Share

Surat Cerai

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lamunanku buyar. Netraku teralih dari kertas yang baru datang itu. Surat panggilan dari pengadilan untuk sidang perceraian itu telah tiba setelah dua bulan berlalu.

Senyum samar nan masam tersungging di bibirku.

"Tidak. Hanya saja, rasanya lucu," tugasku, melipat kembali kertas itu.

Tangan kekar itu mengusap lembut suraiku. Membawanya bersandar di pundak.

"Abang tahu. Pernikahanmu juga tidak sebentar. Lima tahun. Tapi, kalau memang tidak bisa dipertahankan lagi, mau bagaimana?"

"Iya, Bang. Akan berbeda kalau mas Angga masih membelaku. Aku mungkin akan mencoba bertahan. Seperti sebelum-sebelumnya. Tapi, sepertinya dia pun lelah," helaku pelan.

"Kalau sekiranya, Angga nanti mengetahui semuanya, terus dia mengajakmu kembali bersama, bagaimana?"

Aku terdiam. Menatap langit bertabur bintang di atas sana. Memejamkan mata sejenak untuk menikmati hembusan dinginnya.

"Memang bang Aldi setuju?" tolehku pada pria yang menjadi cinta kedua setelah p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Perpisahan

    "Haa.... Aa, maksud gue, hamil. Eh, apa sih!"Orang aneh. Jujur saja jantungku berdetak kencang. Entah kenapa perkataannya terakhir membuat pikiranku berkelana. "Aunty!"Perhatianku tertoleh. Jansen yang berlari ke arahku sambil tertawa, bersembunyi di balik punggungku. Niswah tertawa lebar, mencoba menangkap bocah itu."Eitss... Jansen kena. Haha."Keduanya tergelak bersama. Kulihat senyum terbit di bibir Zul, dengan netranya yang tertuju pada gadis itu. Ah, maafkan aku Della. Sebaiknya urungkan saja usahamu.Ku senggol bahu pemuda itu. Melirik dengan senyum tertahan."Ngapain Lo? Suka sama Niswah?" ledekku. Zul langsung mingkem. "Apaan sih. Ngawur."Aku tergelak. Sayangnya wajahmu memerah. Ternyata pria kalau tersipu lucu juga.Tak lama bang Aldi memberi kode untuk segera menghampirinya. Kami lapar. Dan restoran seafood adalah tujuan setelahnya.Zul, pria aneh yang kutemui di bar itu ikut bersama kami. Dia datang sendirian, d

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kegagalan

    Pagi sekali, aku sudah bangun. Tapi bukan untuk gegas bersiap. Melainkan tidurku saja yang tak nyenyak. Rasanya seperti tidak nyaman. Seolah akan ada sesuatu yang terjadi. Meraup wajah dan mengela napas pelan. Barulah aku ke kamar mandi. Lalu melanjutkan rutinitas pagi.Pukul delapan, kami sudah bersiap. Bang Aldi, mbak Dina, juga si kecil Jansen. Zul akan menyusul nanti ke kantor pengadilan langsung. Sedangkan Niswah, dia tidak ikut karena hari ini berbarengan dengan jadwal kampus hari pertama. Haidar, dia juga akan mengantar Niswah nanti. "Tenangkan pikiranmu, Din. Yakinlah berjalan lancar." Kuanggukkan kepala. Bang Aldi sepertinya menangkap sirat khawatir dari wajahku. Sedangkan mbak Dina mengusap pundakku, menenangkan. Kami gegas menaiki mobil. Bang Aldi dan mbak Dina di depan, sedangkan aku dan Jansen di bagian tengah. Aku tersenyum membaca pesan dari Della. Ya, begitu banyak orang yang mendukungku, tak seharusnya aku sekhawatir ini. Obrolan ringan dan juga c

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kenapa Harus?

    Kulihat keterkejutan di wajah Haidar. Namun aku mengabaikannya. Dan menghampiri dokter itu."A... Anda istrinya?""Benar. Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" "Suami ibu mengalami luka yang cukup parah. Bentaran di kepalanya mengakibatkan efek yang hebat. Kemungkinan, dia akan mengalami amnesia.""A-amnesia?" ulangku. Menelan saliva kasar. Apa itu artinya...."Benar. Dan di tambah dia sepertinya sehabis mengonsumsi alkohol yang berlebih. Sementara saat ini pasien belum sadar. Tapi sudah bisa dikunjungi secara bergantian. Dua orang yang masuk perkunjungan."Aku meremat jemariku. Kemungkinan kemungkinan terbayang dalam otakku. "Saya permisi dulu."Dokter berlalu. Zul bergegas menghampiriku. Sedangkan Haidar dia diam saja tanpa komentar."Kamu serius? Mengakui sebagai istrinya? Wah... Apa itu berarti perceraian gagal?"Aku memejamkan mata sejenak."Bahkan, tanpa mengakui sebagai istrinya pun, sidang tidak mungkin dilanjut. Dia amnesia. Yang

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Hard today

    Mas Angga sudah sadar. Meski tubuhnya masih sangat lemah. Sedari tadi dia menatapku dengan senyum tersungging di bibirnya. Jemari lemahnya memegang jemariku. Mas Angga mengalami amnesia anterograde, atau amnesia sebagian. Memorinya kembali ke tiga tahun silam, tepatnya saat sebelum kedatangan Riri. Aku sempat bingung, amnesia ini disebabkan oleh penyakit, bukan karena kecelakaan. Tapi mengingat kata dokter yang bilang kalau mas Angga sempat mengonsumsi minuman alkohol, barulah otakku sedikit menerima. Mungkin saja dia sebelumnya sempat keracunan yang kemudian menyebabkan kecelakaan. Hal yang memperparah kondisinya.Hening. Bang Aldi diam. Zul juga diam. Mbak Dina diam. Hanya sesekali isakan ibu mertua yang menangis sesegukan. Suara tak jelas dari mas Angga membuatku menoleh. Sedari tadi aku membuang pandangan. Bibirnya bergerak-gerak dengan suara yang tak jelas. Tapi aku paham yang dia maksud. Dia bilang, jangan meninggalkan dirinya. Ya Tuhan, bagaimana ini?"Dia c

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Merawat Mantan

    Aku terbangun sudah ada di kamar. Kedua sudut bibirku tertarik. Tetap sama seperti dulu saat aku ketiduran di luar, pasti bangun-bangun sudah ada di dalam. Bang Aldi adalah sosok pengganti papa. Beringsut menyandarkan tubuh di headboard, menarik selimut yang menutupi badanku. Melirik jam di nakas. Pukul tiga sore. Kuraih ponselku. Della, aku ingin menceritakan semuanya dengan sahabatku. Namun, justru yang kudapat, bekas panggilan dari nomor asing sekitar lima menit yang lalu. Sampai lima panggilan. Ponselku  memang kubuat mode diam. Supaya tidak mengganggu jalannya sidang, tadinya begitu. Nyatanya gagal.Belum sempat kembali menghubungi nomor itu, ketukan di pintu lebih dulu mengambil alih perhatian. Pintu terbuka, menampilkan wajah bang Aldi."Sudah bangun?" Aku mengangguk. Bang Aldi menghampiriku. "Sudah baikan?""Udah, Bang. Bang Aldi kenapa? Kok kayaknya ada sesuatu?"Helaan napas terdengar. Berikut tepukan di pundakku."Sepertinya kali ini kam

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Sebuah Undangan

    "Rumah banyak yang berubah ya?" Aku diam saja. Mendorong kursi rodanya. Hari ini Mas Angga boleh dibawa pulang, setelah seminggu perawatan di rumah sakit. Berhubung aku tidak mampu membawanya ke lantai atas, jadi aku membawanya ke kamar di lantai bawah. "Lo, kamar kita kan di atas, Beib?" aku mengela napas. Membantunya berdiri dan memapahnya ke ranjang."Mas bisa jalan sendiri?""Hehe. Ya gak sih. Tapi kan kamu bisa memapahku. Istri yang baik pasti tidak akan merasa keberatan, Din. Justru berpahala lo, berbakti sama suami itu namanya."Satu sudut bibirku tertarik tipis. "Sayangnya, aku bukan istri yang baik," tukasku. Membenarkan letak baringnya. Dia memang masih lemas. Tapi dia sendiri yang memaksa untuk pulang dan di rawat di rumah."Kok kamu kayak gitu?""Kamu sendiri lo yang bilang. Makanya, sekarang aku turutin deh sesuai yang kamu katakan." "Aku? Kapan?""Tidak usah dipikirkan, Mas. Nanti juga ingat sendiri." Kulihat mas Angga masih

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Sebuah Janji

    Pulang kerja langsung disambut dengan mas Angga yang ngambek. Dia tidak mau makan kalau tidak aku suapi. Mau tak mau, meski tubuhku letih, kusempatkan menyaupinya dulu. Memang berbeda, jika perasaan itu masih ada ataupun mati rasa. Hambar."Aku merindukanmu, tidak bisakah kamu memelukku?"Aku menoleh selintas. Jengah. "Maaf, Mas. Tapi sekarang tidak sama.""Maksudnya apa sih? Dari kemarin kamu selalu aja bilang kayak gitu. Kamu selingkuh?" rautnya tak suka. Aku tersenyum tipis. Menyodorkan sesendok ke arahnya."Mas kenal Riri?"Dia menepis tanganku. Menolak disuapi lagi. Tapi tatapannya heran ke arahku."Bagaimana kamu kenal dengan Riri?""Justru itu. Mas selingkuh dengan Riri. Mas ingat? Aku ini mandul, katamu dan ibu. Kita menikah lama tapi belum juga punya anak. Dan saat itu, mas datang dengan membawa anak kecil. Anak itu anakmu, kamu bilang seperti itu. Lalu, kamu lebih memilih anak itu, juga wanita bernama Riri. Kamu ninggalin aku, mas."

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Bisikan Jahat

    Suasana pesta yang meriah dan elegan. Seperti yang sudah aku duga. Memang tidak di ballroom hotel seperti yang biasa dilakukan oleh pengusaha lainnya, pak Andre mengadakannya di rumah beliau. Rumah yang besar dan megah. Banyak pengusaha besar yang juga datang. Setelah sempat menyapa beliau yang dengan sumringah membalas sapaanku. Berbasa basi sebentar, kemudian aku menyingkir. Paling tidak suka dengan keramaian seperti ini.Netraku mengedar ke sekitar. Beberapa wajah cukup akrab dalam pandanganku. Mereka adalah pejabat penting di instansi pemerintahan, dan juga di perusahaan. Mungkin hanya aku yang terlihat canggung disini. Seperti anak itik kehilangan induknya. Kusesap segelas lemon tea sebagai pengalih rasa jenuh. Ingin rasanya segera pulang dan bergumul dengan kasur dan selimut. Sayangnya, acara bahkan belum dimulai."Sendirian saja."Aku menoleh, mendapati senyum lebar pria yang tak asing. Mataku membola lebar. Lagi-lagi dia, manusia aneh yang suka muncul t

Bab terbaru

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   (End) Lo_Ve

    Zul dan Della rencananya akan tinggal sendiri. Sekarang, mereka masih bulan madu sambil menikmati Winter di Osaka. Setelah pulang, mereka tinggal di apartemen. Zul tengah menyiapkan rumah yang akan mereka tinggali nanti. Della sendiri, kembali bekerja di perusahaan Dinda. Tentu saja setelah Dinda memintanya dengan teramat. Lagipula, potensi Della di perusahaan memang besar. Jadi, tak bukan hanya atas dasar persahabatan semata. Zul juga sudah menceritakan sesuatu yang membuatnya mengganjal dulu. Tentang dia yang pernah tertarik ape Niswah. Awalnya Zul tidak mau cerita, karena takut Della cemburu. Tapi wanita itu memaksanya. Daripada memicu perang dunia di tengah pernikahan seumur jagung mereka, Zul mengalah. Della sempat kaget dan cemburu, tapi Zul berhasil meyakinkan bahwa itu hanya perasaan lewat. Cintanya pada Della lebih besar dan segalanya. Della masih cemburu, tapi dia percaya Zul. Zul sudah membuktikan bahwa perasaan pria itu sudah sepenuhnya tertuju padanya.Hari ini, mereka m

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Akhir Kisah

    Niswah dan Arjun yang merencanakannya. Sepasang suami istri itu tidak tahan melihat hubungan dingin dua manusia dewasa itu. Satunya terlalu tinggi ego, dan satunya yang cenderung pasrah. Dan sangat kebetulan, bertepatan dengan itu, Zul mendapat promosi. Masa mutasinya dipercepat. Dia kembali mengabdi di kantor pusat. Kinerjanya memang bagus. Hanya sempat lalai karena patah hatinya.Sebenarnya, Zul mau berpamitan pada Della. Tapi Niswah melarangnya. Wanita yang sempat singgah di hatinya itu bilang, Zul harus tegas. Sesekali Della harus disentil egonya. Dengan cara menjauhinya. Seolah Zul sudah menyerah pada perasaannya. Awalnya Zul tidak setuju. Dia takut, Della justru semakin jauh darinya. Tapi Niswah juga tak kalah memaksa. Bagaimanapun juga, dia sesama wanita. Dia tahu, apa yang ditakutkan oleh kaum wanita keras kepala. Dia cinta, hanya saja ego tinggi mengalahkan perasaannya sendiri. Niswah bahkan berani menjamin, akan menebusnya seandainya rencananya gagal. Karena Niswah juga yak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kejutan Mendebarkan

    "Jangan pergi...."Jantung Della terasa berdegup kencang. Dia juga tidak ingin pergi. Tapi, keadaan sudah berbeda. Zul sudah bertunangan dengan wanitanya. Harusnya dia tak ada disini. Ini acara pentingnya.Della melepas pelukan Zul darinya. Menghindarkan wajahnya dari pandangan Zul."Pergilah," ucapnya lirih. Menahan isakan yang sebentar lagi kembali pecah."Kenapa? Kau tidak suka aku mendatangimu?" ucap Zul tanpa penekanan.Della menggeleng. Dia tidak berani menatap pandang Zul. Dia takut perasaannya semakin hancur saat sadar pria itu tidak bisa dia harapkan lagi."Kembalilah. Itu acaramu. Tak seharusnya kamu malah disini."Zul mengerutkan dahinya. Mencerna perkataan Della."Acaraku? Ini acara ki ..." Zul menghentikan ucapannya. Berdehem kecil. Lantas menarik tangan Della. Memaksa mengikuti langkah lebarnya."Zul, lepas. Kau mau membawaku kemana?" tolak Della. Zul bergeming. Dia justru mengeratkan genggamannya. Tak akan membiarkan wanita ini kabur lagi."Niatmu datang kesini untuk me

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Jangan Pergi

    Perjalanan ke kota cukup menyita waktu. Terutama karena Della hanya menggunakan angkutan umum. Dari satu bis ke bis yang lain. Pikirannya kacau. Dia tak bisa berfikir jernih lagi. Di pikirannya hanya satu. Dia tak mau terlambat. Berharap perjodohan itu belum dilaksanakan.Sepanjang jalan Della menangis. Membuat penumpang lain melihatnya heran. Penampilannya lebih mirip gadis yang kabur dari rumah. Karena dia membawa ransel ukuran sedang untuk pakaiannya. Tak ada yang menanyainya, sungkan terlebih dahulu.Jika dipikir, Della seperti tak punya malu. Dulu, dia yang menarik ulur perasaan Zul. Sampai pria itu hanya bisa memendam lukanya dalam senyum perjuangan. Memang, Della berhak marah karena Zul yang dulu. Tapi, bukankah Zul sudah meminta maaf? Bukan hanya sekali dua kali. Bahkan sering. Zul juga menunjukkan tekad yang kuat. Bahwa dia serius dengan lamarannya untuk menikahi dirinya. Tapi egonya terlalu besar untuk memaafkan Zul. Membiarkan pria itu tersiksa dengan perasaannya. Sekarang,

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Menyadarinya

    Della tidak tahu, entah sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan aneh ini. Dia cemburu setiap kali melihat kedekatan Zul dan Ika. Tapi dia sendiri sadar diri, yang juga dekat dengan Kevin. Egonya memang keterlaluan besarnya. Dan, ternyata itu tidak hanya berlaku untuk Ika semata. Nyatanya Della juga cemburu saat Zul dekat dengan para mahasiswi itu. Dia kesal hanya dengan melihat Zul tertawa renyah pada mereka. "Wow! Bang Zul keren!"Della mendecak. Hanya karena Zul mengangkat dua galon isi penuh secara bersamaan. Para mahasiswi itu tampak kagum. Padahal, wajar saja Zul kuat. Dia polisi yang terlatih secara fisik dan mentalnya.Della malas berada di situ. Beringsut ke belakang. Duduk di kursi kayu dekat kolam ikan. Melempar kerikil ke kolam. Yang langsung disambut para ikan, karena mengira itu makanan yang diberikan pada mereka. Yah, tipuan yang menyebalkan bagi kaum ikan."Kau tidak bermaksud membunuh mereka kan?"Della tersentak. Spontan menoleh. Kembali membuang wajah saat t

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Tak Ingin Berhenti

    Sungguh menarik perhatian. Itulah yang Niswah dan Arjun pikirkan melihat kejadian ganjil tadi pagi. Bagaimana bisa, Della dan Zul yang mereka kenal sebagai sepasang kekasih, tapi malah berangkat kerjanya dengan pasangan yang berbeda?"Lihat kan tadi?"Arjun mengangguk. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang protes. Ya kali mereka mau mendemo dosen sendiri. Taruhannya nilai, uy. Yah, meskipun Arjun juga tidak akan melakukan hal selicik itu."Aneh deh. Masak kalau cuma alesan tempat kerja yang beda, mereka berangkatnya pisah sih? Mana yang dibonceng lawan jenis lagi.""Perempuan tadi bukan polisi, Nis. Dari seragamnya dia karyawan biasa.""Iya, maksudku itulah, pokoknya. Aneh aja gitu. Apa, mereka lagi ada masalah ya? dilihat juga, bang Zul sama mbak Della kayak lagi jaga jarak kan?""Mereka emang lagi ada masalah. Cuma, aku kira sudah baikan. Ternyata belum toh.""Ih, jadi pengen deketin mereka lagi loh. Mereka kan pasangan serasi. Pacaran juga udah lama. Sayang kalau

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Dipermalukan

    Sampai di rumah, para mahasiswa itu sudah di depan. Ada yang menyapu, ada pula yang mencabuti rumput. Zul jadi malu sendiri dengan keadaan rumahnya yang memang tidak terawat. Tidak ada waktu, juga malas. Biasalah, pria lajang yang hidup sendiri, biasanya begitu. Zul ikut bergabung bersama mereka. Hari ini, dia berangkat agak siang saja.Selesai berberes, sarapan diadakan di rumah pak lurah. Tentunya sarapan kali ini lebih ramai dengan mereka yang baru datang...Pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, Kevin datang menjemput. Merasa heran dengan keadaan ramai rumah Della. Dia sampai bengong dan tak berani memanggil. Mahasiswi muda yang sedang berkumpul di teras. Sepertinya mereka sedang musyawarah. Tapi, demi mendengar suara motor, mereka sontak menoleh. Membuat Kevin salah tingkah karena menjadi pusat perhatian."Cari siapa, Mas?" tanya mahasiswi berjilbab krem."Oh? S-saya? Saya nyari ... Em ... Mbak Della.""Oh. Mbak Della."Gadis berjilbab krem itu menjawil temannya. "Panggil

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Sebuah Terkaan

    Jika pagi yang kemarin Zul hanya sendiri, maka pagi ini dia disambut dengan keriuhan. Para mahasiswa yang antre di kamar mandinya dengan wajah kusut khas bangun tidur."Pagi, Bang."Zul mengangguk. Duduk di salah satu kursi, ikut mengantri."Duluan saja, Bang."Zul mengibaskan tangannya, pertanda tidak perlu. Nertanya tak menangkap keberadaan Arjun diantara para mahasiswa itu."Dimana dosenmu?" tanya Zul dengan suara serak parau."Oh, pak Arjun sudah bangun dari tadi, bang. Kayaknya keluar tadi. Mungkin ke masjid," terang salah satu mahasiswa dengan dagu lancip. Yang kalau tidak salah namanya Ilham.Zul tertegun. Sangat berbeda dengan dirinya. Yang hanya ke masjid jika sempat saja. Zul menyadari, dibanding dirinya, Arjun memang lebih baik. Dan sangat cocok untuk Niswah yang mempunyai background agama kuat.Tidak Zul. Ingat dengan tekadmu. Cinta lama itu sudah hilang. Kini yang terpenting adalah mendapatkan kembali hati Della untuknya.Adzan subuh berkumandang. Syukurlah antrian tidak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Pembicaraan Malam

    Keseluruhan mahasiswa KKN ada enam belas. Enam laki-laki, dan sepuluh perempuan. Delapan tinggal di kediaman lurah Yogi, dan delapan yang lainnya tinggal di dusun sebelah. Karena kebetulan rumah dinas Zul dekat dengan kediaman pak Yogi, jadi, tiga laki-laki, ditambah Arjun, akhirnya tinggal di rumah dinas Zul. Supaya lebih menjaga para kaum hawa, itu kata Arjun. Padahal, aslinya dia tidak rela kalau istrinya tinggal seatap dengan teman prianya itu. Hal yang disetujui oleh Zul, dan yang lainnya. Tentunya, Zul dengan alasan yang sama. Tak mau Della kecantol dengan salah satu anak KKN itu, atau malah anak KKn yang kecantol Della."Mas Zul sudah lama disini?" Obrolan ringan kala malam hari. Yang lain sudah tidur, mungkin lelah setelah perjalanan panjang tadi siang."Hm. Lumayan. Sudah cukup lumayan lama sih."Arjun manggut-manggut. Menyeruput hot chocolate buatannya. Berhubung dia tidak suka kopi, jadi dia membawa sendiri susu cokelat dari rumah."Istrimu, sudah berapa bulan?" Maafkan Z

DMCA.com Protection Status