran api tersebut. Setelahnya, dia melebarkan matanya sejenak saat melihat sesuatu yang menempel di bagian belakang mobil yang tidak terdapat api. "Shit! Itu mobil mereka!" pekiknya tertahan. Bella menoleh cepat dengan wajah takut dan juga

DMCA.com Protection Status