Entah mengapa, Cassian tidak bisa melepaskan pandangannya pada Aveline yang sibuk bekerja.. ~~~ “So, Your majesty! Anda sakit apa sampe ijin gak masuk kantor tadi, tapi sekarang malah lanjut kerja?” Tanya Sofia yang sekarang sudah berada di ruang desain bersama dengan Aveline yang tengah menggerakkan stylus pen-nya. Entah apa yang tengah digambar oleh Wanita itu. “Tadi pagi mau ngecek janin gue aja, karena pas gue bangun rasanya kram banget. Takut kenapa-kenapa dianya.” Ujar Aveline dengan santai. Masih berkutat dengan gambarnya. Mata Sofia membulat mendengar itu. “Jadi lo lagi hamil tapi gak ngabarin?” Ujarnya sambil berdiri dan berkacak pinggang. Aveline meringis dan mendongak menatap Sofia yang tengah mengembungkan pipinya. Wanita itu terlihat kesal karena kabar bahagia yang seharusnya disebar oleh Aveline. “Lupa. Hehe.. Gue juga baru tau pas ngerjain desain ruangan suami gue. Trus kerjaan hectic, jadi gak ngabarin deh.” Ujar Aveline sambil mengedikkan bahu. “Ck.. tapi kan it
Bukannya Cassian yang membuat Aveline berjanji untuk tak merepotkannya? ~~~ “Loh, Kak Ian?” suara lembut itu terdengar dari belakang punggung Cassian, membuat Samuel tersenyum lebar dan melongokkan kepalanya menatap ke sumber suara. Aveline balas tersenyum pada pria dihadapan Cassian. Dia sudah selesai mengecat, tinggal beberapa bagian yang perlu di finishing. Namun saat menoleh, dia melihat sosok yang dikenalinya meskipun tampak bagian belakangnya saja, Cassian, suaminya. Aveline mengalungkan headphone-nya dan meletakkan kuas beserta paletnya di atas kaleng cat. Setelahnya, dia mendekati mereka berdua. Samuel melewati tubuh Cassian dengan santai dan menyapa Aveline, membuat Cassian mendengus dan ikut berbalik kemudian. “Hai, Ave. Cassian tuh possessive banget. Masa ngeliatin lo aja dilarang ama dia.” Aveline mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan dari pria yang sekarang ini ada dihadapannya. Apa dia tidak salah dengar? Bisakah dia menyimpulkan kalau Cassian cemburu dari pe
Sebegitu tidak nyamannya kah seorang Cassian mengobrol dengan Aveline? ~~~ "Bu, weekend minggu depan aku ada acara sama anak-anak kantor. Dan bakal nginep." Ujar Cassian saat menyelesaikan makannya. Mereka bertiga, Cassian, Ibu Diana, dan Aveline tengah makan malam bersama saat ini. "Dimana? Harus nginep, yah, emangnya?" Bukan Ibu Diana yang berkomentar, melainkan Aveline. Dia tidak rela harus berpisah dari Cassian walaupun hanya dua hari saja. Hubungannya dengan Cassian menunjukkan perkembangan yang bagus. Meskipun belum sampai pada tahap seperti pasangan suami istri lain yang saling mencintai, tatapan Cassian padanya tidak sedingin dulu. Bahkan dia bisa tersenyum sesekali pada Aveline saat mereka sedang berbicara. Bukankah itu hal yang sangat membahagiakan untuk Aveline? Misinya untuk menaklukan Cassian berarti sedikit lagi berhasil, kan? Cassian mengangguk. “Anak-anak Pawsome pengen ngadain outbond di pantai selama dua hari. Gimana gak harus nginep?” “Yaudah.” Ujar Aveline den
Cassian akan dipanggil ayah, Aveline akan dipanggil bunda.. ~~~ Cassian melirik Aveline yang terdiam di sampingnya dengan kepala yang menghadap ke jendela mobil. ‘Apa dia benaran tidur?’ Pikirnya. Ekhemm.. Cassian pura-pura terbatuk untuk menarik perhatian Aveline. Namun tidak ada pergerakan dari Wanita itu. Mungkin benar dugaannya kalau Aveline tertidur. Cassian jadi menyesal karena tidak mengindahkan ucapan Aveline tadi yang akan menemaninya sambil mengobrol, agar dia tidak merasakan kantuk. Anehnya suara musik tidak membantunya sama sekali. Justru membuatnya bertambah mengantuk karena suara penyanyinya yang mendayu-dayu. Ya, Cassian mengantuk saat ini. Perjalanan menuju lokasi hanya memerlukan waktu dua jam, dan sekarang baru pukul sebelas siang. Sedang mereka meninggalkan rumah di jam setengah sebelas. Sangat aneh Cassian merasakan kantuk di saat mereka baru duduk di mobil sekitar tiga puluh menit yang lalu. Karena tidak ingin membiarkan kantuknya akan mencelakakan mereka,
Cassian said, "ini semua gara-gara kamar yang dekornya romantis!!" ~~~ “Ini kunci villa buat boss..” Ujar Samuel sambil menyerahkan sebuah kunci pada Cassian. Cassian menatap kunci yang berbentuk kartu itu dengan heran. Kunci itu terlihat berbeda dengan yang dimiliki oleh karyawan lain dan milik Samuel sendiri. “Kok beda?” Tanyanya. “Itu villa khusus buat boss sama istrinya. Kali aja pengen honeymoon yang kedua.” Ujar Samuel sambil mengedipkan sebelah matanya pada Aveline. Aveline bersemu. “Kali aja lo gak pengen diganggu.” Lanjut Samuel. “Katanya mau ningkatin keakraban. Kalau pisah gini gimana caranya?” Dengus Cassian. “Ini buat kenyamanan bersama, yah.. pasutri yang ikut kesini cuma kalian doang. Kita gak bisa jamin kalau kalian gak bakal ganggu dengan suara berisik kalian pas malam nanti.” Samuel mendelik. Dia menyewa lima villa untuk kegiatan ini, empat villa besar untuk pegawai laki-laki dan perempuan masing-masing dua, dan satunya lagi villa dengan satu kamar untuk bos
Aveline terlalu percaya diri akan keberhasilannya menggoda hati Cassian, nyatanya ada wanita lain di hati suaminya itu.. ~~~ Sayangnya tidak sama sekali.. Salahkan saja pada ponsel Cassian yang terus saja berdering. Membuat pasangan suami istri itu mau tidak mau menghentikan kegiatan mereka. “Halo kenapa?” Suara Cassian terdengar ketus dan tak suka. Tentu saja. Siapa yang suka kalau kegiatannya diganggu? Untung saja Randy menelfon karena ada urusan penting. Kalau tidak, Cassian akan membebankannya dengan segala pekerjaan sebagai hukuman. Sementara Cassian asyik berbicara di telepon, Aveline tidak berniat untuk mencari tahu dengan siapa. Dia merasa sangat malu sekarang. Bahkan, kedua tangannya tengah menutupi wajahnya yang diyakininya kini memerah seperti tomat busuk. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Cassian akhir-akhir ini? Aveline merasa sangat terkejut. Semuanya terasa terlalu tiba-tiba menurutnya. Sikap Cassian memang berubah sedikit demi sedikit dan itu membuat Aveline b
Aveline memutuskan untuk menenangkan diri di tepi pantai, namun karena sesuatu hal dia tidak bisa kembali lebih cepat. ~~~ Hal yang paling dibenci Aveline adalah sisi pengecutnya. Dia lebih memilih untuk berkutat dengan spekulasinya sendiri tanpa mencari tau dulu kebenarannya. Seperti saat ini. Bukannya menghampiri Cassian dan memperkenalkan dirinya, like “Hai aku Aveline. Aku istrinya Cassian. kamu siapa, yah?”, Aveline justru berbalik dan membawa semua rasa campur aduk yang dirasakannya sekarang. Hiks hiks Terduduk di tepi pantai yang sunyi, air mata Aveline tak tertahankan lagi. Dia sungguh tidak memperkirakan kalau Cassian punya cintanya sendiri. Pantas saja Cassian menginginkan perceraian mereka setelah satu tahun. Ternyata dia memiliki rumahnya sendiri. “Kita harus gimana, baby?” Isak Aveline sambil mengusap perutnya. “Ayah punya orang yang dia cintai. Apa kita harus lepasin ayah? Tapi kita juga kan butuh ayah..” Tangis Aveline semakin kencang saja. Bagaimana bisa dia melep
Aveline salah tingkah sendiri saat Cassian bertingkah manis seperti ini.. ~~~ Ra.. Sera.. Aveline tidak mungkin salah mendengar panggilan itu dari Cassian, kan? Panggilan itu adalah panggilan Cassian untuknya dulu karena Cassian tidak ingin repot-repot memanggilnya Aveline, seperti orang lain memanggilnya. Bagi Cassian, nama Aveline begitu susah diucapkan oleh lidahnya. Jadi dia memutuskan untuk memanggil Aveline dengan nama tengahnya, Seraphina, yang dipenggalnya menjadi Sera. Tapi saat mereka menikah, Aveline tidak pernah mendengar panggilan itu lagi dari Cassian. Seakan tak ingat dengan panggilan itu, Cassian justru ikut memanggilnya dengan Aveline. Padahal Aveline dulunya merasa spesial karena Cassian memanggilnya berbeda dengan yang lain. “Kenapa?” Tanya Cassian saat Aveline tidak berhenti menatapnya dari tadi. Saat ini, Cassian tengah membantu memasangkan Aveline sebuah mantel lain yang dibawanya. Aveline sudah menolak untuk dipasangkan oleh Cassian karena dia merasa aneh.