Share

Ribut

Author: FitriElmu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ucapan Mas Angga saat sendiri tadi terus terngiang. Dia masih mencintaiku? Tapi, kenapa kamu menghianatiku, Mas? Ah, andai saja waktu bisa diputar, akan aku singkirkan duri yang membuat kita jadi seperti ini. Jujur, aku menyesal telah membawa ibu mertua kesini jika malah membuat baktiku meluntur dan berganti rasa benci untuknya. Keluarga harmonis kita menjadi hancur dalam sekejap karena campur tangan beliau.

Sebuah ketukan di pintu membuat lamunanku buyar. Kuusap air mata yang sempat menetes tadi. Tapi bukan untuk bergerak membuka pintu, melainkan untuk tidur. 

"Dinda, ini aku. Tolong bukakan pintu sayang."

"Dinda... Din..."

Kututup telingaku dengan bantal. Memilih menggapai mimpi daripada membuka pintu dan berakhir perdebatan panjang.

*****

Hujan gerimis rintik menyapa indera pendengaran saat aku bangun tidur. Dingin. Apalagi tadi malam aku lupa mematikan AC kamar. Jam di nakas menunjuk pukul setengah empat pagi. Kebiasaan bangun pagi it

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, g cocok banget si dinda itu jadi orang kaya dan mertua serta madu tinggal bersamanya. pake otak dikitlah menulis cerita njing. minimal pahami gimana karakter orang yg terlahir dari keluarga kaya dan punya perusahaan warisan orangtua. dasar oran udik bikjn crita assl aja alurnya.
goodnovel comment avatar
Ira Cdv
Bego bego bego, hei author jgn bego donk nulisnya, masa tokohnya dibuat bego hr gini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Labrakan Ibu Mertua

    "Sudah, Bu, Din. Uhuk! Uhuk! Ini salahku. Kepalaku pusing melihat kalian berdebat. Hatchi!"Aku mengangkat tubuhku dari kursi. Mengibaskan rambut elegan. Mending pergi."Kamu mau kemana, Din?""Nanya. Ya kantor, lah," sahutku ketus. Derap heels terdengar membanggakan di telingaku."Tapi ini minggu. Uhuk! Kantor kan libur."Astaga! Kelamaan jadi ibu rumah tangga membuatku lupa. Wajahku memerah malu. Tapi sudah terlanjur kepalang basah. Jadi kulanjut saja langkahku."Aku ada urusan," sahutku menutupi wajah malu. Entah kemana, yang penting pergi. Sudah terlanjur juga.*****Akhirnya aku ke rumah Della. Della malah terbahak setelah mendengar ceritaku."Makanya, fokus sayang. Jangan-jangan emang bener, peletnya mas Angga terlalu kuat. Sampai sampai Lo jadi linglung."Kupukul tangannya yang memegangi perutnya karena tertawa ngakak. Sialan. Sahabatnya sedang kena sial, dia malah asyik menertawakan."Udah yuk. Daripada g

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Cercaaan Mertua

    Ibu mertua, pelakor, dan bocah itu, kenapa ada disini?"Oo... Jadi begini kelakuan mu di belakang. Pantas saja sikapmu sekarang kurang ajar. Benar dugaan ku selama ini.""Ibu apa-apaan sih!" aku khawatir mr Arah akan berpikiran macam-macam."Suamimu di rumah terbaring sakit, tapi kamu malah enak-enakan selingkuh disini. Istri macam apa kamu, hah!""Bu, aku disini juga dalam rangka kerja. Mr Arav ini...""Halah! Sudah berapa lelaki yang menjamah tubuhmu! Pantas saja kamu mandul. Itu pasti karma akibat sering berzina."Tanganku mengepal, rahangku menyerah, merah, marah. Ku toleh pada pria Turki yang tetap memasang wajah datarnya itu."Maaf, mister. Sepertinya ada kesalahpahaman. Saya permisi dulu.""Never mind. Anda bisa selesaikan dulu."Aku tersenyum tipis. Memberi kode pada Della untuk menemani Mr Arav. Semoga Della bisa menyelesaikannya seperti tempo lalu."Bu, mari bicara di luar," ucapku seraya menggendong paksa Vano. Mengabaikan meski anak itu berteriak-teriak memberontak. Tak ad

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kesempatan Lagi

    "Apa? Gak salah?" kekehku. Lucu sekali ibu mertuaku ini."Sory. Mobilku suci dari pantat pelakor. Cari aja taksi sana. Berangkat sendiri, pulang juga sendiri. Byee..."Ku tutup mobil dengan gerakan gemulai. Ternyata bakat centil itu masih ada. Haha."Dinda tunggu, Dinda! Kamu gak bisa ninggalin kami."Brum!Ku lambaikan tangan dari kaca mobil tanpa menoleh."Wanita sialan!"Oke. Bye.****Kepalaku terasa sakit. Menuntaskan emosi ternyata tak selamanya melegakan. Terkadang menimbulkan sesal setelahnya. Tapi, yang aku rasa sekarang adalah sakit. Meyadari nasibku seburuk ini.Gontai kaki berayun memasuki rumah. Sepi. Tentu, para benalu itu kan sedang jalan-jalan. Ku lanjutkan langkah menaiki tangga satu persatu.Cklek! Dan pemandangan di dalam membuat mataku membulat."Apa yang kamu lakukan disini, mas Angga!"Pria itu mengangkat wajah pucatnya. Keadaannya benar-benar mengenaskan. Dia berdiri dan menghampiriku yang mematung di depan pintu. Sejenak dia hanya menatapku dengan tatapan send

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Dimulai

    Setelah apa yang dilakukannya, aku tidak langsung bisa menerima mas Angga begitu saja. Rasanya masih terbayang ada orang lain yang sudah disentuh oleh mas Angga. Tapi, demi bagaimanapun juga dia sudah berjanji. Jadi, mau tak mau, aku harus merawatnya lagi seperti dulu. Panasnya sudah turun. Hanya tinggal flu.Dan kini dia minta disuapi makan. Tak apa. Tak ada salahnya membuat pria ini kembali ke pelukanku. Itu akan membuat pelakor dan ibu mertua meraung tak terima. Aku tidak perlu bermain kotor untuk membuat mereka tersiksa secara perlahan."Terimakasih, sayang. Aku janji akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuktikannya."Bibirku tersungging tipis. Meski aku masih mencintainya, tapi sakit itu masih ada. Menjaga diri untuk tidak terlalu larut dalam cinta adalah cara terbaik menjaga diri dari kehancuran. Lelaki itu terus tersenyum dengan mulut mengunyah makanan. Sayangnya kemesraan yang baru berjalan beberapa waktu itu harus terjeda lagi. Apalagi kalau bukan karena ibu mertua yang

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Janji Angga

    "Papa... Papa... Endon...""Papa lagi sibuk. Ikut mama aja sana."Padahal aku lihat mas Angga tidak ngapa-ngapain, cuma memotong kuku. Aku berpura-pura tidak melihatnya. Menatap layar kaca."Papa... Huwaa!"Bocah itu meraung. Sampai volume tivi pun kalah."Astaga... Cucu oma.""Ikut papa... Huwaa...""Ya ampun, Angga. Ini loh, Vino mau ikut kok dicuekin. Gendong dulu, nih.""Angga sibuk, Bu.""Sibuk apa? Motong kukunya kan bisa nanti lagi. Wong anaknya nangis keras sampek guling-guling gini kok dibiarin aja kamu ini."Kulihat mas Angga malah beranjak ke arah tangga. Menapakkan kaki panjangnya ke tiap anak tangga."Angga!"Mas Angga benar-benar tak peduli."Ya ampun anak itu. Lama-lama bikin stress."Aku tersenyum tipis. Jahat ya? Gak papa deh, sesekali."Cup... Cup sayang. Udah. Ikut oma aja ya? Papa lagi capek. Belum sembuh.""Papa... Huwaa... Papa nakal!""Udah... Cup... Cup. Vino nonton kartun aja ya? Mau? Nonton Upin Ipin?"Entah apa reaksi anak itu, netraku tak teralih dari layar

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Harus Tega

    "Apa pernah aku mengatakan menyesal menikah denganmu, hmm?"Aku memalingkan wajah. Berjalan ke arah meja rias. Mendudukkan pantat di kursi. Lantas memakai krim wajah."Aku tidak membahas pernikahan kita. Tapi, apa kamu menyesali keputusanmu menyetujui persyaratanku?" ucapku, melihat pria itu dari pantulan kaca rias. Dia tersenyum. Lagi-lagi memeluk leher ku dari belakang, meletakkan kepalanya di pundakku."Apa kamu pernah mengobrol dengan Riri?""Untuk apa?" balasku tak suka."Akan lebih baik kalau kamu mengkaji inti permasalahan kita, sayang.""Tidak... Jangan salah paham dulu." aku mendengkus. Hampir menyemprotnya dengan ucapan kasar, tapi dia menyadarinya lebih dulu. Buru-buru menyahutnya."Aku hanya tidak ingin kamu menyimpan dendam, Din. Bagaimana pun juga, Riri itu korban. Kita sama-sama tidak menginginkan situasi itu. Coba bayangkan, terjebak dalam situasi terduga, tentu menyakitkan. Rasanya tidak etis jika kita membuatnya tersiksa.""Aku tidak peduli."Beranjak bangkit, hingga

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Ini Salahmu!

    "Angga! Kau tidak boleh pergi! Angga!"Suaranya bahkan ibu mengejar Mas Angga. Aku membuka pintu mobil, namun pria itu lebih dulu mencegahnya. "Aku yang nyetir." aku mengangkat bahu, menyerahkan kunci mobil padanya. Lalu pindah haluan. Ibu masih berteriak memanggil mas Angga. "Anakmu sakit," ucapku saat di perjalanan."Tidak apa. Sudah ada ibu dan mamanya.""Kamu tidak khawatir?" tolehku. Mas Angga diam saja. Pandangannya datar menatap jalanan depan."Belum terlambat kalau mau kembali. Pulanglah."Dia menoleh, pandangan kami sempat bersitatap. Sejenak kemudian dia menggeleng."Tidak. Aku sudah berjanji denganmu.""Aku memberimu izin.""Pantang seorang pria menghianati janjinya, Din.""Baiklah. Itu terserah kamu. Setidaknya aku sudah memberimu izin. Jadi, jangan menyesal ataupun menyalahkanku jika ada sesuatu yang terjadi."Mas Angga terdiam. Tapi sama sekali tidak memberi tanda bahwa dia akan memutar haluan mobil.****Aku tengah berkutat dengan layar laptop. Mengamati setiap huruf

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kehadiran Bang Aldi

    "Aset-aset aman kan?"Aku mengangguk. Perasaanku mulai membaik. Malam ini bahkan kami mengobrol banyak. Termasuk mengenai kedatangannya yang tiba-tiba itu. "Syukurlah. Itulah, Din. Kenapa abang mewanti-wanti agar kamu tidak merubah nama perusahaan atas namanya. Ya karena itu. Manusia tidak selamanya di percaya. Bukannya abang menyamaratakan manusia seperti mertua dan suamimu itu loh. Tapi, sekedar jaga-jaga. Lebih baik, atas namakan aset dengan nama anak. Itu lebih terjaga.""Tapi, aku kan memang belum punya anak, Bang," cetusku yang sukses membuat bang Aldi merasa bersalah."Astaga! Abang minta maaf. Dasar mulut." menepuk mulutnya berkali-kali. Aku tersenyum. Bang Aldi tidak berubah sama sekali. Masih menjadi kakak yang sangat menyayangi adiknya. Buktinya, instingnya yang kuat membuatnya langsung terbang ke Indonesia. Meski kak Dini dan Jansen anaknya tak bisa ikut, karena Jansen belum libur sekolah. Dan memang benar, saat itu, aku tengah dirundung oleh mertua dan suamiku sendiri."

Latest chapter

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   (End) Lo_Ve

    Zul dan Della rencananya akan tinggal sendiri. Sekarang, mereka masih bulan madu sambil menikmati Winter di Osaka. Setelah pulang, mereka tinggal di apartemen. Zul tengah menyiapkan rumah yang akan mereka tinggali nanti. Della sendiri, kembali bekerja di perusahaan Dinda. Tentu saja setelah Dinda memintanya dengan teramat. Lagipula, potensi Della di perusahaan memang besar. Jadi, tak bukan hanya atas dasar persahabatan semata. Zul juga sudah menceritakan sesuatu yang membuatnya mengganjal dulu. Tentang dia yang pernah tertarik ape Niswah. Awalnya Zul tidak mau cerita, karena takut Della cemburu. Tapi wanita itu memaksanya. Daripada memicu perang dunia di tengah pernikahan seumur jagung mereka, Zul mengalah. Della sempat kaget dan cemburu, tapi Zul berhasil meyakinkan bahwa itu hanya perasaan lewat. Cintanya pada Della lebih besar dan segalanya. Della masih cemburu, tapi dia percaya Zul. Zul sudah membuktikan bahwa perasaan pria itu sudah sepenuhnya tertuju padanya.Hari ini, mereka m

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Akhir Kisah

    Niswah dan Arjun yang merencanakannya. Sepasang suami istri itu tidak tahan melihat hubungan dingin dua manusia dewasa itu. Satunya terlalu tinggi ego, dan satunya yang cenderung pasrah. Dan sangat kebetulan, bertepatan dengan itu, Zul mendapat promosi. Masa mutasinya dipercepat. Dia kembali mengabdi di kantor pusat. Kinerjanya memang bagus. Hanya sempat lalai karena patah hatinya.Sebenarnya, Zul mau berpamitan pada Della. Tapi Niswah melarangnya. Wanita yang sempat singgah di hatinya itu bilang, Zul harus tegas. Sesekali Della harus disentil egonya. Dengan cara menjauhinya. Seolah Zul sudah menyerah pada perasaannya. Awalnya Zul tidak setuju. Dia takut, Della justru semakin jauh darinya. Tapi Niswah juga tak kalah memaksa. Bagaimanapun juga, dia sesama wanita. Dia tahu, apa yang ditakutkan oleh kaum wanita keras kepala. Dia cinta, hanya saja ego tinggi mengalahkan perasaannya sendiri. Niswah bahkan berani menjamin, akan menebusnya seandainya rencananya gagal. Karena Niswah juga yak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kejutan Mendebarkan

    "Jangan pergi...."Jantung Della terasa berdegup kencang. Dia juga tidak ingin pergi. Tapi, keadaan sudah berbeda. Zul sudah bertunangan dengan wanitanya. Harusnya dia tak ada disini. Ini acara pentingnya.Della melepas pelukan Zul darinya. Menghindarkan wajahnya dari pandangan Zul."Pergilah," ucapnya lirih. Menahan isakan yang sebentar lagi kembali pecah."Kenapa? Kau tidak suka aku mendatangimu?" ucap Zul tanpa penekanan.Della menggeleng. Dia tidak berani menatap pandang Zul. Dia takut perasaannya semakin hancur saat sadar pria itu tidak bisa dia harapkan lagi."Kembalilah. Itu acaramu. Tak seharusnya kamu malah disini."Zul mengerutkan dahinya. Mencerna perkataan Della."Acaraku? Ini acara ki ..." Zul menghentikan ucapannya. Berdehem kecil. Lantas menarik tangan Della. Memaksa mengikuti langkah lebarnya."Zul, lepas. Kau mau membawaku kemana?" tolak Della. Zul bergeming. Dia justru mengeratkan genggamannya. Tak akan membiarkan wanita ini kabur lagi."Niatmu datang kesini untuk me

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Jangan Pergi

    Perjalanan ke kota cukup menyita waktu. Terutama karena Della hanya menggunakan angkutan umum. Dari satu bis ke bis yang lain. Pikirannya kacau. Dia tak bisa berfikir jernih lagi. Di pikirannya hanya satu. Dia tak mau terlambat. Berharap perjodohan itu belum dilaksanakan.Sepanjang jalan Della menangis. Membuat penumpang lain melihatnya heran. Penampilannya lebih mirip gadis yang kabur dari rumah. Karena dia membawa ransel ukuran sedang untuk pakaiannya. Tak ada yang menanyainya, sungkan terlebih dahulu.Jika dipikir, Della seperti tak punya malu. Dulu, dia yang menarik ulur perasaan Zul. Sampai pria itu hanya bisa memendam lukanya dalam senyum perjuangan. Memang, Della berhak marah karena Zul yang dulu. Tapi, bukankah Zul sudah meminta maaf? Bukan hanya sekali dua kali. Bahkan sering. Zul juga menunjukkan tekad yang kuat. Bahwa dia serius dengan lamarannya untuk menikahi dirinya. Tapi egonya terlalu besar untuk memaafkan Zul. Membiarkan pria itu tersiksa dengan perasaannya. Sekarang,

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Menyadarinya

    Della tidak tahu, entah sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan aneh ini. Dia cemburu setiap kali melihat kedekatan Zul dan Ika. Tapi dia sendiri sadar diri, yang juga dekat dengan Kevin. Egonya memang keterlaluan besarnya. Dan, ternyata itu tidak hanya berlaku untuk Ika semata. Nyatanya Della juga cemburu saat Zul dekat dengan para mahasiswi itu. Dia kesal hanya dengan melihat Zul tertawa renyah pada mereka. "Wow! Bang Zul keren!"Della mendecak. Hanya karena Zul mengangkat dua galon isi penuh secara bersamaan. Para mahasiswi itu tampak kagum. Padahal, wajar saja Zul kuat. Dia polisi yang terlatih secara fisik dan mentalnya.Della malas berada di situ. Beringsut ke belakang. Duduk di kursi kayu dekat kolam ikan. Melempar kerikil ke kolam. Yang langsung disambut para ikan, karena mengira itu makanan yang diberikan pada mereka. Yah, tipuan yang menyebalkan bagi kaum ikan."Kau tidak bermaksud membunuh mereka kan?"Della tersentak. Spontan menoleh. Kembali membuang wajah saat t

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Tak Ingin Berhenti

    Sungguh menarik perhatian. Itulah yang Niswah dan Arjun pikirkan melihat kejadian ganjil tadi pagi. Bagaimana bisa, Della dan Zul yang mereka kenal sebagai sepasang kekasih, tapi malah berangkat kerjanya dengan pasangan yang berbeda?"Lihat kan tadi?"Arjun mengangguk. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang protes. Ya kali mereka mau mendemo dosen sendiri. Taruhannya nilai, uy. Yah, meskipun Arjun juga tidak akan melakukan hal selicik itu."Aneh deh. Masak kalau cuma alesan tempat kerja yang beda, mereka berangkatnya pisah sih? Mana yang dibonceng lawan jenis lagi.""Perempuan tadi bukan polisi, Nis. Dari seragamnya dia karyawan biasa.""Iya, maksudku itulah, pokoknya. Aneh aja gitu. Apa, mereka lagi ada masalah ya? dilihat juga, bang Zul sama mbak Della kayak lagi jaga jarak kan?""Mereka emang lagi ada masalah. Cuma, aku kira sudah baikan. Ternyata belum toh.""Ih, jadi pengen deketin mereka lagi loh. Mereka kan pasangan serasi. Pacaran juga udah lama. Sayang kalau

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Dipermalukan

    Sampai di rumah, para mahasiswa itu sudah di depan. Ada yang menyapu, ada pula yang mencabuti rumput. Zul jadi malu sendiri dengan keadaan rumahnya yang memang tidak terawat. Tidak ada waktu, juga malas. Biasalah, pria lajang yang hidup sendiri, biasanya begitu. Zul ikut bergabung bersama mereka. Hari ini, dia berangkat agak siang saja.Selesai berberes, sarapan diadakan di rumah pak lurah. Tentunya sarapan kali ini lebih ramai dengan mereka yang baru datang...Pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, Kevin datang menjemput. Merasa heran dengan keadaan ramai rumah Della. Dia sampai bengong dan tak berani memanggil. Mahasiswi muda yang sedang berkumpul di teras. Sepertinya mereka sedang musyawarah. Tapi, demi mendengar suara motor, mereka sontak menoleh. Membuat Kevin salah tingkah karena menjadi pusat perhatian."Cari siapa, Mas?" tanya mahasiswi berjilbab krem."Oh? S-saya? Saya nyari ... Em ... Mbak Della.""Oh. Mbak Della."Gadis berjilbab krem itu menjawil temannya. "Panggil

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Sebuah Terkaan

    Jika pagi yang kemarin Zul hanya sendiri, maka pagi ini dia disambut dengan keriuhan. Para mahasiswa yang antre di kamar mandinya dengan wajah kusut khas bangun tidur."Pagi, Bang."Zul mengangguk. Duduk di salah satu kursi, ikut mengantri."Duluan saja, Bang."Zul mengibaskan tangannya, pertanda tidak perlu. Nertanya tak menangkap keberadaan Arjun diantara para mahasiswa itu."Dimana dosenmu?" tanya Zul dengan suara serak parau."Oh, pak Arjun sudah bangun dari tadi, bang. Kayaknya keluar tadi. Mungkin ke masjid," terang salah satu mahasiswa dengan dagu lancip. Yang kalau tidak salah namanya Ilham.Zul tertegun. Sangat berbeda dengan dirinya. Yang hanya ke masjid jika sempat saja. Zul menyadari, dibanding dirinya, Arjun memang lebih baik. Dan sangat cocok untuk Niswah yang mempunyai background agama kuat.Tidak Zul. Ingat dengan tekadmu. Cinta lama itu sudah hilang. Kini yang terpenting adalah mendapatkan kembali hati Della untuknya.Adzan subuh berkumandang. Syukurlah antrian tidak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Pembicaraan Malam

    Keseluruhan mahasiswa KKN ada enam belas. Enam laki-laki, dan sepuluh perempuan. Delapan tinggal di kediaman lurah Yogi, dan delapan yang lainnya tinggal di dusun sebelah. Karena kebetulan rumah dinas Zul dekat dengan kediaman pak Yogi, jadi, tiga laki-laki, ditambah Arjun, akhirnya tinggal di rumah dinas Zul. Supaya lebih menjaga para kaum hawa, itu kata Arjun. Padahal, aslinya dia tidak rela kalau istrinya tinggal seatap dengan teman prianya itu. Hal yang disetujui oleh Zul, dan yang lainnya. Tentunya, Zul dengan alasan yang sama. Tak mau Della kecantol dengan salah satu anak KKN itu, atau malah anak KKn yang kecantol Della."Mas Zul sudah lama disini?" Obrolan ringan kala malam hari. Yang lain sudah tidur, mungkin lelah setelah perjalanan panjang tadi siang."Hm. Lumayan. Sudah cukup lumayan lama sih."Arjun manggut-manggut. Menyeruput hot chocolate buatannya. Berhubung dia tidak suka kopi, jadi dia membawa sendiri susu cokelat dari rumah."Istrimu, sudah berapa bulan?" Maafkan Z

DMCA.com Protection Status