Jangan Larang Aku Menikah!
Part 18: Bu Nadya Menyesal'Ahmad, kenapa tidak mengasih kabar iya? Ada apa gerangan? Apa jangan-jangan dia tidak selamat dari Bu Nadya yang super galak?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil menyetir mobil. Dia sedang di perjalanan menuju kampung Ahmad.
Pertanyaan itu muncul seketika di benak Tante Lusy.
'Lebih baik aku coba menelpon Ahmad. Kalau seperti ini aku nggak bisa tenang,' ucapnya sambil mencari kontak Ahmad. Dia berhenti sejenak di pinggir jalan raya.
Suara dering sangat jelas, tapi tidak ada sama sekali jawaban dari Ahmad.
"Hm, kenapa tidak dijawab sama, Ahmad? Apa jangan-jangan dia sudah dibantai wanita tidak ada hati itu?" ucap Tante Lusy.
Otaknya traveling ke mana-mana. Sudah enam panggilan tidak terjawab. Akhirnya Tante Lusy melanjutkan perjalanan menuju kampung Ahmad. Sudah berada di pusat kota, tinggal dua puluh menit lagi agar sampai ke tujuan.
"Lebih baik kus
Jangan Larang Aku Menikah!Part 18: Bu Nadya MenyesalBu Nadya mengamati wajah Tante Lusy. Ternyata Ahmad dari keluarga yang mapan. Pikiran Bu Nadya traveling, serasa menyesal menolak Ahmad sebagai calon menantu.'Apa jangan-jangan dia orang kaya?' tanya Bu Nadya dalam hati."Ahmad!" panggil Bu Nadya. Dia mau bicara, tapi malu dan bingung mulai dari mana. Dia hanya meneguk salivanya dengan kasar."Iya, Bu."Ahmad menghela napas setelah Winda berada di jok tengah."Nggak jadi, nanti saja setelah sampai di rumah sakit," balas Bu Nadya sembari berjalan menuju mobil Tante Lusy. Matanya membulat dan mulutnya menganga, mobil yang disetir tantenya Ahmad kekuatan baru dan harganya pasti mahal."Hei Wanita jahat seperti kamu mau ngapain ikutan masuk ke dalam mobil mewahku?" sindir Tante Lusy dengan memasang wajah tidak sedap dipandang
Jangan Larang Aku Menikah!Part 19: Tante Lusy Marah"Banyak sekali ceritamu. Bilang saja karena mau jadi menantu idaman."Pak Zainuddin perlahan turun dari dalam mobil. Pergi melangkah gontai menuju apotik yang sudah jauh lewat.Panas terik matahari membuatnya silau dan merasa gerah. Panas kali ini sangat luar biasa, hanya sebentar saja berjalan, keringatnya sudah mengalir, sehingga bajunya basah.Tidak butuh waktu lama, obat yang ingin dibeli ada. Dia membayar total nominal tagihan belanjanya."Alhamdulillah, obat asma istriku tersedia di apotik ini."Setelah selesai proses transaksi. Pak Zainuddin berjalan gontai menuju mobil. Ahmad dan Tante Lusy menunggu di dalam mobil. Gerah membuat wajahnya lecek."Maaf, kalau sudah lama menunggu," ucap Pak Zainuddin sembari masuk ke dalam mobil."Santai saja, Pak," ucap Ahmad.Pak Zainuddin menutup
Jangan Larang Aku Menikah!Part 19: Tante Lusy Marah"Ibu calon mertua," seru Om Parto."Om Parto, sisa uangnya mana? Aku ingin membeli emas rupiah ke pasar besok," ucapnya sambil meluruskan badannya. Baru saja Bu Nadya sadar, sudah mikirin emas rupiah."I-ini ibu calon mertua. Silahkan saja diambil buat biaya berobat Winda."Om Parto menyodorkan kembali amplop coklat yang berisi uang tunai sepuluh juta dan sisanya berbentuk cek."Anggap saja ini uang jajan."Sementara Pak Zainuddin hanya diam, sudah muak dengan melihat ulah istrinya juga ulah Om Parto yang baiknya kelewatan karena ada maunya. Andai saja cerai itu boleh dalam agama tanpa sebab, Pak Zainuddin sudah menceraikan istrinya. Namun, tidak ada alasan kuat untuk menceraikan Bu Nadya. Pak Zainuddin mengelus dada ketika istrinya bertingkah aneh."Tante! Ayo kita lanjut
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya Uang"Pak Zainuddin nggak ada sama sekali penasaran? Setidaknya mengajak Bu Nadya ke rumah sakit buat check up. Jika memang beliau benar-benar mempunyai penyakit asma. Kalau sudah di periksa, hasilnya sudah tahu. Bapak nggak mati penasaran."Mendengar penuturan Tante Lusy, Pak Zainuddin mengukir senyum simpul. Jiwanya nelangsa, mengingat perjuangan buah hatinya yang selalu bersabar menghadapi segala cobaan."Ada, tapi belum sempat. Aku sibuk kerja, pulang kerja sampai rumah sudah lelah. Apalagi akhir-akhir ini lembur dan schedule tidak jelas, hari ini masuk malam besok masuk pagi."Ahmad hanya seorang pendengar saja. Dia memandang ke depan, perjalanan menuju rumah sakit rasanya sangat membosankan dan jalannya jelek. Sampai saat ini, Winda belum ada sama sekali sadar membuat jiwanya semakin nelangsa."M
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya UangAbang penjual es langsung membuat satu porsi lagi. Dia nggak tahu apakah senang atau tidak. Abang penjual es merasa ada yang aneh dari gerak-gerik Bu Nadya. Tiba-tiba, otaknya traveling.'Apa jangan-jangan ibu ini genderuwo? aku pernah dengar daerah sini sangat angker,' ucapnya dalam hati.Seketika dia berhenti membuat pesanan Bu Nadya. Dia mengarahkan netranya kepada pelanggannya. Dia terkejut, jasad Bu Nadya tidak ada sama sekali. Dia mengucek matanya dengan cepat, sehingga es yang dia pegang langsung di ambil Bu Nadya dengan cepat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan haus di tenggorokannya."Astagfirullah!" ucapnya.Sekali lagi dia mengucek matanya dengan cepat, dan dia membuka kembali netranya melihat ke arah Bu Nadya. Tiba-tiba, Bu Nadya sudah ada."Kenapa abang mengucap istighfar dan mulutnya komat-kamit?" taya Bu Nadya."I-ib
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeAbang penjual es sudah tidak sabar lagi. Dia berpikir sejenak. Marah pun tidak ada sama sekali artinya. Daripada buang-buang waktu, jualannya nanti tidak laku. Dia menghidupkan mesin motornya lalu pergi jualan keliling.Kini tinggal Bu Nadya seorang diri. Dia bingung bagaimana caranya agar bisa menyusul suaminya dan Winda.Perlahan dia terus melangkah tanpa henti, tidak ada satupun bis atau becak yang lewat. Seandainya ada pun lewat, bagaimana dia bisa membayar ongkos. Sementara dia tidak punya uang.Sudah satu jam dia berjalan menyusuri jalan raya, rasa haus kini lahir di tenggorokannya.'Ya Allah, aku harus ke mana mencari air seteguk. Haus sekali, tenggorokanku rasanya sangat kering,' ucap Bu Nad dalam hati.Dia terus melangkah gontai, mencari rumah untuk mendapatkan seteguk air. Akan tetapi, tidak ada ta
Jangan Larang Aku Menikah!Part 21: Sebuah IdeTibalah di parkiran rumah sakit, Om Parto memarkirkan sepeda motornya di sembarang tempat. Sehingga penjaga parkir marah-marah atas kelakuan Om Parto. Namun, dia tidak menghiraukan amukan penjaga parkir.Om Parto dan Bu Nadya berjalan menuju ruang resepsionis dengan langkah cepat."Maaf, Sus. Izin bertanya, atas nama pasien Winda Larasati dirawat di ruangan berapa?" tanya Bu Nadya dengan napas ngos-ngosan."Sebentar saya cek, Bu!" ucap salah satu suster yang sedang bertugas hari ini.Suster mencek layar monitor dan mencari data yang ditanya. Tidak butuh waktu lama, atas nama pasien yang disebutkan muncul di layar monitor setelah di enter oleh suster yang sedang bertugas."Atas nama pasien Winda Larasati dirawat di kamar Melati ruang seratus lima puluh tiga lantai satu," jawab suster sembari melah
Jangan Larang Aku Menikah!Part 22: Hampir Terbongkar"Bu Aida?" ucap Bu Nadya."Ya, ini aku. Kenapa kamu takut seperti itu?" tanya Bu Aida kembali.Bu Nadya heran kenapa di mana-mana selalu ada Bu Aida. 'Apa dia menjelma atau dia mengikuti setiap langkahku,' ucap Bu Aida dalam hati.Bu Aida menghampiri Om Parto dan Bu Nadya. Matanya menyeringai laksana seekor harimau menerkam mangsanya."Ti-tidak, saya tidak takut," jawab Bu Nadya terbata.Om Parto penasaran siapa wanita tua itu. 'Kenapa dia ada di sini? Nggak di jalan raya, nggak di rumah sakit. Apa perempuan tua ini ada dendam kesumat kepada ibu calon mertua?' tanya Om Parto dalam hati.Om Parto menatap Bu Aida mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut."Ibu calon mertua, beliau siapa?" tanya Om Parto dengan raut wajah heran.Bu Aida menautkan kedua alisnya ke atas, tangannya dilipat sejajar dengan dada."Bu Aida dulu pernah datang ke
Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala
Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan
Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.
Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh
Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta
Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta
Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaTante Lusy masih belum percaya atas tragedi yang terjadi. Dia mengedipkan mata lalu menarik napas dalam-dalam."Maaf aku belum familiar dan kenal dengan catering yang ibu maksud. Aku baru satu minggu tugas di sini."Jantung Tante Lusy hampir copot mendengar perkataan Reza. Setelah mendengar semua apa kata Reza, baru dia tenang sedikit."Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya, Dok?" tanya Tante Lusy lagi.Jiwa penasarannya meronta-ronta. Sudah lima menit dia di dalam ruangannya Reza, tapi tidak ada sama sekali dokter Reza menyampaikan hasil Lab-nya."Hasilnya ada racun yang membuat konsumen sakit perut dan apabila nggak segera ditangani, konsumen tersebut bisa jadi meninggal," jelas Reza."Ma-maksudnya, Dok? Aku nggak paham!"Tante Lusy membetulkan duduknya, dia merekam perkataan Reza tanpa izin terlebih dahulu."Kalau
Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada Ibunya'Sial! Kenapa aku kesannya membela Ahmad. Padahal dari dulu aku nggak suka sama dia,' ucap Bu Nadya dalam hati.Bu Nadya berkacak pinggang, dia berpikir keras mencari alasan bagaimana caranya agar Om Parto tidak berang."Ma-maksud aku nggak seperti itu, Om Parto."Bu Nadya ngeles dan mengelus punggung Om Parto."Pokoknya, ibu calon mertua kudu tanggungjawab atas ...."Om Parto menjeda ucapannya, hampir saja dia keceplosan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menyalang takut ketahuan."Om Parto! Maksudnya tanggungjawab atas apa? Apa jangan-jangan biang kerok semua ini kalian berdua?" tuduh Ahmad dengan sedikit mengancam agar Om Parto mengaku.Sejak dahulu, Ahmad sudah menaruh curiga kepada Bu Nadya dan Om Parto.
Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaAhmad dan dokter berjalan menghampiri Pak Zainuddin yang sudah terbaring di atas brangkar."Dokter! Tolong selamatkan Bapakku. Aku mau menikah soalnya, Dok."Winda tidak sabar. Ia tidak mau kalau pernikahannya gagal dan gagal terus menerus."Sabar, saya mohon jangan panik. Biarkan saya bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya," ucap dokter Faisal.Dokter Faisal mengecek keadaan suhu Pak Zainal. Ruangan terasa hening dan hampa. Hanya suara jam dinding yang terdengar di atas nakas."Sepertinya beliau keracunan makanan. Makanan apa saja yang dikonsumsi beliau satu kali dua puluh empat jam?" tanya dokter Faisal.Winda terkejut mendengar perkataan dokter Faisal. Seketika mulutnya menganga."Ini tidak mungkin!" ucap Winda sambil memeluk tubuh Pak Zainuddin.Om Parto