Naomi’s POV
“Ehem…” dehem Bunga, membuatku dan Adrian menatap kepadanya. Dia menggelengkan kepalanya, menggoda kami yang tadinya terlalu sibuk dengan dunia kami berdua saja. Godaan itu juga bukan datang dari Bunga saja, melainkan ayah dan ibunya Adrian yang tampak tersenyum melihat perilaku anak lelaki mereka yang begitu soft dan gentle kepadaku.
Aku menatap makanan yang sudah tersaji di depanku dan sebenarnya tinggal diambil saja. Hanya saja, aku terlalu malu untuk mengambilnya terdahulu. Bukan malu juga sih, tapi lebih tepatnya aku hanya ingin menghormati yang tua dahulu untuk menyentuh makanan yang masih rapi tersaji di depanku. Kebiasaan ini biasanya dipakai di Korea, yang mana yang lebih muda harus menunggu yang paling tua untuk menyantap makanan terlebih dahulu,
Kalau kalian menanyakan mengapa aku bisa mengetahui ini, aku mengetahui semua ini dari drama korea yang selalu ku tonton.
Naomi’s POV“Uhuk, manisnya,” ujar Bunga yang tidak berhenti tersenyum untuk menggoda keduanya. Adrian melihat itu, lalu dia mulai melepaskan tangannya dari punggung ku dan mulai kembali ke posisi duduknya. Sementara aku, aku masih belum berani menjawab apapun, apalagi terhadap perkataan ibunya Adrian yang membuatku tersedak,Menikah? Punya cucu?Astaga, itu pembahasan yang benar-benar jauh sekali,“Jadi, kamu sedang bekerja sebagai apa, Naomi?” tanya ayah Adrian dengan ramah kepadaku. Aku tersenyum manis sebelum aku menjawab pertanyaan tersebut, itu adalah pertanyaan yang aku sukai karena aku merasa bangga untuk bisa masuk di perusahaan besar seperti Lewis Studio,“Saya 3D artist di Lewis Studio, om…” jawabku yang membuat semua orang kaget,“Loh, satu pekerjaan sama Adrian dong…” ujar ibu Adrian yang kuangguki dengan semangat,“Kami bahkan seka
Naomi’s POVNamun tatapan itu berubah menjadi tatapan yang hangat untukku. Dengan senyuman tipis, dia menggodaku,”Kamu sudah seperti istri yang baik,” ujarnya kepadaku. Aku hanya diam, mengerjapkan mataku dengan cepat, memastikan jika pria itu akan menarik kembali perkataannya,“Masa iya?” ujarku yang sebenarnya tidak tahu mau menjawab apa terhadap perkataannya,Pria itu tersenyum kepadaku,”Masa iya aku bohong?” ujarnya sembari mengacak-acak rambutku. Aku mendecak kesal karena aku sudah susah payah merapikan rambutku supaya tampaknya bagus. Dan sekarang dia mengacaukan usahaku, tidak heran aku marah ya kan?“Berhentilah mengacak rambutku,” ujarku dengan sebal. Aku kembali merapikan rambutku dan tidak kusangka dia malah tertawa melihatku yang menatapnya dengan sebal kepadanya. Pria itu memiringkan kepalanya dan satu tangannya hendak ia layangkan kembali ke rambutku, dan dengan refleks a
Naomi’s POV“Hmm… oke. Jadi siapa saja yang mengetahui hubungan kalian? Dan sudah berapa lama kalian bersama?” tanyaku lagi,“Kami sudah bersama selama satu tahun ini… dan belum ada yang tahu mengenai hubunganku dengan Raka selain kakak,”Aku tersanjung mendengarnya. Dia menitipkan kepercayaan ini kepadaku dan aku merasa aku sedang diandalkan dalam hal ini. Aku pun tersenyum kepadanya sembari mengelus-elus kepalanya,“Kamu masih beruntung karena masih memiliki keluarga yang begitu mencintaimu,” ujarku yang masih merapikan anak rambutnya. Aku kembali menatapnya yang masih menatapku,“Bukankah seharusnya cinta mereka terhadap mu sudah cukup?” ujarku lagi membuatnya kembali menitihkan air matanya,“Kakak benar… seharusnya aku tidak rakus kasih sayang,”“Bukan rakus, tidak masalah kok jika kita mau dicintai dengan orang lain.
Naomi’s POVDalam keadaan menyetir, pria itu melirikku, membuatku mengerjapkan mataku, berpikir apakah ada sesuatu yang salah dari perkataanku,“Ada apa?” tanyaku ketika dia kembali melirikku,“Tidak apa… aku hanya tidak ingin melewatkan kecantikanmu malam ini,” ujarnya yang membuatku bergidik ngeri. Sejak kapan pria itu berubah menjadi seperti ini? Ini bukan seperti Adrian yang kukenal. Dia kembali melirikku yang menatapnya dengan tidak percaya. Melihat kekagetanku yang tidak bisa ku sembunyikan, dia tertawa lepas,“Ada apa dengan wajahmu?” tanyanya sembari tertawa kepadaku,“Aku tidak menyangka jika mulutmu bisa berkata semanis itu,” ujarku terang-terangan. Aku tidak berbohong, aku heran dia bisa berkata semanis itu kepadaku,“Aku tidak berbohong… kamu terlihat cantik hari ini,” ujarnya sebelum dia kembali melirikku. Aku tidak tahu harus
Author’s POV“Aku menyukaimu, Naomi…” ujarnya, yang tidak luput dari kekagetan Naomi. Gadis itu tidak menyangka jika Adrian benar memiliki perasaan kepadanya seperti yang Seira katakan kepadanya. Ia masih menatap pria itu dengan sungguh, apakah dia mengatakan hal yang sesungguhnya kepada dia atau tidak.“Adrian menyukaiku? Dia sedang tidak bercanda kan?” batinnyaBelum sempat Naomi menanggapinya, Adrian sudah terlebih dahulu mencuri start untuk berbicara,“Kamu kaget? Gak percaya?” ujarnya yang hanya Naomi angguki,“Sudah kuduga,” timpanya lagi. Naomi masih diam, menatap Adrian yang masih menatapnya dengan menawan. Ia tidak tahu harus apakah dia bereaksi, apakah dia harus menolak pria itu atau meminta maaf karena dia tidak memiliki perasaan sejenis cinta kepada Adrian. Perasaannya murni adalah perasaan dalam bentuk pertemanan kepada Adrian,“M
Author’s POVDengan penampilan yang sudah begitu rapi, gadis itu melihat arlojinya. Seharusnya sebentar lagi Adrian akan datang menjemputnya. Gadis itu memeriksa ponselnya ketika ia mendengar sebuah pesan masuk dan ternyata pesan tersebut dari Adrian.Adrian: ‘Aku sudah di luar,’Ia membuka gorden jendela kamarnya dan melihat Adrian yang sedang berdiri di luar mobilnya. Dengan cepat, gadis itu buru-buru keluar dari kamarnya dan melangkah keluar dari rumahnya untuk menghampiri Adrian. Karena terlalu cepat berjalan, ia tersandung batu yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh jika Adrian tidak menahannya.Tangan kekar pria itu menahan gadis itu. Setelah menyadari betapa canggungnya dirinya sendiri, gadis itu menegapkan kembali tubuhnya dan berterimakasih kepada pria itu yang sudah menolongnya,“Terima kasih telah menolongku,” ujar gadis itu dengan senyum simpulnya,
Author’s POVAkhirnya setelah kisaran 45 menit, keduanya sampai di gedung megah yang merupakan tempat mereka bekerja. Adrian mengendarai mobilnya hingga ke basement dan setelah mereka sampai, keduanya langsung keluar dari mobil. Tidak berselang lama, sebuah mobil yang tidak asing bagi keduanya ikut masuk ke dalam basement dan berparkir tidak jauh dari mobil Adrian.Naomi mengetahui pemilik mobil itu, maka dari itu ia memutuskan untuk tidak menolehkan dirinya walaupun ia sangat ingin melihat Alex keluar dari mobil tersebut. Adrian dan Naomi berjalan menuju lift, menunggu giliran mereka untuk masuk ke dalamnya.Sebisa mungkin Naomi menahan dirinya untuk tidak menoleh kepada Alex yang saat ini tengah berada tepat di belakangnya. Jantungnya berdebar begitu kencang karena hawa keberadaan pria itu sangat ketara baginya. Ia penasaran bagaimana dan ekspresi apa yang pria itu berikan kepadanya setelah apa yang sudah ia katakan kepada Alex sebelumny
Author’s POVNaomi menghela napasnya. Ia tengah menatap dirinya di pantulan cermin. Tidak ada kebahagiaan atau senyuman yang bisa ia berikan kepada dirinya sendiri. Minggu ini akan menjadi minggu yang berat untuknya. Ia masih memikirkan hutang yang jatuh tempo pada minggu ini. Ia masih belum mendapatkan uang apapun meskipun belakangan ini penjualan sang ayah memiliki omset yang semakin tinggi.Namun uang itu tidak cukup untuk membayar hutang yang minggu ini akan ditagih. Sebenarnya bukan ini saja hutang sang ayah, masih ada hutang lainnya diluar sana yang harus ia bayar sedikit demi sedikit menggunakan uangnya dan uang sang ayah. Gadis itu memegang kepalanya dan memijat pelipisnya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah membayar hutang tersebut dengan uang yang ada.Ia tidak mungkin meminta lagi bantuan kepada Seira karena beberapa hutang mulai lunas karena bantuan Seira dan suaminya. Naomi menegapkan tubuhnya, memerhatikan penampilannya
Author’s POV Beberapa tahun berlalu. Kini Alex dan Naomi sudah terang-terangan menunjukkan hubungan mereka ke rekan kerja mereka. Mereka melakukannya perlahan-lahan, dimulai dari berjalan bersama dan akhirnya Naomi pun mengaku kepada rekan-rekannya mengenai hubungannya bersama dengan Alex. Ia melakukannya bukan karena ia ingin pamer, ia merasa jika hal seperti ini tidak bisa disimpan dan disembunyikan untuk selamanya. Sudah 2 tahun berlalu dan keduanya masih berpacaran dengan begitu harmonis. Tentu saja di dalam sebuah hubungan akan selalu ada cek cok dan juga pertikaian. Namun itu tidak membuat hubungan mereka putus di tengah jalan karena mereka sadar, bagaimana pun mereka menjauh, pada akhirnya kembali lagi bersama. Hubungan mereka tentu saja sudah disetujui oleh keluarga Naomi dan keluarga Alex. Salah satu plot twist yang mereka dapatkan adalah ternyata Benny adalah teman lama Charles. Mereka berteman sejak mereka masih bersama-sama mengel
Author’s POV Alex menarik napasnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia merasa ia harus bicara tatap muka dengan kedua orang tuanya mengenai pertunangannya dengan Giselle. Kalau perlu ia akan mendatangi Kevin---ayah Giselle untuk membatalkan pertunangan mereka, Pria itu mulai keluar dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Karena kedatangan pria itu mendadak, Adelia dan Charles juga terkejut dengan keberadaan anaknya yang tidak mengabari mereka jika ia datang kepada mereka. Dengan mantap, pria itu duduk di sofa bersama dengan kedua orang tuanya. Ia menatap serius kedua orang tuanya sebelum dia membuka suaranya, “Papa, mama... Alex ingin membatalkan pertunangan ini. Bisakah Alex mendapatkan kontak pak Kevin supaya Alex bisa berbicara kepadanya empat mata?” tanya Alex dengan serius. Charles beserta istrinya saling bertatap-tatapan sebelum mereka pun tersenyum, “Tidak perlu...” ujar Charles kepadanya.
Author’s POVGiselle masih menatap Naomi yang terlihat canggung bersamanya. Saat ini mereka berada di sebuah café langganan Giselle yang mana mereka memesan ruang vip entah untuk apa alasannya bagi Naomi. Namun berbeda dengan Naomi, Giselle hanya ingin pembicaraannya dengan Naomi tidak bocor ke luar dan tidak mengundang banyak orang untuk mendengarkannya,Sembari menunggu makanan mereka tiba, Giselle dengan tegas duduk dengan tangan yang terlibat dan ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sementara Naomi, ia berusaha untuk menghindari tatap muka terhadap gadis itu,“Sejak kapan kau mengenal Alex?” tanya Giselle, membuka percakapannya bersama dengan Naomi setelah sekian lama mereka hanya diam dan tidak berkutik apapun.“Sejak kami SMA…” jawab gadis itu dengan jujur. Kali ini ia juga meluruskan pandangannya kepada Giselle. Jika Giselle sekali lagi ingin mengklaim Alex sebagai miliknya, ia juga tidak a
Author’s POVKali ini Naomi tidak lembur. Ia sudah siap mengerjakan pekerjaannya dan sekarang adalah saatnya untuk pulang bersama dengan Alex. Gadis itu masih berjalan dengan pria itu yang sedang menunggunya di dalam mobil. Dan ketika gadis itu sudah sampai di basement, seseorang menarik tangannya yang membawanya menjauh dari mobil Alex.Bingung dengan siapa yang menariknya, gadis itu menoleh dan mendapatkan Giselle yang sedang menarik tangannya.“M-mau kemana?” tanya gadis itu yang sama sekali menarik dirinya dari Giselle, seakan ia pasrah jika Giselle menariknya seperti itu,“Temenin aku shopping,” ujarnya dengan singkat. Gadis itu masih diam, ia tidak banyak bertanya dan hanya ikut dengan apa yang gadis itu lakukan kepadanya.Ia mendengar banyak mengenai Giselle dari Alex. Giselle adalah anak yang paling kecil diantara saudaranya yang lain. Biasanya anak yang paling terakhir akan mendapatkan kasih s
Author’s POV Alunan musik klasik dari bar ternama ini dapat membius pelanggannya untuk merasa rileks. Bar tersebut terlihat sepi, meskipun terlihat sepi namun ada begitu banyak pria hidung belang yang lalu lalang untuk menggoda sosok cantik seperti Giselle yang sedang meminum vodka sendirian. Ia masih berpakaian kerjanya, dengan blouse peach dan rok span yang mencetak lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ditambah lagi dengan high heels dan lipstick merah maroon yang membuatnya terlihat berkelas. Saat ini ia memikirkan perjodohannya bersama dengan Alex. Alex terlihat serius ketika ia berkata ia tidak ingin berjodoh dengan dirinya. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa membenci sosok Naomi yang sudah pernah menyelamatkannya dan juga gadis itu bukanlah tipikal gadis yang munafik. Awalnya ia mengira jika cinta pria itu hanyalah cinta semu seperti dia bersama dengan wanita-wanita lainnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria itu memang benar-benar me
Author’s POV“Sebenarnya Alex adalah calon tunanganku,” Perkataan tersebut terus terbayang-bayang dibenak Naomi. Ia mendapat pesan dari Alex yang menanyakan keadaannya tadi dan gadis itu mengabaikan pesan itu dan memilih untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia terus bekerja hingga ia sendiri menyerah akan dirinya dan ia meletakkan kepalanya di meja. Ia menghela napas, mengapa semuanya menjadi serumit ini?Hubungannya bersama dengan Alex sudah membaik dan sekarang mereka harus berhadapan dengan perjodohan Alex. Gadis itu sedikit kecewa karena pria itu tidak berkata apapun kepadanya dan pada akhirnya berakhir pada gadis itu yang mengetahuinya dari orang lain.Tapi ia juga tidak terlalu menyalahkan Alex karena jika dirinya berada di posisi Alex, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya. Ia berusaha untuk bangkit dan juga kembali mengerjakan pekerjaannya.Tidak lama
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan