Author’s POV
“Pura-pura pacaran?!” pekik Seira yang untungnya seisi restoran tidaklah ramai sehingga Seira tidak menjadi pusat perhatian orang sekitar. Naomi menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, meminta sang kakak untuk tidak menarik perhatian orang-orang sekitar.
“Kak, pelan dikit suaranya napa...” protes gadis itu yang dikekehin oleh Seira,
“Maaf maaf, aku keceplosan. Lebih tepatnya aku terlalu kaget dengan hal ini,” ujar Seira dengan cengiran yang tidak bisa ia bendung,
Naomi menghela nafasnya sembari menyenderkan dirinya. Baru 4 hari ia bekerja di perusahaan itu dan sudah banyak saja hal yang terjadi. Dimulai dari pertemuannya dengan Alex hingga sekarang ia pun menjadi pacar bohongannya Adrian.
Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari kedepannya, tapi ia harap tidak ada lagi hal aneh yang terjadi di kemudian hari.
Ia harap sih begitu,
“Pertama pak Alex, dan sek
Author’s POV“Darius, ini Naomi,”“Naomi, ini Darius,”Darius menggantungkan tangannya di udara sebagai bentuk perkenalannya kepada Naomi,“Salam kenal,” ujar gadis itu sesudah ia menggenggam tangan pria itu dan menguncangkannya,“Baik pak, saya permisi dulu,” Darius yang diangguki oleh Alex. Mata Naomi mengekori pria itu yang dengan sopan keluar dari ruangan Alex. Begitu Darius keluar, matanya kembali kepada Alex yang masih menatap kepergian Darius,“Sekretarismu?” ujarnya yang kemudian ia menepuk bibirnya karena berbicara tidak formal kepada Alex.“Umm… maksud saya, apa itu sekretaris Anda, pak?”“Ya…” ujar pria itu mengangguk. Alex mengambil tempatnya untuk duduk di sofa, dan memberikan aba-aba kepada gadis itu untuk menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini dan progress seperti apa yang sudah ia kerja
Author’s POVAlex mulai membuka matanya dan menemukan dirinya yang Hltertidur di pangkuan Naomi. Ia mulai bangkit dari tempatnya dan menatap Naomi yang juga sudah ketiduran. Ia menatap arlojinya yang mana waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sudah sekitar 2 jam keduanya tertidur pulas dan sekarang ini baru Alex yang terbangun.Ia menatap Naomi yang masih tertidur, ia ingin membangunkannya namun ia tidak tega karena gadis itu tidur terlalu lelap. Sebagai gantinya, ia mengambil ponselnya untuk memotret gadis itu yang sedang tidur. Namun sialnya, ia lupa mematikan flash sehingga gadis itu terbangun karena flash ponsel miliknya.Alex buru-buru meletakkan ponselnya di sakunya dan bersikap seakan tidak ada yang terjadi. Sementara itu, Naomi baru saja bangun dan melihat Alex yang juga sudah bangun,“Jam berapa sekarang?” ujarnya yang kemudian merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal/“Jam 8 malam,” pungkas p
Author’s POVAlex menahan dirinya untuk terus tetap tenang karena sedari tadi Benny belum membuka suaranya. Saat ini keduanya masih berada di meja makan, yang mana semua orang meninggalkan keduanya untuk berbicara empat mata. Ini merupakan permintaan langsung oleh Benny ketika semuanya hendak meninggalkan meja makan.“Nak Alex,” panggil Benny kepada Alex untuk pertama kalinya setelah beberapa menit kecanggungan menghiasi atmosfer keduanya. Alex mengalihkan pandangannya kepada Benny yang terlebih dahulu menatapnya,“Ya om…” jawabnya dengan sopan.“Apa kamu… maksud saya, bagaimana tanggapanmu mengenai Naomi? Menurut kamu, Naomi itu seorang gadis yang seperti bagaimana?” tanya Benny tanpa melepaskan pandangannya kepada Alex.Mendengar pertanyaan yang seperti itu, pria itu tersenyum simpul. Ia menjawabnya seolah-olah Naomi ada di depannya, “Menurut saya, Naomi adalah gadis y
Author’s POVSaat ini, Naomi dan Alex baru saja selesai mengisi perut mereka. Alex mengajak Naomi untuk dinner bersama setelah tanpa sengaja di tengah perjalanan terdengar suara perut Naomi yang nyaring bunyinya.Jika Naomi memikirkannya kembali, hal itu sangatlah memalukan.Gadis itu memutuskan untuk menunggu pria itu selesai makan untuk membicarakan sesuatu yang menurutnya penting untuk pria itu ketahui,“Kemarin ngomong apa saja sama ayahku?” tanya Naomi setelah seharian penuh ia menahan dirinya untuk bertanya kepada Alex. Memang, ia mendengar semua percakapan Benny dengan Alex kemarin, tapi kali ini ia mau melihat apa yang menjadi respon Alex setelah apa yang telah diberitahu sang ayah kepadanya,“Hmm… hanya obrolan biasa. Ya kalau di bilang sih seputar pekerjaan dan kehidupan pribadi saja,” ucapnya dengan enteng,Gadis itu melipat tangannya sembari menyenderkan tubuhnya dan menyilang
Naomi’s POVAku melangkah dan meletakkan asal tasku lalu aku duduk di ranjangku. Aku memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini. Entah mengapa aku merasa aku mengacaukan segalanya hari ini. Aku membuka blazerku dan melemparnya dengan asal, lalu aku berbaring di ranjangku.Aku memeluk gulingku seakan-akan aku sedang memeluk seorang yang kucintai. Semuanya baik-baik saja sebelum mulutku berkata sesuatu yang menyakitkan. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri dan terus menerus aku bergumul karenanya.Aku kembali bangkit lalu mengambil handukku untukku mandi. Aku rasa aku butuh menyegarkan diri untuk sementara waktu. Aku berjalan ke kamar mandi dan mulai membuka bajuku. Aku menyikat gigiku sebentar. Setelahnya, aku membuka shower untukku membasahi tubuh polosku.Pikiranku selalu kembali ke masa tadi, saat aku berkata sesuatu yang sangat bodoh. Aku merasa terganggu dengan diriku sendiri. Haruskah aku meminta maaf kepada Alex setel
Naomi’s POVDengan sedikit polesan lipstick, maka dandananku hari ini sudah selesai. Aku menatap diriku di cermin yang tingginya setubuhku dan perfect! Aku menyukai riasan tipisku dan aku tersenyum dengan sumringah. Aku kemudian berdiri dan melihat diriku dengan dress selutut berwarna navy.Kali ini aku memakai flat shoes karena aku tidak ingin lelah berjalan karena menggunakan high heelsku itu. Aku tersenyum puas melihat penampilanku yang menawan ini.Setelah aku puas melihat diriku di cermin, aku melangkah ke ranjangku dan kembali duduk. Sebentar lagi Adrian akan menjemputku. Dan untuk meredakan kegugupanku, aku memutuskan untuk bermain game sejenak sembari menunggu pria itu meneleponku.Aku sangat suka bermain detective text games karena menurutku itu sangat menarik dan benar-benar menantang untuk memecahkan misteri-misteri yang ada. Kali ini aku bermain duskwood, sebuah game yang menceritakan hilangnya
Naomi’s POVAdrian tersenyum simpul sebelum dia menyadari jika lampu sudah berwarna hijau. Dengan cepat, ia melajukan mobilnya kembali. Setelah kami tadi berbincang-bincang, suasana kembali sepi dan hening. Aku tidak tahu harus mengatakan dan bagaimana untuk memulai percakapan kami yang sudah terputus,“Bunga… apa dia adikmu satu-satunya?” tanyaku, membuka keheningan yang sempat terjadi diantara kami berdua,Pria itu mengangguk,”Iya… dia satu-satunya adikku,”“Jadi kamu anak paling besar?”“Iya bener,” pungkasnya dengan cepat, “Bunga… dia selalu ingin memiliki kakak perempuan. Makanya dia juga ikut-ikutan dengan kedua orang tuaku yang selalu mendorongku untuk memiliki pacar,” ujarnya seakan dia sedang mendumel,“Benarkah?”“Iya. Setiap hari, aku selalu ditodong dengan pertanyaan yang sama. ‘Dimana pacar
Naomi’s POV“Ehem…” dehem Bunga, membuatku dan Adrian menatap kepadanya. Dia menggelengkan kepalanya, menggoda kami yang tadinya terlalu sibuk dengan dunia kami berdua saja. Godaan itu juga bukan datang dari Bunga saja, melainkan ayah dan ibunya Adrian yang tampak tersenyum melihat perilaku anak lelaki mereka yang begitu soft dan gentle kepadaku.Aku menatap makanan yang sudah tersaji di depanku dan sebenarnya tinggal diambil saja. Hanya saja, aku terlalu malu untuk mengambilnya terdahulu. Bukan malu juga sih, tapi lebih tepatnya aku hanya ingin menghormati yang tua dahulu untuk menyentuh makanan yang masih rapi tersaji di depanku. Kebiasaan ini biasanya dipakai di Korea, yang mana yang lebih muda harus menunggu yang paling tua untuk menyantap makanan terlebih dahulu,Kalau kalian menanyakan mengapa aku bisa mengetahui ini, aku mengetahui semua ini dari drama korea yang selalu ku tonton.
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan