Baru saja hubungan pasutri ini membaik, tapi entah kenapa ujian sekaligus ancaman menghampiri keduanya.. ~~~ Mobil yang ditumpangi Aveline dan Cassian tiba di rumah mereka. Aveline turun terlebih dahulu, berikut dengan senyum di wajahnya. “Waduh.. waduh.. cerah banget kalian. Honneymoon satu malamnya sukses pasti.” Ujar Ibu Diana di teras depan, menyambut anak dan menantunya. Aveline tersipu, rona merah muncul di wajahnya jika mengingat kenangan tadi malam. Sementara itu Cassian tidak terpengaruh dengan godaan ibunya. “Tolong bawa koper ke kamar, yah, pak!” Perintah Cassian yang diangguki oleh pelayan yang tadi dipanggilnya. Setelah memastikan kopernya sudah dibawa, Cassian kembali menoleh pada ibunya. “Randy belum dateng, bu?” Tanyanya saat tida melihat mobil Randy dimanapun. Padahal Randy tadi sudah mewanti-wanti dirinya untuk segera bersiap, karena mereka akan berangkat tepat setelah Cassian sampai di rumah. Mendengar itu, Aveline merengut kesal dan khawatir kalau Cassian aka
Dasar Wanita, racun dunia.. ~~~ “Tadi kak Valen kesini loh, bang.” Seru Adelia memecah kesunyian di meja makan. Adelia, Cassian, Aveline dan Ibu Diana tengah menikmati makan malam mereka saat ini. “Valen? Ngapain Valen kesini?” Tanya Cassian sambil mengerutkan keningnya. “Tadi kan nebeng temen aku yang mau kesini, trus aku minta diturunin di MI aja karena mau beli sesuatu. Eh pas pulang, gak sengaja ketemu sama Kak Valen. Trus dia nawarin tumpangan. Jadinya aku iyain aja.” “Oh ya?” Cassian terdengar tertarik, membuat Aveline penasaran. Siapa itu Valen? Kenapa Adelia kedengarannya dekat dengan dia? Adelia mengangguk antusias. “Dia juga tadi nyariin abang, tapi kata ibu abang ada kerjaan.” Ujar Adelia. “Emangnya kerjaan apa hari minggu ini, bang?” “Hemm. Ada meeting penting.” Ujar Cassian sembari menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tidak minat. Aveline yang menyadari itu tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Makanannya gak enak, yah?” Tanya Aveline. Pasalnya hampir semua menu
Mereka tau etika bertamu di rumah orang tidak, sih? ~~~ Dasar Wanita, racun dunia.. Cassian menggeram sambil menenggelamkan wajahnya di Pundak Aveline. Dia tidak boleh terpengaruh. Pekerjaan ini penting bagi Rinaldi Corp. dan bolos hari ini bisa berdampak buruk bagi perusahaan papa mertuanya itu. “Kamu gak bisa pengaruhin aku, Ave. Ini masalah profesionalitas dan tanggung jawab. Gak bisa dihubungkan dengan kehidupan pribadi.” Ucap Cassian dengan suara teredam karena masih belum mengangkat kepalanya. Dia berusaha mempertahankan dirinya untuk tidak terpengaruh dengan godaan istrinya ini. Meskipun itu sulit. Aveline lagi-lagi berdecak. Suaminya ini benar-benar gila kerja. Tapi Aveline juga tidak akan menyerah secepat itu. “Yaudah..” Ujar Aveline yang membuat Cassian mengangkat kepalanya. Aveline tersenyum manis. “Tapi minum obat dulu, yah!” Cassian menggeleng. “Nanti ngantuk. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesain hari ini.” Aveline diam-diam mendengus. “Oke kalau gitu, aku bu
Apa Aveline sudah keterlaluan? Padahal dia kan hanya mengkhawatirkan Cassian.. ~~~ “Kamu udah dateng, Ran?” Randy, sekertaris CEO Rinaldi Corp., sontak berdiri saat mendengar suara lembut dan tegas milik putri sulung Vincent Rinaldi. Memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Vincent dan Aveline sama-sama mampu membuat Randy merinding hanya dengan mendengar suaranya. Randy sendiri merupakan putra dari Asisten Vincent Rinaldi. Jadi dia memang sudah lama mengenal Aveline dan keluarganya. “Selamat siang, bu.” Ujarnya dengan gugup. Aveline mengangguk ramah dan tersenyum tipis. “Kamu kerja sendiri, yah. Suami saya lagi istirahat.” Kening Randy mengerut. Dia menggaruk pipinya yang tidak gatal. Sepertinya dia salah dengar. “Maksudnya, bu?” “Iya. Kamu kerja sendiri aja. Suami saya tadi malam sakit. jadi dia harus istirahat.” Jelas Aveline. Randy meringis mendengar itu. Dia tentu saja sudah mendengar kabar kalau Cassian sedang sakit. Makanya, schedule hari ini kebanyakan dialihkan ke dar
Aveline dengan wajah sendu dan bibir melengkung ke bawah, "Maaf!!" ~~~ Aveline menopang dagunya dengan tangan yang satunya terlipat di atas meja. Matanya sejak tadi memperhatikan karyawan yang keluar masuk dari Gedung kantor Rinaldi Corp. Sudah beberapa hari ini dia terus mengunjungi sebuah coffee shop yang letaknya persis di hadapan Gedung Rinaldi Corp., juga di meja yang sama yang dia duduki saat ini. Di sisi kanan terdapat kaca tebal transparan yang membantunya melihat pemandangan di luar. “Masih ngitungin karyawan Rinaldi Corp.?” Aveline mendongak dan mendapati seorang Wanita yang membawa minuman pesanannya. Aveline mengedikkan bahunya dan mengabaikan Wanita yang sekarang duduk berhadapan dengannya. Matanya kembali dialihkan pada penampakan Gedung kantor Rinaldi Corp. “Ternyata mereka banyak, Lau. Ribuan deh kayaknya.” Ujar Aveline sambil menghela napas. Wanita yang dipanggil Lau itu mengetukkan jarinya di meja. “Lah kan emang perusahaan keluarga lo itu perusahaan besar. Ja
Aveline terlalu berekspektasi tinggi, makanya dia merajuk.. ~~~ “Jadi kamu maafin aku?” Tanya Aveline penuh harap, ditambah mata dan hidung yang memerah. “Hemm..” Cassian mengangguk. Aveline merasa lega. “Makasih..” Ujarnya seraya tersenyum manis. “Yaudah ke kamar, yuk!” Cassian memicingkan matanya sambil menatap Aveline. “Apa?” Tanya Aveline yang merasa bingung dengan tatapan itu. “Aku ngerasa ada niat terselubung dari ajakan kamu itu.” “Hah?” Ucap Aveline tidak paham. “Kan kamu tadi bilangnya capek, makanya aku ngajakin istirahat di kamar.” Ujar Aveline dengan heran. Cassian tersenyum misterius. “Ngaku aja deh.” Aveline yang mulai paham maksud Cassian, ikut memicingkan matanya. “Gak ada yah. Itu mah alesan kamu aja. Dasar maniak!” Cibirnya. “Eh.. udah mulai berani ngatain suami kamu, yah..” Cassian berkacak pinggang. Aveline memasang wajah menantang dan menjulurkan lidahnya. “Awas kamu, yah..” “Hahaha..” Dan terjadilah kejar-kejaran antara pasutri itu hingga di kamar m
Sebuah peristiwa dua tahun yang lalu... ~~~ “Isteriku lagi ngambek tadi. Dia gak ada ingetin makan.” Ucap Cassian dengan polosnya. Blushh Aveline tidak bisa menahan senyumnya mendengar Cassian yang baru pertama kalinya mengakuinya sebagai ‘Istri’, pun dengan kepemilikan yang terdengar jelas. Kekesalan dan niatnya untuk tidak mempedulikan Cassian karena kecewa akan kencan yang tidak diharapkannya, meluap bebas. “Ekhem..” Aveline berdehem pelan untuk menetralkan reaksi tubuhnya yang ingin meloncat kegirangan. “Jangan tidur dulu. Aku.. aku mau ambil makanan.” Setelah mengatakan itu, Aveline berjalan dengan cepat dari hadapan Cassian, membuat pria itu menutup matanya dengan lengan kanannya. “Lucunya..” Gumamnya yang dilengkapi senyum tipis menawannya. ~~~ Aveline meraih piring dan gelas kosong bekas makan malam yang terlambat mereka, lalu kemudian berdiri. Kenapa mereka, karena Aveline juga melewatkan makan malamnya. Jadinya, mereka makan sepiring berdua. Tentunya dengan Aveline y
Nicholas benar-benar gila.. ~~~ Kak Ian.. temenku yang koma sejak setahun lalu katanya udah sadar. Jadi aku buru-buru ke rumah sakit. Maaf aku ijinnya lewat sini. Pesan itu dikirim Aveline saat bokongnya menyentuh sofa yang ada di ruang rawat Rama. Dia teringat tidak meminta izin saat kemari, Cassian pasti bingung saat saat terbangun dan tidak mendapatinya. Meskipun tidak ada jaminan kalau Cassian akan khawatir dan mencarinya, tapi sebagai istri, Aveline memiliki kewajiban untuk memberi tahu posisinya sekarang. Aveline meletakkan ponselnya kembali ke dalam tasnya dan mulai ikut dalam pembahasan tentang kecelakaan itu. “Om Edgar bilang, mobil yang dipake kalian waktu itu ada yang udah otak-atik.” Ucap Laura membuka pembicaraan dengan informasi dari hasil penyelidikan Papanya Rama. “Udah tau siapa pelakunya?” Tanya Sofia yang duduk di samping Aveline. Sofia ini meski tidak satu kampus dengan Aveline dan yang lainnya termasuk Laura, Wanita ini juga bisa dibilang dekat dengan mereka