Share

Bab 130

Author: BELLA
Saat Lucas bangkit dari tempat duduknya, dia mengulurkan tangannya kepadaku, lalu berkata, "Ngomong-ngomong, kalau kamu melihat sesuatu yang kamu suka di antara barang-barang yang dipajang, beri tahu aku, ya."

Aku memberi senyuman manis padanya, "Baiklah."

Saat aku meraih tangannya, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku tidak ingin pergi begitu saja. Aku ingin memberikan sesuatu yang bisa membuat Sandra kesal.

Aku menarik tangan Lucas dengan lembut, "Tunggu sebentar, ada yang ingin kubicarakan dengan Sandra." Dia menatapku dan Sandra, lalu bertanya, "Apa ada masalah?"

"Oh, nggak. Aku hanya ingin memberitahunya sesuatu. Sebentar."

Dia menatapku sekali lagi dan mengangguk. "Baiklah." Dia menungguku saat aku bergerak sedikit menjauh, mendekati Sandra yang sudah menatapku dengan tatapan penuh kebencian.

"Tahu nggak apa yang akan dia katakan setelah kamu menikah dengannya?"

Tatapannya seketika beralih ke Mark, lalu kembali ke diriku dengan cepat. Sepertinya dia sudah mulai tertekan dengan kata-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 131

    "Saya persembahkan keindahan yang luar biasa ini!" seru sang juru lelang yang menyadarkanku dari kepanikan."Harga dibuka mulai dari 3 miliar saja."Aku tahu juru lelang masih berbicara, tetapi pikiranku tidak bisa menangkap kata-katanya. Aku tidak bisa menghapus tatapan tajam Mark dari benakku. Memikirkannya saja membuat tanganku gemetar. Aku mengambil tas genggam dari pangkuanku dan memegangnya dengan erat. Untungnya, tanganku tidak lagi gemetar.Aku menarik napas dalam-dalam dan mendongak. Saat itu, juru lelang sedang tersenyum lebar. Mungkin seseorang telah menawar dengan harga yang lebih tinggi. Juru lelang pun membuka mulutnya untuk berbicara, tapi aku mendengar Lucas berkata, "7,5 miliar."Aku menoleh dan memelototi Lucas, "Apa?" bisikku dengan nada tinggi."Tadi aku tanya, kamu mau barang ini atau nggak? Tapi kamu nggak jawab.""Terus, kenapa barangnya kamu tawar?" Walaupun harga asli gelang itu jauh lebih mahal daripada harga yang ditawar Lucas, aku tidak mau dia membelinya."

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 132

    Aku melihat-lihat deretan notifikasi, memeriksa email, dan juga berbagai pemberitahuan penting lainnya. Pada saat itulah, aku melihat panggilan tidak terjawab dari Bella. Karena sedang senggang dan berada di tempat yang sepi, aku memutuskan untuk menelepon Bella.Bella langsung mengangkatnya seolah-olah dia sudah menunggu panggilanku. Dia berkata dengan marah, "Maksud kamu apa sih?!" amuknya tanpa berbasa-basi. "Kamu berharap apa setelah ngirim itu? Aku sudah putus sama Mark. Hubungan kamu sudah kelar. Aku nggak peduli dia mau jalan sama siapa pun, ngerti? Pokoknya aku nggak peduli!""Hmm," gumamku pelan hingga membuatnya makin marah. "Kamu yakin? Kalau menilai dari kemarahanmu sekarang ... ck, ck, kedengarannya kamu masih peduli sama dia.""Heh, aku kasih tahu ya! Mendingan kamu pikirin saja urusanmu sendiri, dasar jalang! Kalau aku bilang aku nggak peduli, artinya aku nggak peduli!"Aku tertawa. Aku tertawa keras sampai harus memegangi perutku. Jika ada orang di bilik lain, mereka pa

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 133

    Aku menekan sekat kamar kecil itu dengan telapak tanganku. Aku berharap sekat itu bisa menelanku saat Mark menatapku tajam tanpa berkata-kata. Kemarahan di wajahnya membuat jantungku berdebar kencang. Aku nyaris mendengar detak jantungku yang berpacu saat aku menatapnya dengan ragu-ragu dan panik."Kamu ada di toilet perempuan," kataku tak berdaya. Mungkin ucapanku akan membuatnya sadar kalau dia sedang berada di tempat yang tidak seharusnya dan segera pergi. Namun, Mark hanya menatapku tanpa ekspresi."Aku tahu," ucapnya dengan suaranya pelan seolah-olah dia sedang menahan diri untuk menyerangku.Aku menelan ludah dan pikiranku berpacu. Aku mencoba memikirkan apa yang harus aku katakan untuk memecah keheningan dan membuatnya pergi dari sini. Tatapannya makin membuatku tidak nyaman. Dia membuatku ingin berlari menjauh darinya dan membungkus diriku dengan aman dalam pelukan Lucas.Lagi pula, bukankah Lucas bilang dia akan mengawasi Mark? Mengapa dia tidak meneleponku sebelum Mark masuk

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 134

    Tangan Mark mulai bergerak lagi. Tatapannya terkunci pada mataku, mengancamku agar tidak bergerak. Aku ingin berteriak, tetapi jemarinya mencengkeram pahaku. Dia bahkan tidak perlu mengatakan apa pun karena aku tahu matanya berkata, "Awas saja kalau kamu berani!"Aku memejamkan mata dan menggigit bibir ketika aku merasakan jemari Mark menyentuh tepi celana dalamku. Lututku lemas saat ibu jarinya menekan celana dalamku. Aku yakin satu-satunya alasan aku tidak jatuh terduduk di lantai adalah karena tubuh Mark mengimpitku sampai aku tidak bisa bergerak."Sydney?" Kelopak mataku terbuka saat Lucas memanggil lagi. Aku tidak percaya aku hampir melupakan fakta bahwa dia ada di luar sana. "Sydney, kamu di dalam, 'kan?" panggilnya dengan suara lebih mendesak dan kekhawatiran yang lebih kentara.Aku setengah berharap Lucas akan mendobrak pintunya, tetapi sebaliknya, kepalan tangannya malah mengetuk pintu dengan pelan. "Ada orang di dalam? Sydney? Apa semuanya baik-baik saja?""Bilang sesuatu!" b

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 135

    Sudut pandang Sydney:"Sydney, kamu baik-baik saja? Kata dokter …."Aku kehilangan fokus dan semua yang dikatakan Lucas tidak masuk di telingaku. Pertama-tama, aku merasakan permukaan tempatku berbaring. Rasanya tidak asing bagiku. Lalu, aku mengenali baju yang sedang aku kenakan; ini baju milik Lucas.Seketika, aku terbangun dan berusaha mengingat kembali saat terakhir kali aku terjaga. Aku mengingat saat jatuh ke pelukan Lucas. lalu pingsan saat dia berteriak apakah aku baik-baik saja. Aku mengira kalau aku akan berada di kamar rumah sakit, tetapi di sinilah aku, di atas tempat tidur dan seprai yang tidak asing bagiku.Wajah Lucas adalah wajah terakhir yang aku lihat, dan sekarang, wajahnya juga menjadi hal pertama yang kulihat saat aku membuka mata."Kamu baik-baik saja?" tanya Lucas sekali lagi sambil memegang tanganku. Alisnya berkerut dan sorot matanya penuh kekhawatiran saat menatap mataku. Dia sepertinya sudah menyadari kalau aku tidak mendengarkannya."Aku baik-baik saja," jaw

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 136

    "Aku serius. Kita pergi saja dari sini. Jauh dari semua orang. Kamu bahkan bisa bangun cabang untuk bisnismu di sana."Hatiku luluh mendengar niat baiknya dan bibirku tersenyum. "Aku mau," kataku, "tapi aku masih punya beberapa hal yang harus aku urus di sini. Setelah aku menyelesaikan urusan perusahaan, aku akan pergi ke Idelia bareng kamu."Aku memutuskan untuk menambahkan, "Tapi buat sementara saja. Untuk melihat tempat tinggalmu." Dia tersenyum dan menjawab, "Aku sudah nggak sabar." "Aku juga," balasku.Aku menambahkan, "Soal masalah Mark, aku sudah mikirin semuanya. Kayaknya aku terlalu sombong akhir-akhir ini, setidaknya waktu aku berhadapan sama dia. Aku sudah bikin dia merasa gusar dan terpojok. Sudah waktunya aku berhenti ganggu dia. Sekarang kami adalah mitra bisnis, seharusnya aku nggak bersikap kayak gitu.""Kamu juga harus jaga jarak sama dia," tambah Lucas yang membuatku terkekeh. "Dasar cemburuan," godaku. Lucas menggeleng sambil tersenyum lembut. "Nggak. Kamu nggak kas

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 137

    Tubuh menegang dan wajahku memucat."Aku akan kirim alamat rumah sakitnya lewat SMS," kata Mark, lalu sambungan teleponnya terputus."Astaga." Setelah menyadari betapa mendesaknya situasi ini, Lucas segera berguling dari tubuhku. Aku pun melompat dari tempat tidur. "Lucas, aku harus segera ke sana." Aku tidak punya waktu untuk mencari pakaian yang telah kami lemparkan ke seberang ruangan. Aku langsung berlari ke lemari pakaianku dan meraih pakaian pertama yang kulihat, yaitu sehelai kemeja.Aku meraih celana dalamku dan mengenakannya. Tanganku gemetar saat aku berusaha membuka kancing kemeja. Lucas tiba-tiba muncul di hadapanku. Dengan lembut dan tanpa kata-kata, dia mengambil kemeja itu dariku, membukakan kancingnya, dan membantu memasukkan kemeja dari atas kepalaku, lalu mengancingkannya. Aku hanya berdiri di sana dan membiarkannya memakaikan pakaianku.Meskipun Doris bukan nenek kandungku dan meskipun dia adalah nenek dari seorang pria yang dulu aku benci, dia tetap sangat berarti b

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 138

    "Sekarang aku di sini, Nek," isakku."Makasih, Sydney," bisiknya seraya memejamkan mata selama beberapa detik. Aku bisa tahu bahwa dia sedang kesakitan. Nenek Doris sangat kesakitan, tapi dia tidak ingin kami melihatnya.Nenek Doris membelai rambutku dan menatapku. Senyum yang pahit dan penuh penyesalan terulas di bibirnya."Apa kamu tahu? Aku selalu berharap pernikahanmu dan Mark langgeng untuk waktu yang lama ... selama-lamanya. Tapi sayangnya, dia nggak menghargai kamu. Dia nggak pantas buatmu, jadi aku nggak akan memohon padamu untuk kembali pada Mark. Tapi aku mohon agar kamu selalu ada buat Mark saat dia membutuhkanmu."Aku ingin sekali mengatakan pada Nenek Doris bahwa meskipun aku ada saat Mark membutuhkanku, dia terlalu sombong untuk menunjukkan kelemahannya dan tidak akan sudi menerima bantuanku. Namun, aku memutuskan untuk tutup mulut."Aku tahu Mark terkadang terlalu sombong, bahkan bisa dibilang sangat angkuh, tapi percayalah padaku, dia adalah orang yang penyayang dan dia

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 343

    Aku mengangguk. "Aku ibu kandungnya, tapi dia bukan ayahnya." Dokter itu menggeleng. "Ya, Ibu bisa menjadi pendonor untuk transplantasi kalau sumsum tulangnya cocok. Tapi, aku ingin memberi tahu Ibu, sangat jarang ada orang tua biologis yang cocok. Tapi, itu nggak akan menghentikan kita. Ibu akan menjalani tes yang diperlukan untuk menentukan kecocokan." Dokter mengambil sebuah berkas dari tumpukan di mejanya. "Apa Ibu siap untuk melakukan tes kecocokan sekarang atau lebih memilih kami jadwalkan untuk hari lain?" "Sekarang saja, tolong," kataku menyeka air mata di wajahku sambil duduk tegak. Dokter membuka berkas dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Di sela-sela, dia menjelaskan, "Kami perlu semua informasi ini untuk memastikan pengujian yang sukses dan akurat." "Nggak apa-apa, aku mengerti." Aku mengangguk. Dia melanjutkan bertanya dan aku menjawab dengan cepat. "Baik, Ibu bisa melakukan tesnya sekarang," kata dokter itu sambil berdiri dan melirik ke Dennis yang juga

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 342

    Sudut pandang Anastasia:Wajahku basah oleh air mata saat aku mengguncang tubuh Amie agar bangun. Aku memeluknya erat-erat dan menangis. Aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Sementara aku terisak, Dennis bergegas masuk ke kamar."Ada apa? Apa yang terjadi?" Dia bergegas ke sampingku dan langsung menatap Amie. Dia pun mengerti. Dia langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Dia dengan cekatan mengambil Amie dari lenganku yang gemetar dan meraih kunci mobilnya. Saat dia menggendong Amie ke mobil, aku mengikutinya dari belakang, masih menangis dan memanggil nama putriku.Saat Dennis mengemudi menuju rumah sakit, sebagian perhatiannya tertuju kepadaku. "Nggak apa-apa, Ana," ucapnya seraya meremas tanganku, tatapannya tertuju kepada Amie yang kugendong. "Dia akan baik-baik saja."Saat kami sampai di rumah sakit, sebuah tandu dibawa keluar dan Amie dilarikan ke bangsal. Kami dilarang masuk bersamanya.Aku menangis di baju Dennis saat kami berdua menunggu dokter atau salah satu perawa

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 341

    Anak laki-laki itu menatap adik perempuannya dan dengan sedikit cemberut, dia melihat sekeliling, matanya mencari apa yang diinginkan adiknya.Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa tidak ada lagi permen. "Permennya sudah habis," gerutuku."Mestinya ada lebih banyak di dapur," jawab Dennis."Aku akan pergi mengambilnya. Tunggu di sini, aku akan segera kembali," kataku kepada Dennis dan pergi.Beberapa detik kemudian, aku mendengar langkah kaki di belakangku. Aku melihat ke belakang dan menggelengkan kepala, menyembunyikan senyumku."Apa? Aku juga mau lebih banyak permen.""Baiklah," kataku sambil tertawa pelan.Begitu kami memasuki dapur, jari-jari Dennis melingkari pergelangan tanganku dan dia menarikku agar mendekat kepadanya.Saat dia menatap mataku, tatapannya berpindah-pindah di antara mataku dan bibirku. Aku pun menggoda, "Memangnya permen itu ada di mataku?"Dengan tawa kecil, dia menundukkan kepalanya dan menyatukan bibir kami dalam ciuman yang menggairahkan.Aku mencengker

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 340

    Sudut pandang Anastasia:Lima bulan kemudian."Hai!" Aku melambaikan tangan pada salah satu teman Amie yang baru saja masuk bersama ibunya."Selamat datang." Aku menghampiri mereka. "Terima kasih sudah datang."Ibunya tersenyum. "Pilihanku cuma dua, datang ke sini atau mendengar Kayla menangis di telingaku seharian."Kami tertawa, sementara Kayla hanya bisa tersipu malu. Aku menutup pintu, lalu saat kami berjalan lebih jauh ke ruang tamu, aku melihat ibunya menatap bingkai-bingkai foto yang tergantung di dinding, sama seperti semua orang yang pertama kali masuk ke rumah kami.Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil dan aku mengikuti arah pandangannya untuk melihat foto mana yang menarik perhatiannya. Aku menghela napas saat mataku tertuju pada pria di sampingku dalam foto itu.Dengan setelan terbaiknya, begitu katanya, Dennis berdiri sambil melingkarkan lengannya di bahuku, menatap ke arahku. Aku masih mengingat hari itu seolah baru kemarin.Fotografer sampai lelah menyuruhn

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 339

    Aku rasa mereka berdua memang bersalah dalam beberapa hal, tetapi Clara seharusnya tidak melakukan ini. Oh, dia seharusnya tidak melakukannya. Dia sudah keterlaluan.Clara tahu aku hamil anak Aiden, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Jika bukan demi aku, setidaknya demi bayi itu, dia seharusnya memberitahuku yang sebenarnya. Namun tidak, dia hanya diam dan menyaksikan aku berjuang sendirian membesarkan Amie.Dia ada di sana setiap malam, saat aku menangis diam-diam agar tidak membangunkan Amie karena semuanya terasa terlalu berat. Dia selalu ada di sana. Dia ada di sana, menyaksikan dengan kejam bagaimana Amie tumbuh tanpa seorang ayah.Ya Tuhan! Dia bahkan yang menenangkan Amie setiap kali putriku menangis merindukan sosok ayah!Itu semakin membuatku marah. Bagaimana bisa dia mengaku mencintai Amie, sementara dia yang merenggut bagian penting dalam hidupnya?"Kamu nggak punya pembenaran untuk semua yang sudah kamu lakukan, Clara." Suaraku bergetar, tetapi aku tetap melanjutkan, "Kal

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 338

    Sudut pandang Anastasia:Wajah Clara terpaling ke samping akibat tamparan keras yang baru saja aku layangkan ke pipinya.Dia terhuyung ke belakang, memegangi wajahnya, lalu menatap lantai dalam diam untuk waktu yang lama.Tamparan itu hanyalah hal paling ringan dari semua yang ingin aku lakukan padanya. Aku benar-benar menahan diri agar tidak melontarkan hinaan sambil menghajarnya. Namun, untuk apa? Itu tidak akan mengubah apa pun. Yang sudah terjadi tetaplah terjadi. Semuanya sudah menjadi masa lalu."Kamu akhirnya tahu." Suaranya terdengar lirih. "Dennis yang memberitahumu, 'kan?""Aku nggak percaya kamu sampai memerasnya agar tetap diam soal ini. Kamu pikir dia sepertimu? Seorang pembohong? Kamu tersenyum padaku, tapi jauh di dalam hatimu, kamu membenciku karena ...." Aku membuat tanda kutip di udara dengan jariku, lalu melanjutkan, "Merebut Aiden darimu."Clara tetap diam, tidak mengatakan apa pun."Clara, kenapa kamu tega? Kamu temanku! Aku percaya padamu. Aku menceritakan segalan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 337

    Sudut pandang Anastasia:"Amie ...." Aku mengeluh sambil tertawa. "Kamu belum selesai? Tanganku pegal."Amie terkekeh-kekeh. "Tetap jaga ekspresi wajahmu seperti tadi. Aku perlu menggambar bibirmu dengan benar."Aku menghela napas dan mengangkat kedua tangan ke udara, lalu menyeringai lebar. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia ingin menggambarku dengan pose seperti ini.Saat ini, di kamar rumah sakit Amie, aku duduk bersila di kursi dengan tangan terangkat dan senyum lebar di wajahku.Aku bertahan dalam pose itu selama beberapa menit lagi sampai akhirnya Amie meletakkan buku gambarnya dan bertepuk tangan. "Selesai! Mama, kamu kelihatan cantik sekali!"Amie sudah menghabiskan banyak waktu di rumah sakit dengan menggambar, jadi dia semakin mahir. Saat aku bergeser ke tempat tidur untuk melihat hasilnya, aku tertegun melihat sketsa di bukunya. Yang ada di sana bukan sosok manusia yang realistis, melainkan gambar seperti orang-orangan dengan tangan terangkat, kaki bersilang membentu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 336

    Sudut pandang Aiden:Aku menggertakkan gigi, mencengkeram setir dengan erat saat melaju ke alamat yang dia kirimkan.Pikiranku kacau. Meskipun aku tahu telah kehilangan Anastasia, dia tetap ada dalam benakku. Aku masih menyalahkan diri sendiri karena tidak berusaha lebih keras mencarinya saat dia pergi pertama kali. Aku menyalahkan diriku karena tidak mengejar taksi yang dia naiki pada hari dia mengakhiri segalanya di antara kami ... sampai ... sampai apa? Mungkin sampai dia meminta sopir untuk berhenti.Sharon juga ada dalam pikiranku, atau lebih tepatnya, kontrak pernikahan terkutuk yang aku miliki dengannya. Sekarang, setelah ayahnya menelepon dan memintaku menemuinya di sebuah alamat yang dia kirimkan, aku yakin kekacauan akan segera dimulai.Jika dia memintaku untuk menemuinya di sini, itu berarti dia telah terbang ke negara ini.Aku sebenarnya bisa saja mengabaikan panggilannya, terutama setelah aku benar-benar menyadari bahwa aku telah kehilangan Ana. Yang aku inginkan hanyalah

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 335

    Dia tampak terkejut, yang entah kenapa justru membuatku heran. Aku hanya berharap dia tidak meragukan dirinya sendiri karena tadi malam dia benar-benar sempurna.Dennis menggeleng, lalu menenggak habis isi cangkirnya. "Aku harus memberitahumu sesuatu."Aku terdiam, tanganku membeku di udara, masih memegang sendok pengaduk teh. "Apa yang ingin kamu katakan padaku?"Dia mengalihkan pandangannya, menatap sesuatu di belakangku sebelum akhirnya kembali menatapku. "Ini tentang Aiden ... lebih tepatnya tentang apa yang terjadi bertahun-tahun lalu, tentang tuduhan perselingkuhannya.""Oh," gumamku datar. "Itu." Itu sudah berlalu. Lagi pula, sekarang semuanya baik-baik saja. Dia akan menikah dengan seseorang yang mencintai dan mempercayainya, sementara aku sudah menemukan seseorang yang kusukai dan yang juga mencintaiku. Semuanya sudah sesuai dengan jalan yang memang seharusnya kami tempuh."Ya, itu." Dennis melanjutkan dengan hati-hati, sepertinya salah paham dengan ekspresiku. "Sebenarnya, di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status